Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Rabu, 14 Desember 2016

Mitos Suara-Badan-Anggung Burung Perkutut Bagi Pemiliknya

Burung perkutut putih
 Zaman sekarang ini masih banyak juga orang yang mempercayai mitos suara burung perkutut bagi pemilikya.mitos tersebut di eratkan dengan kebaikan dan keburukan sesuai suara atau anggung burung tersebut.Orang menyebutnya dengan Ciri Mathi.

Ciri mati tersebut berupa ramalan tertentu yang di tujukan bagi pemiliknya.dan legenda ini sudah menjadi turun temurun sejak zaman nenek moyang kita dahulu.benar atau tidak,saya sebagai penulis juga tidak mengetahuinya,Salah satu mitos tersebut,misal,perkutut dengan suara tertentu mampu mendatangkan rezeki,dagang laris,rumah tangga tentram dll.di bawah ini tulisan lengkapnya.

Perkutut Gendawa sabda.

jenis suara perkutut yang di keluarkan sangat keras dan indah,merdu,burung jenis ini mampu untuk memikat jenis burung perkutut lainya akibat keindahan dan kerasnya suara yang di keluarkan.Mitos atau ramalan perkutut ini,bisa membuat pemiliknya lancar rezeki,hidup tentram dan tenang.

Perkutut Gedong Mengo.

Jenis perkutut ini hanya akan mengeluarkan suara atau anggungnya ketika hendak terbit matahari saja.mitos perkutut ini bisa membawa pemiliknya banyak rezeki dan selalu selamat.

Perkutut mineb gedong.

Jenis burung perkutut ini akan mengeluarkan suara dan anggungnya ketika hendak terbit matahari saja.mitos perkutut ini pemiliknya akan selalu untung jika melakukan jual-beli,dan hidupnya yang selalu kecukupan.

Perkutut Widaksana Gasti.

Jenis burung perkutut ini suara yang di keluarkan sangat halus,indah merdu dan manggung ketika matahari akan terbenam.mitos perkutut ini bagi pemiliknya adalah banyak rezekinya serta cita-cita yang besar akan cepat untuk terlaksana.

kepala burung perkutut mistis
Perkutut Sri Mangumpel.

Ciri dan jenis burung perkutut ini adalah di bagian 2 kuku atau ibu jarinya memiliki warna putih.akan sangat cocok jika perkutut ini dipelihara oleh seorang petani.mitos burung perkutut ini mampu mempercepat terkabulnya cita-cita dan kehidupan keluarganya selalu sehat sentosa.

Perkutut wisnu murti.

jenis burung perkutut ini adalah pada bagian mata,kaki dan paruh burung memiliki warna hitam pekat.mitos yang beredar di masyarakat perkutut ini mampu mendatangkan wibawa besar bagi pemiliknya.konon dahulu kala,jenis perkutut ini hanya di pelihara oleh golongan bangsawan raja saja.

Perkutut wisnu Wicitra.

jenis burung perkutut ini dominan bulu memiliki warna hitam pekat.mitos yang beredar adalah,burung perkutut ini mampu memberi atau menjaga keselamatan yang memelihara serta mampu untuk melancarkan rezekinya.

Perkutut Pramono Sidhi.

Jenis burung perkutut ini memiliki ciri dominan seluruh bulu memiliki warna merah.mitos yang berkembang jenis perkutut ini mampu memberikan kedamaian,senang bagi pemeliharaanya.

Perkutut Rupo Cahyo.

Jenis burung perkutut ini memiliki warna bulu yang indah,mengkilat.mitos yang beredar,perkutut ini mampu untuk kewibaan untuk pemiliknya serta di manapun tempat akan selalu di hormati orang.

Perkutut Candra Sadha.

Jenis burung perkutut ini memiliki ciri,di bagian pundaknya,memiliki bulu warna putih.mitos yang beredar,bahwa burung perkutut ini bagus untuk memikat burung sejenisnya serta pemiliknya akan selalu senang serta gembira,jarang mengalami kesedihan.

Perkutut Misti kaya.

Ciri burung perkutut ini,seluruh bagian bulu memiliki warna putih bersih.Motos yang berkembang di masyarakat,jika burung perkutut ini mampu menjaga keselamatan pemiliknya.sangat bagus jika di pelihara oleh orang yang memiliki pangkat atau orang terpandang di daerah tersebut.

