Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Rabu, 25 Oktober 2017

PUASA RABU PON KAMIS WAGE JUMAT KLIWON


Puasa, sudah tidak asing lagi orang dimanapum berada untuk mendengarkan kata-kata ini. Dalam pemahaman manapun, puasa selalu dihubungkan dengan penahanan diri. Puasa dalam etimologi jawa berasal dari bahasa sansekerta. Diambil dari 2 kata yaitu Upa dan wasa, upa ‎memiliki arti pertalian dan wasa memiliki arti wewenang/kekuasaan.
Jadi Puasa dapat diartikan menalikan diri untuk mendapatkan kewenangan tertentu misal dalam hal menuntut ilmu atau menggapai keinginan. Dalam khasanah jawa, tembung puasa atau Pasa diibaratkan “Ngeposne Rasa”, atau memberhentikan rasa. Oleh karena itu orang yang sedang berpuasa itu tidak hanya dipandang menahan makan, tapi juga menahan syahwat, pandangan, perasaan, kecintaan, maupun penahanan yang lain.
Salah satunya adalah puasa neptu (Dina telu Neptu Patang Puluh) merupakan warisan Kanjeng Sunan Kalijaga. Hampir semua keinginan, dzikir & doa itu butuh lelaku, ada yang sehari semalam , tiga hari tiga malam, sampai ada yang satu tahun, dikarenakan lelaku yang 40 hari dan satu tahun itu berat maka di ringkas dengan cara memilih 3 hari yang memiliki neptu 40 , di mana dengan hal tersebut bisa menjadi lebih ringan.
Puasa neptu adalah puasa yang tujuannya untuk mempersingkat lelaku dalam menjalani syarat sebuah keilmuan atau tujuan, contohnya dalam lelaku menuntut ilmu seseorang diwajibkan berpuasa selama 40 hari, tetapi jika lelaku tersebut ditempuh dengan puasa neptu hanya membutuhkan waktu 3 hari saja. Dengan kata lain puasa 3 hari = 40 hari, puasa neptu dilakukan oleh Sunan Kalijaga ( salah satu walisanga tanah jawa ) yang merasa bahwa lelaku yang dijalankan para santri sangatlah berat, maka itu beliau berinisiatif menciptakan puasa neptu.
Kita mendapatkan lelaku puasa neptu rabu pon-kamis wage-jum’at kliwon dari salah seorang family, tujuannya adalah untuk meminta petunjuk kemana kita harus berjalan, meminta agar segala keinginan / impian kita tercapai dan juga salah satu lelaku dalam menuntut ilmu agar dapat diberikan pengetahuan.
Puasa Neptu dibagi menjadi:
1. selasa kliwon-rabu legi-kamis pahing
2. rabu pon-kamis wage-jum’at kliwon
3. kamis wage-jum’at kliwon-sabtu legi
4. sabtu kliwon-minggu legi-senin pahing
5. jum’at pahing-sabtu pon-minggu wage
6. jum’at legi-sabtu pahing-minggu pon
Cara menghitung hari pasaran
minggu : 5 legi : 5
senin : 4 pahing : 9
selasa : 3 pon : 7
rabu : 7 wage : 4
kamis : 8 kliwon : 8
jum’at : 6
sabtu : 9
contoh :
Rabu Pon : 7+7=14
Kamis – Wage : 8+4=12
Jum’at-kliwon : 6+8=14+
jumlah 40
http://ilmusakti.com/manfaat-puasa-rabu-pon-kamis-wage-jumat-kliwon.html

LELAKU 3 HARI = LELAKU 40 HARI

Kebanyakan do'a mantera, aji-aji, hizib, wirid, aurad, ngelmu dan lain-lain sejenisnya, itu semua membutuhkan lelaku. Ada yang satu hari semalam, ada yang tiga hari semalam, ada yang tujuh hari semalam, ada pula yang sampai empat puluh hari semalam, bahkan terlebih lagi ada yang lelaku sampai satu tahun. Oleh sebab itu, bagi yang lelaku sebuah ilmu membutuhkan persyaratan hingga 40 hari dan satu tahun tadi terlalu berat dan memberatkan sekali. Maka atas wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga (Wali di Tanah Jawa yang tersohor ke-Ilmuannya di antara Wali Songo)memberi anjuran bahwa lelaku tirakat yang membutuhkan persyaratan selama 40 hari dan setahun tersebut dapat diringkas menjadi lelaku tirakat yang hanya cukup 3 hari. Artinya, lelaku tirakat 3 hari sama dengan lelaku tirakat selama 40 hari, dengan catatan harus pandai-pandai memilih waktu yang 3 hari tersebut jumlah neptu ke tiga hari tersebut harus 40.