Perkutut Sangga Bhuana.

Ciri burung perkutut ini bisa kita tandai dengan adanya satu helai bulu warna putih pada bagian pundak.mitos yang beredar bahwa perkutut ini mampu melancarkan rezeki.bulu tersebut harus searah dengan bulu badanya.tidak berlaku bagi bulu yang melawan arah.

Perkutut kusuma Wicitra.

Ciri yang bisa kita lihat burung perkutut ini adalah di bagian paruh serta sisik kakinya memiliki warna putih.mitos yang beredar bahwa perkutut ini mampu melancarkan rezeki pemeliharanya serta akan mudah tercapai segala keinginanya.

Perkutut Mercuci.

Ciri yang bisa kita lihat tanda-tandanya adalah memiliki mata sipit serta berwarna kuning.mitos yang berkembang burung perkutut ini mampu menarik datangnya orang dan mudah akrab.cocok jika di pelihara bagi yang bisnis jual-beli.

Perkutut pendawa mijil.

Ciri yang bisa kita lihat dari jenis perkutut ini adalah,pada bagian ekor memiliki 15 helai bulu ekor.mitos perkutut ini mampu menaikan derajad dan wibawa bagi pemiliknya.

Perkutut udang emas.

Jenis burung perkutut ini bisa kita lihat dengan adanya tanda bulu tubuh memiliki warna agak kecoklatan serta ada garis bulu melingkar badan berwarna kuning.mitos perkutut ini bisa untuk keselamatan pemiliknya,rezeki lancar dan selalu senang,jarang susah.

Perkutut Muncis.

Ciri jenis burung perkutut ini adalah memiliki badan yang kecil,namun sangat panjang.mitos yang beredar,bahwa perkutut ini sangat bagus jika di pelihara oleh seorang pemimpin,pemuka masyarakat dan orang yang di anggap memiliki pamor di daerah tinggalnya.

Perkutut satriya kinayungan.

Jenis burung perkutut ini bisa kita temukan pada tanda di kepalanya yang memiliki warna putih bagian tengah kepalanya.jenis burung perkutut ini mitos yang berkembang mampu menaikan pangkat,derajad,wibawa sangat cocok jika di pelihara bagi orang yang sedang mengejar kewibawaan.

Itulah beberapa ciri kusus burung perkutut yang berdampak bagus bagi pemiliknya atau biasa di sebut dengan Perkutut Ciri Mathi.percaya atau tidak,saya serahkan pada pembaca masing-masing.saya hanya menuliskan menurut berbagai sumber yang pernah saya baca.Akan lebih bagus,jika semua kita serahkan pada Tuhan yang maha kuasa.sebab dialah yang maha pemberian segalanya...semoga berguna,jika ada manfaatnya,Tolong keiklasan nya untuk di bagikan pada teman anda...salam...


http://www.bosburung.com/

Selasa, 13 Desember 2016

Q.S. Al-Insyirah

  • image
    Terjemah Surat Al Insyirah ayat 1-8 :
    1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
    2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
    3. yang memberatkan punggungmu?
    4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
    5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
    6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
    7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
    (urusan) yang lain,
    8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
    Mengartikan Surat Al-Insyirah ayat 1-8  :

    Surah Al Insyirah atau Surat Alam Nasyrah( سورة الشرح )adalah surat ke-94 dalam Al Qur'an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah serta diturunkan sesudah surat Adh Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama, yang berarti: bukankah Kami telah melapangkan.

    Pokok-pokok Isi  :

    Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya.

    Kandungan Isi  :

    بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   
    Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
    Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dari Surah al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.

    أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
    Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu? 
    Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syaraha juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.
    Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.
    Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.
    Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.

    وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ
    Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu, 
    Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.

    الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
    Yang telah memberatkan unggungmu? 
    Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita.

    وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
    Dan meninggikan untukmu sebutan kamu? 
    Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.
    Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

    فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
    Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan, 
    '
    إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
    Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. 
    Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.
    Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.

    فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
    Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras! 
    Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.

    وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
    Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata! 
    Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri

    Kesimpulan:

    Berikut ini isi pesan dan ajaran dari surat Al Insyirah tersebut, yaitu :
    1. Allah SWT mengingatkan kepada manusia bahwa Dia telah memberikan nikmat yang jumlahnya tiada terhitung. Hanya saja kebanyakan manusia tidak menyadari atau lupa ketika mendapat nikmat. Sebaliknya, kalau mendapatkan sedikit kesulitan saja atau masalah dia pasti menyadarinya, bahkan tak henti-hentinya mengeluh. Tahukah kamu bahwa ketika sedang mengeluh kita lupa bahwa seakan-akan kita tak pernah mendapatkan nikmat.
    2. Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya, setiap kesulitan tentu ada jalan keluarnya. Oleh karenanya kita diperintahkan untuk terus berusaha mencari jalan keluar yang paling baik ketika mendapatkan masalah. Kita dilarang berputus asa, misalnya ketika ada masalah malah melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri seperti merokok, mengkonsumsi narkoba sebagai pelampiasan masalah, atau bahkan sampai bunuh diri. Hal ini tidak menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah. Bagaimana cara terbaik yang harus dilakukan? Caranya adalah dengan berzikir, beribadah, introspeksi diri, apa yang masih kurang, mohon ampun kepada Allah SWT danmemohon agar segera ditunjukkan jalan keluarnya.
    3. Ketika telah selesai menyelesaikan suatu pekerjaan, maka dengan segera lakukanlah pekerjaan yang lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita diperintahkan untuk menjadi umat yang rajin bekerja dan kreatif, tidak menjadi umat yang pemalas. Contoh orang yang malas adalah baru mau bekerja kalau sudah tidak mempunyai uang. Sikap mental semacam ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Kita diperintahkan untuk bekerja keras, tekun, gigih, dan ulet, sehinga tidak hidup kekurangan, bahkan kalau bisa membantu orang lain.
    4. Sukses atau tidaknya suatu pekerjaan ditentukan oleh sejauh mana semangat seseorang dalam berusaha. Selain itu kita juga diperintahkan untuk berserah diri kepada Allah, karena Dialah Yang Maha Kuasa dan menentukan segalanya. Jangan cepat puas dan menyombongkan diri ketika sukses, dan jangan cepat menyerah ketika menemui kendala. Sebaliknya, kita diajarkan untuk bersyukur ketika sukses, dan tetap sabar ketika menemui rintangan.
  • http://www.mutiaraislam.web.id/

Jangan Remehkan Dzikir !

A Muslim pilgrim prays near where the Hiraa cave is located, at the top of Noor Mountain on the outskirts of Mecca, Saudi Arabia, Tuesday, Nov. 24, 2009. According to tradition, Islam's Prophet Mohammed received his first message to preach Islam while he was praying in the cave. An estimated 2.5 million Muslims have converged on Mecca to attend the annual hajj pilgrimage. (AP Photo/Hassan Ammar)
Khazanahalquran.com – Renungkan ayat ini dan perhatikan dimana letak kata “banyak”
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim
ِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَات
laki-laki dan perempuan yang mukmin
ِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya
وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَات
laki-laki dan perempuan yang benar
ِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَات
laki-laki dan perempuan yang sabar
ِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَات
laki-laki dan perempuan yang khusyu’
ِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَات
laki-laki dan perempuan yang bersedekah
ِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَات
laki-laki dan perempuan yang berpuasa
ِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَات
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya
ِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَات
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah
ِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS.al-Ahzab:35)
Pada ayat diatas hanya satu kalimat yang disifati dengan kata “Banyak”. Bukan banyak bersedekah ataupun banyak berpuasa, namun Allah berfirman
“laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah”
Semua tujuan dalam ibadah adalah dzikir, mengingat Allah SWT. Solat, puasa, haji, sedekah dan sebagainya berusaha mengantarkan kita untuk selalu berhubungan dengan Allah dan mengingat-Nya.
Seperti dalam ayat lain Allah memerintahkan kita untuk banyak menyebut dan mengingat-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS.al-Ahzab:41)
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.” (QS.al-Insan:25)
Maka sebaliknya orang-orang munafik adalah mereka yang tidak mengingat Allah kecuali sedikit.
Dzikir adalah :
– Ibadah yang tidak memerlukan wudhu’.
– Tidak perlu menghadap Kiblat.
– Tidak perlu mengeluarkan harta.
– Tidak perlu berjihad.
– Tidak dibatasi oleh waktu.
– Bahkan tidak memerlukan modal apapun
Namun dzikir membutuhkan Taufiq dari Allah. Begitu mudah mengingat Allah tapi tidak semua orang tergerak untuk melakukannya.
Padahal sering mengingat Allah adalah tanda kesuksesan seorang hamba.
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“dan banyaklah mengingat Allah supaya kamu beruntung.” (QS.al-Mu’minun:10)
Siapa yang banyak mengingat Allah akan dicintai-Nya, siapa yang dicintai Allah akan selalu diberi Taufik dan hidayah-Nya.
Semoga Allah memberi Taufik kepada kita untuk selalu mengingat-Nya.