1. Pilih hari = Kamis Legi, Jum'at Kliwon, dan Sabtu Legi (Jumlah neptu 40) 
2. Pilih hari = Jum'at Paing, Sabtu Pon, dan Minggu Wage (Jumlah neptu 40) 
3. Pilih hari = Sabtu Kliwon, Minggu Legi, dan Senin Pahing (Jumlah neptu 40) 
4. Pilih hari = Selasa Kliwon, Rabu Legi, dan Kamis Pahing (Jumlah neptu 40) 
5. Pilih hari = Rabu Pon, Kamis Wage, dan Jum'at Kliwon (Jumlah neptu 40) 

Hari-hari pada ke lima nomor tersebut, dapat dipilih salah satu sesuai dengan kebutuhan waktu lelaku tirakat anda. Apabila anda melaksanakan lelaku tepat pada hari-hari yang ada di dalam daftar tersebut, sama saja anda telah melaksanakan lelaku selama 40 hari.
Sedangkan untuk lelaku yang membutuhkan waktu 1 tahun atau perawatan khusus pada sebuah ilmu, dapat dilakukan dengan puasa 3 hari sesuai waktu pada daftar tersebut di atas sebanyak enam kali berturut-turut. 

NEPTU HARI DAN PASARAN LIMA : 

HARI : 
1. Minggu neptunya 5 
2. Senin neptunya 4 
3. Selasa neptunya 3 
4. Rabu neptunya 7 
5. Kamis neptunya 8 
6. Jum'at neptunya 6 
7. Sabtu neptunya 9 

PASARAN : 
1. Paing neptunya 9 
2. Pon neptunya 7 
3. Wage neptunya 4 
4. Kliwon neptunya 8 
5. Legi neptunya 5 

Contoh : 
Selasa Kliwon berneptu = 3 + 8 = 11 (Sebelas) 
Rebu Legi berneptu = 7 + 5 = 12 (Dua Belas) 
Kamis Pahing berneptu = 8 + 9 = 17 (Tujuh Belas) 
--------------------------------------------------------------- + 
Jadi Jumlah neptu ke 3 hari = 40 (Empat Puluh) 

Semoga Bermanfaat

Jumat, 20 Oktober 2017

Ramalan Jayabaya Yang Menghebohkan

Isi Lengkap Ramalan Jayabaya Yang Menghebohkan - Mungkin Anda pernah mendengar tentang adanya Ramalan Jayabaya. Ya, ramalan Jayabaya ini cukup menghebohkan masyarakat Indonesia karena isi dari ramalan Jayabaya ini adalah menggambarkan tentang situasi Indonesia di masa depan termasuk para pemimpinnya. Dan ramalan Jayabaya ini juga yang ada hubungannya dengan calon Presiden RI ke 7 pada tahun 2014 ini. Sebenarnya siapa itu Jayabaya dan apa saja isi ramalan Jayabaya tersebut ?.
Seperti dikutip dari Wikipedia, Ramalan Jayabaya atau sering disebut jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal-usul utama serat ramalan Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya, tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwa Jayabaya yang membuat ramalan-ramalan tersebut.

“     Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.     ”

Meskipun demikian, kenyataannya dua pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, sama sekali tidak menyebut bahwa bahwa Prabu Jayabaya memiliki karya tulis dalam kitab-kitab mereka yang berjudul Kakawin Bharatayuddha, [[Kakawin Hariwangsa],] dan Kakawin Gatotkacasraya. Kakawin Bharatayuddha hanya menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha, sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang prabu Kresna ingin menikah denganRukmini dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.

Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya, maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa sumber ramalan ini sebenarnya hanya satu, yakni Kitab Asrar (Musarar) karangan Sunan Giri Perapan (Sunan Giri ke-3) yang kumpulkannya pada tahun Saka 1540 = 1028 H = 1618 M, hanya selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang sejarah Majapahit dan Singosari yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613 M. Jadi penulisan sumber ini sudah sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram bertahta (1613-1645 M).