Cara Menjawab Ejekan dalam Al-Qur’an




Khazanahalquran.com – Islam telah tertutupi oleh perbuatan pengikutnya. Hari ini, sulit bagi non-muslim untuk melihat bagaimana bentuk islam yang sebenarnya. Ada kaum muslimin yang tampak begitu keras dan keji, ada pula yang terlihat santun dan penyayang. Ada yang terlihat kotor dan kacau, ada pula yang selalu rapi dan bersih.
Sebenarnya islam itu yang mana?
Kita sebagai muslim juga tak luput dari kesalahan. Kita sering melakukan sesuatu yang tidak islami sampai menjadi hal yang biasa dan wajar. Hingga akhirnya, kita kehilangan identitas sebagai pengikut Al-Qur’an.
Seorang muslim harus sadar bahwa dirinya berbeda dengan mereka yang tidak mengikuti Al-Qur’an. Kita harus bangga bahwa “aku tergolong sebagai kaum muslimin”, dengan syarat harus menghiasi kebanggaan itu dengan perbuatan baik. Jika prilaku kita menyimpang maka kebanggaan itu hanya akan menghinakan agama yang kita anut.
Kali ini kita akan membahas fenomena yang sedang heboh, khususnya di dunia maya. Dengan dukungan teknologi yang semakin canggih, banyak orang yang ingin menyuarakan dakwah, menyampaikan “kebenaran” dan memperjuangkan islam.
Berbagai artikel, gambar dan video dibuat dan disebar dengan semangat memperjuangkan kebenaran. Namun sayangnya, semangat menyuarakan islam itu tidak diimbangi dengan cara yang islami pula. Mereka memperjuangkan agama Allah dengan cara yang tidak disukai Allah.
Mungkin kita pun termasuk dalam golongan ini. Kebenaran yang disampaikan disertai dengan saling mencela, mencaci dan mengejek. Apakah cara semacam ini mendapat restu dari Al-Qur’an?
Kali ini kita akan bertanya pada Kitab Mukjizat ini tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang sudah tak ber-etika dalam dialog.
Bagaimana sikap kita jika berhapadan dengan orang yang membalas argumen kita dengan cacian? Apakah Al-Qur’an menyerukan untuk membalas cacian mereka? Atau Islam punya cara lain? Karena kita adalah umat Al-Qur’an, maka sudah selayaknya kita akan bertanya tentang sikap Al-Qur’an dalam mengatasi masalah ini.

Rasulullah Diutus untuk Menyelamatkan Manusia dari Kebodohan
Tujuan Rasulullah saw diutus adalah untuk memberi tau orang yang belum mengerti, memperingatkan orang yang lalai dan meluruskan orang yang sesat.
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ -٤٤-
“Dan Kami Turunkan adz-dzikr (al-Quran) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.” (An-Nahl 44)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ -٢-
“Dia-lah yang Mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Jumu’ah 2)

Di sisi lain, ada ayat-ayat yang memerintahkan Rasul untuk berpaling dari orang-orang bodoh itu.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ -١٩٩-
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf 199)

Apakah dua ayat ini tidak saling kontradiksi? Satu ayat memerintahkan untuk mengajari orang yang bodoh dan ayat lain menyuruh berpaling?
Tidak ada yang kontradiksi di dalam Al-Qur’an. Sebelum membahas dua ayat diatas, kita harus tau bagaimana orang bodoh itu? Dua macam ayat diatas mengarah kepada 2 tipe manusia yang berbeda.
Orang bodoh itu terbagi menjadi 2 macam,
Pertama, orang yang tidak tau dan sadar bahwa dirinya tidak tau. Rasulullah saw memiliki kewajiban untuk mengajari tipe orang yang semacam ini.
Kedua, orang yang bodoh tapi merasa dirinya paling pintar dan paling benar. Siapapun yang berbeda dengannya pasti salah. Tipe seperti ini tidak mau mendengar pendapat orang lain. Disinilah Rasulullah diperintahkan untuk berpaling dan tidak melayani mereka. Orang seperti tipe kedua secara sadar atau tidak telah menganggap dirinya berada diatas Rasulullah saw.
Bayangkan saja, Rasulullah telah memiliki segala ilmu yang telah diberi Allah swt,
وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكَ عَظِيماً -١١٣-
“Dan Dia telah Mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar.” (An-Nisa’ 113)

Tapi disaat yang sama, Allah masih menyuruhnya untuk berdoa meminta tambahan ilmu.
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْماً -١١٤-
Dan katakanlah, “Ya Tuhan-ku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” (Thaha 114)

Jika Rasulullah masih meminta tambahan ilmu, siapa kita jika merasa paling benar dan tidak mau mendengar pendapat dan ilmu dari orang lain?

“Orang yang paling dungu adalah orang yang menganggap dirinya paling berakal” (Imam Ali bin Abi tholib)

 Alasan Kelompok yang Menolak Kebenaran
Pada setiap zaman, ada satu kelompok yang selalu menolak kebenaran dalam hidupnya. Setiap para nabi diutus kelompok ini selalu berusaha menghalangi dakwah mereka. Namun sejarah membuktikan bahwa mereka tidak pernah mampu menjawab argumen para nabi.
Karena argumen para nabi begitu kuat dan mereka tidak mampu menjawab, maka mereka menggunakan senjata terakhir ketika terpojok. Modal mereka hanya cacian, ejekan dan ancaman. Allah menyebut kelompok ini sebagai orang-orang yang sangat merugi,
يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلاَّ كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون -٣٠-
“Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.” (Yasiin 30)

Tapi anehnya, ketika bercerita tentang perilaku musyrikin yang suka mengejek para nabi, Al-Qur’an tidak pernah memberi celah sedikitpun bagi kaum muslimin untuk membalasnya. Islam tak memberi izin walau satu kalimat untuk menjawab ejekan mereka.
Seperti ketika kaum munafiqin mengejek orang-orang mukmin, Allah tidak mengatakan bahwa kaum mukminin akan membalas ejekan mereka. Namun Allah sendiri yang akan membalas ejekan kaum musyrikin.
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ -١٤- اللّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ -١٥-
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.” Allah akan Memperolok-olokkan mereka dan Membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-Baqarah 14-15)

Bahkan, ketika Nabi diolok-olok, Allah memerintahkannya untuk berpaling dan tidak membalas olokan mereka. Allah sendiri yang akan membalas kata-kata keji mereka.
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ -٩٤- إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ -٩٥-
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami Memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau).” (Al-Hijr 94-95)

Para penyeru kebenaran tidak boleh masuk ke dalam dunia kotor ini. Perilaku ejek mengejek hanya layak dilakukan oleh orang yang frustasi menghadapi argumen kebenaran. Pejuang kebenaran tidak diizinkan sama sekali untuk berperilaku kotor seperti mereka.
Teringat kisah Nabi Nuh as ketika membuat kapalnya di daratan. Melihat keanehan ini, kaum musyrikin menertawakan beliau karena membuat kapal ditengah daratan yang jauh dari perairan.
وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلأٌ مِّن قَوْمِهِ سَخِرُواْ مِنْهُ قَالَ إِن تَسْخَرُواْ مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ -٣٨- فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُّقِيمٌ -٣٩-
“Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, maka (nanti) kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal.” (Huud 38-39)

Dalam kisah ini, Nabi Nuh as tidak membalas ejekan musuh-musuhnya. Beliau hanya berkata Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal.