Kitab Jangka Jayabaya pertama dan dipandang asli, adalah dari buah karya Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutannya Pangeran Kadilangu II) yang dikarangnya pada tahun 1666-1668 Jawa = 1741-1743 M. Sang Pujangga ini memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya punya kekuasaan wilayah "Perdikan" yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. Memang beliau keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila beliau dapat mengetahui sejarah leluhurnya dari dekat, terutama tentang riwayat masuknya Sang Brawijaya terakhir (ke-5) mengikuti agama baru, Islam, sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan Penasehat Sang Baginda benama Sabda Palon dan Nayagenggong.

Disamping itu beliau menjabat sebagai Kepala Jawatan Pujangga Keraton Kartasura tatkala zamannya Sri Paku Buwana II (1727-1749). Hasil karya sang Pangeran ini berupa buku-buku misalnya, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, Raja Kapa-kapa, Sejarah Empu, dll. Tatkala Sri Paku Buwana I naik tahta (1704-1719) yang penobatannya di Semarang, Gubernur Jenderalnya benama van Outhoorn yang memerintah pada tahun 1691-1704. Kemudian diganti G.G van Hoorn (1705-1706), Pangerannya Sang Pujangga yang pada waktu masih muda. Didatangkan pula di Semarang sebagai Penghulu yang memberi Restu untuk kejayaan Keraton pada tahun 1629 Jawa = 1705 M, yang disaksikan GG. Van Hoorn.

Ketika keraton Kartasura akan dipindahkan ke desa Sala, sang Pujangga diminta pandapatnya oleh Sri Paku Buwana II. Ia kemudian diserahi tugas dan kewajiban sebagai peneliti untuk menyelidiki keadaan tanah di desa Sala, yang terpilih untuk mendirikan keraton yang akan didirikan tahun 1669 Jawa (1744 M).

Sang Pujangga wafat pada hari Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam'iah 1672 Jawa 1747 M, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di Surakarta. Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh puteranya sendiri yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis Legi,10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 M.

Dan berikut ini isi ramalan Jayabaya lengkap:


    Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
    Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
    Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
    Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
    Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
    Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
    Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
    Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
    Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
    Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
    Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
    Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
    keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
    Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
    Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
    Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
    Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
    Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
    Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
    Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
    Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
    Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
    Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
    Nantang bapa--- Menantang ayah.
    Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
    Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
    Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
    Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
    Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
    Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
    Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
    Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
    Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
    Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
    Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
    Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
    Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
    Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
    Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
    Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
    Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
    Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
    Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
    Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
    Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan.
    Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
    Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
    Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
    Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
    Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang gonta-ganti pasangan.
    Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
    Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
    Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
    Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
    Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
    Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
    Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
    Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
    Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
    Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
    Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
    Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
    Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
    Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
    Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
    Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
    Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
    Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
    Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
    Akeh laknat--- Banyak kutukan
    Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
    Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
    Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
    Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
    Guru disatru---Guru dimusuhi.
    Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
    Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
    Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
    Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
    Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
    Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
    Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
    Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
    Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
    Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
    Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
    Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
    Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
    Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
    Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
    Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
    Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
    Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
    Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
    Akeh barang haram---Banyak barang haram.
    Akeh anak haram---Banyak anak haram.
    Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
    Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
    Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
    Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
    Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
    Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
    Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
    Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
    Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
    Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
    Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
    Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
    Sing wedi mati---Yang takut mati.
    Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
    Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
    Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
    Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
    Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
    Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
    Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
    Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
    Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
    Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
    Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
    Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
    Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
    Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
    Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
    Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
    Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
    Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
    Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
    Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
    Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
    Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
    Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
    Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
    Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
    Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
    Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
    Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
    Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
    Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
    Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
    Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
    Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
    Akeh bandha musna ora karuan lungane---Banyak harta hilang entah ke mana
    Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
    Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
    Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
    Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
    Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
    Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
    Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
    Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
    Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
    Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
    Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
    Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
    Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
    Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
    Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
    Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
    Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
    Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
    Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
    Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi.
    Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci.
    Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
    Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
    Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
    Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
    Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
    Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
    Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
    Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
    Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
    Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
    Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
    Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
    Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
    Agama ditantang---Agama ditantang.
    Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
    Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
    Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
    Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
    Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan.
    Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
    Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
    Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
    Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
    Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
    Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
    Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
    Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
    Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
    Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
    Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
    Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
    Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
    Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
    Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
    Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
    Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
    Buruh mangluh---Buruh menangis.
    Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
    Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
    Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
    Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
    Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
    Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
    Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
    Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal setengah.
    Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
    Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
    Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
    Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
    Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
    Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
    Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.