Dalam Kitab Durul Mantsur, As-Suyuthi meriwayatkan dari Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal abidin, beliau berkata:

“Senjata orang durjana adalah kata-kata yang buruk”

 Lalu bagaimana tips Al-Qur’an dalam menghadapi orang-orang yang hobi mencaci dan mengejek? Apakah kita harus membalasnya demi “memperjuangkan islam”? Apakah kita tidak boleh berdiam diri demi “menegakkan kebenaran”?
Pada bagian sebelumnya, kita telah mendapat kesimpulan bahwa Islam tidak memberi celah sedikitpun bagi pengikutnya membalas ejekan orang lain. Walaupun untuk demi menyampaikan kebenaran, walaupun dengan alasan untuk “membela” Islam, Allah tidak pernah memberi izin untuk membalas ejekan.
Kecepatan dunia maya dalam menyebarkan sesuatu membuat banyak orang yang ingin menyuarakan islam dan menyampaikan kebenaran. Tapi banyak dari mereka yang terbawa arus hingga emosi dan saling mencaci.
Jika Allah tidak memberi celah sedikitpun untuk membalas ejekan, lalu bagaimana sikap kita menghadapi orang yang menghina pendapat kita, mengejek kita bahkan mengolok-olok kebenaran?
Jawaban Al-Qur’an hanya ada satu cara, diam dan berpaling. Bahkan Allah melarang kita melayani orang-orang “bodoh” yang hanya bermodal cacian.
Ayat pertama Allah berfirman,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ -١٩٩-
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf 199)
Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa orang bodoh itu ada dua macam. Orang yang tidak mengerti dan sadar bahwa dirinya tidak tau. Dan orang yang bodoh tapi merasa paling pintar dan paling benar.
Menghadapi orang yang merasa paling benar tidak bisa lagi dengan argumen. Mungkin mereka tidak bisa membantah argumen kita, tapi mereka mulai memakai senjata cacian untuk memancing agar kita mengikuti pola kotor mereka. Dan jawaban terbaik bagi orang seperti ini adalah diam dan berpaling darinya.

“Tidak menjawab orang yang bodoh itu adalah sebuah jawaban”

 Baca sejarah para nabi, khususnya nabi kita Muhammad saw. Segala perkataan keji dilontarkan kepada mereka tapi tidak ada balasan dari para nabi kecuali kebaikan dan keindahan.
Karena penyeru tidak boleh masuk dalam dunia caci mencaci. Bersabar dan berpaling dari orang yang mencaci kita memang bukan hal yang mudah, karenanya Allah berfirman kepada Rasulullah saw,
وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْراً جَمِيلاً -١٠-
“Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” (Al-Muzzamil 10)

Allah swt berpesan untuk bersabar menghadapi mereka karena menahan diri untuk tidak membalas ejekan bukanlah hal yang mudah. Setelah itu tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.
Cara ini lebih menyakitkan orang yang mencaci kita dibanding kita membalasnya dengan cacian. Karena tujuan mereka memang untuk memancing kita masuk dalam lubang caci mencaci.  

Ayat kedua Allah berfirman,
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ -٢٠-
Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” (Ali Imran 20)

Ayat diatas menjelaskan ketika Rasulullah saw berdialog dengan orang-orang Kristen Najran, Rasul mulai menyampaikan dalil-dalilnya yang begitu kuat. Ketika mereka tidak bisa menjawab dalil Nabi, akhirnya mereka mulai membantah dan mencaci beliau. Saat itu pula turun ayat yang memerintahkan Rasulullah untuk pasrah dan tidak melayani mereka. “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.”

Ayat ketiga Allah berfirman,
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ -٥٥-
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, salam bagimu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh.” (Al-Qashas 55)

Para Ahlul Kitab yang berpegang teguh pada ajarannya mulai masuk islam dan mengikuti Rasulullah saw. Resiko mereka adalah selalu diejek dengan kata-kata yang keji dan buruk. Tapi mereka tidak pernah melayaninya, mereka hanya menjawab, Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, salam bagimu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh.”
Salam yang dimaksud adalah untuk mengakhiri pembicaraan dan tidak ada waktu untuk melayani orang-orang bodoh itu. Sering caci mencaci itu mulai dari kata-kata yang sederhana. Semakin panas semakin keluar kata-kata yang keji bahkan hingga mengejek fisik seseorang. Alangkah biadabnya seorang yang menghina fisik seseorang.
Bayangkan, jika seorang melihat suatu lukisan kemudian dia mencacinya, kira-kira siapa yang sebenarnya di caci? Lukisan itu atau pelukisnya?
Seorang yang menghina fisik orang lain sama saja dia menghina penciptanya, Naudzubillah !
Kebenaran harus disampaikan dengan cara yang benar. Kebenaran tidak perlu dibela dengan hal-hal yang kotor. Diam bukan berarti kalah, diam saat dicaci adalah tanda orang berakal. Dan ikut terpancing untuk mencaci berarti kita sama bodohnya dengan si pencaci itu.
Jangan pernah ragu hingga merasa harus membela kebenaran apapun caranya. Kebenaran itu ada pemiliknya, dan Sang Pemilik Kebenaran tidak akan tinggal diam. Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, salam bagimu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh.”
Selamat tinggal orang-orang frustasi yang hanya bermodal mencaci, kami adalah umat yang ingin menyebar kedamaian dan ketentraman di muka bumi. Tidak layak bagi kami untuk melayani cacian kalian.
Sekali lagi, jangan pernah menganggap diam itu kalah. Kita sedang memperjaungkan agama Allah bukan ingin memenangkan ego kita sendiri, karena itu harus dengan cara-cara yang direstui-Nya.  

Ayat keempat Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً -٦٣-
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “salam,” (Al-Furqan 63)
Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasihpara penyeru kebenaran harus penuh dengan rahmat dan kasih sayang. Salam dalam ayat ini bukan bermakna memberi salam, tapi ingin menunjukkan kami tidak memiliki waktu untuk menjawab cacian, kami hanya ingin membawa kedamaian dan keselamatan.
Jadikan telinga kita seakan tuli dari cacian mereka dan selalu berpikir, mungkin bukan saya yang dimaksud. Seperti kata pepatah arab,
حِلْمِيْ اَصَمْ وَ اُذُنِيْ غَيْرُ صَمَّاء
“Kesabaranku itu tuli walaupun telingaku bisa mendengar”

Suatu hari, cucu Rasulullah yang bernama Muhammad Al-Baqir pernah didatangi seseorang kristen. Tiba-tiba ia berkata, “Kamu adalah baqor (sapi)”
Beliau menjawab, “Tidak, aku baqir”
“Kamu anak dari tukang masak itu?” Bentaknya.
“Benar, itulah pekerjaan ibuku.” Jawab Al-Baqir tanpa berubah raut wajahnya.
“Kamu adalah putra dari wanita hitam yang berbuat nista.” Kata orang tersebut.
“Jika kamu benar, semoga Allah mengampuni ibuku. Jika kamu salah, semoga Allah mengampunimu” Jawabnya.
Seketika orang itu menangis melihat kesabaran Al-Baqir dan meminta maaf kepada beliau. Saat itu juga ia masuk islam. Orang yang paling dungu adalah ia yang merasa paling benar dan tidak mau menerima pendapat orang lain.
Imam Ali pernah berpesan,

“Janganlah kamu berteman dengan orang yang dungu. Ia ingin memberi manfaat kepadamu tapi malah menyusahkanmu.”

 Nabi Isa as juga pernah bersabda tentang orang dungu,

“Aku diberi kemampuan oleh Allah untuk menyembuhkan orang yang sakit belang dan buta. Bahkan aku bisa menghidupkan orang mati atas izin Allah. Tapi aku tak pernah mampu mengobati orang dungu.”

 Kita membawa nama Islam dalam berdakwah, bukan membawa nama pribadi. Maka kita tidak punya hak sedikitpun untuk melakukan sesuatu yang semakin mengotori nama islam.
Stop berdebat ! Stop Mencaci ! Stop Mengejek !
Nama Islam dirusak oleh para pengikutnya sendiri karena kaum muslimin hanya mengambil sepotong darinya. Masuk islam harus sempurna, tidak hanya mengambil sebagian.
Menyuarakan islam dengan cara yang tidak islam hanya akan semakin merusak kemuliaannya. Dan kita tidak pernah menganggap para pencaci itu orang bodoh, namun perilaku mereka menampakkan kebodohan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً -٢٠٨-
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.” (Al-Baqarah 208)