Semoga informasi diatas bisa menambah wawasan Anda.

http://www.serunik.com/2014/04/inilah-isi-lengkap-ramalan-jayabaya.html

Serat Jongko Joyoboyo


JAMAN EDAN
Pancen amenangi jaman edan,
sing ora edan ora kaduman.
Sing waras padha nggragas,
sing tani padha ditaleni.
Wong dora padha ura-ura.
Begjane sing eling lan waspada.
Ratu ora netepi janji,
musna prabawane lan kuwandane.
Akeh omah ing ndhuwur kuda.
Wong mangan wong,
kayu gilingan wesi padha doyan rinasa
enak kaya roti bolu.
Yen bakal nemoni jaman:
akeh janji ora ditetepi,
wong nrajang sumpahe dhewe.
Manungsa padha seneng tumindak ngalah
tan nindakake ukum Allah.
Bareng jahat diangkat-angkat,
bareng suci dibenci.
Akeh manungsa ngutamakake reyal,
lali sanak lali kadang.
Akeh bapa lali anak,
anak nladhung biyunge.
Sedulur padha cidra,
kulawarga padha curiga,
kanca dadi mungsuh,
manungsa lali asale.
Rukun ratu ora adil,
akeh pangkat sing jahat jahil.
Makarya sing apik manungsa padha isin.
Luwih utama ngapusi.
Kelakuan padha ganjil-ganjil.
Wegah makarya kapengin urip,
yen bengi padha ora bisa turu.
Wong dagang barange saya laris, bandhane ludhes.
Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Akeh wong nyekel bandha uripe sangsara.
Sing edan bisa dandan.
Sing mbangkang bisa nggalang
omah gedhong magrong-magrong.
Wong waras kang adil uripe nggragas lan kapencil.
Sing ora bisa maling padha digething.
Sing pinter duraka padha dadi kanca.
Wong bener thenger-thenger,
wong salah bungah-bungah.
Akeh bandha muspra ora karuwan larine.
Akeh pangkat drajat padha minggat ora karuwan sababe.
Bumi saya suwe saya mungkret.
Bumi sekilan dipajegi.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane kaya raja kang ngumbar hawa napsu,
ngumbar angkara murka,
nggedhekake duraka.
Wong apik ditampik,
wong jahat munggah pangkat.
Wong agung kesinggung,
wong ala pinuja-puja.
Wong wadon ilang kawanitane,
wong lanang ilang kaprawirane.
Akeh jago tanpa bojo.
Wanita padha ora setya,
laku sedheng bubrah jare gagah.
Akeh biyung adol anak,
akeh wanita adol awak.
Bojo ijol-ijolan jare jempolan.
Wong wadon nunggang jaran,
wong lanang numpang slendhang pelangi.
Randha loro, prawan saaga lima.
Akeh wong adol ngelmu.
Akeh wong ngaku-aku,
njaba putih njerone dhadhu.
Ngakune suci, sucine palsu.
Akeh bujuk.
Wektu iku dhandhang diunekake kuntul.
Wong salah dianggep bener,
pengkhianat nikmat,
durjana saya sampurna.
Wong lugu keblenggu,
wong mulya dikunjara,
sing curang garang,
sing jujur kojur.
Wong dagang keplanggrang,
wong judhi ndadi.
Akeh barang kharam,
akeh anak-anak kharam.
Prawan cilik padha nyidham.
Wanita nglanggar priya.
Isih bayi padha mbayi.
Sing priya padha ngasorake drajate dhewe.
Wong golek pangan kaya gabah den interi.
Sing klebat kliwat,
sing kasep keplesed.
Sing gedhe rame tanpa gawe,
sing cilik kecelik.
Sing anggak kalenggak.
Sing wedi padha mati,
nanging sing ngawur padha makmur,
sing ngati-ati sambate kepati-pati.
Cina olang-aling kepenthung
dibandhem blendhung,
melu Jawa sing padha eling.
Sing ora eling
padha milang-miling,
mloya-mlayu kaya maling,
tudang-tuding.
Mangro tingal padha digething.
Eling, ayo mulih padha manjing.
Akeh wong ijir,
akeh wong cethil.
Sing eman-eman
ora kaduman,
sing kaduman
ora aman.
Selot-selote besuk
ngancik tutupe taun,
dewa mbrastha malaning rat,
bakal ana dewa
angejawantah,
apangawak manungsa.
Apasuryan padha Bathara Kresna.
Awewatak Baladewa.
Agegaman trisula wedha.
Jinejer wolak-waliking jaman,
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar.
Utang nyawa nyaur nyawa,
utang wirang nyaur wirang.
Akeh wong cinokot lemud mati.
Akeh swara aneh tanpa rupa.
Bala prewangan, makhluk alus padha baris,
padha rebut bebener garis.
Tan kasat mata tanpa rupa,
sing mandhegani putra Bathara Indra,
agegaman trisula wedha.
Momongane padha dadi nayakaning prang,
perange tanpa bala,
sekti mandraguna tanpa aji-aji.
Sadurunge teka ana tetenger lintang kemukus dawa ngaluk-aluk,
tumanja ana kidul sisih wetan bener, lawase pitung bengi.
Parak esuk banter,
ilange katut Bthara Surya,
jumedhul bebarengan karo sing wus mungkur.
Prihatine kawula kelantur-lantur.
Iku tandhane putra Bathara Indra wus katampa
lagi tumeka ing ngarcapada,
ambiyantu wong Jawa.
Dununge ana sikile redi Lawu sisih wetan.
Adhedukuh pindha Raden Gathutkaca,
arupa gupon dara tundha tiga.
Kaya manungsa asring angleledha,
apeparab Pangeraning Prang,
tan pakra anggone anyenyandhang,
nanging bisa nyembadani ruwet-rentenge wong sapirang-pirang.
Sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling, Syeh-syeh pinaringan sabda gidrang-gidrang.
Putra kinasih swarga Sunan Lawu,
ya Kyai Brajamusthi,
ya Kresna,
ya Herumurti,
mumpuni sakehing laku,
nugel tanah Jawa kaping pindho.
Ngerehake sakabehing para jim,
setan, kumara, prewangan.
Para lelembut kabawah prentah
saeka praya kinen abebantu manungsa Jawa.
Padha asenjata trisula wedha,
kadherekake Sabdopalon Nayagenggong.
Pendhak Suro nguntapake kumara,
kumara kang wus katam nebus dosanira,
kaadhepake ngarsane kang Kuwasa.
Isih timur kaceluk wong tuwa,
pangiride Gathutkaca sayuta.
Idune idu geni, sabdane malati, sing bregudul mesthi mati.
Ora tuwa ora enom,
semono uga bayu wong ora ndayani.
Nyuwun apa bae mesthi sembada,
garise sabda ora gantalan dina.
Begja-begjane sing yakin
lan setya sabdanira.
Yen karsa sinuyutan wong satanah Jawa,
nanging pilih-pilih sapa waskitha pindha dewa.
Bisa nyumurupi laire embahira,
buyutira, canggahira, pindha lair bareng sadina.
Ora bisa diapusi
amarga bisa maca ati.
Wasis wegig waskitha
ngreti sadurunge winarah,
bisa priksa embah-embahira,
ngawuningani jaman tanah Jawa.
Ngreti garise siji-sijining umat,
tan kalepyan sumuruping gegaman.
Mula den udia satriya iki,
wus tan bapa tan bibi,
lola wus aputus wedha Jawa.
Mula ngendelake trisula wedha,
landhepe trisula :
pucuk arupa gegawe sirik agawe pepati utawa utang nyawa.
Sing tengah sirik agawe kapitunaning liyan,
sing pinggir tulak talak colong jupuk winaleran.
Sirik den wenehi ati melathi, bisa kasiku.
Senenge anyenyoba, aja kaina-ina.
Begja-begjane sing dipundhut,
ateges jantrane kaemong sira sabrayat.
Ingarsa begawan wong dudu pandhita.
Sinebut pandhita dudu dewa.
Sinebut dewa kaya manungsa,
kinen kaanggep manungsa sing seje daya.
Tan ana pitakonan binalekake,
tan ana jantra binalekake.
Kabeh kajarwakake nganti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandang.
Aja gumun aja ngungun,
yaiku putrane Bathara Indra kang pambayun,
tur isih kuwasa nundhung setan.
Tumurune tirta brajamukti, pisah kaya ngundhuh.
Ya siji iki kang bisa njarwakake
utawa paring pituduh jangka kalaningsun.
Tan kena den apusi
amarga bisa manjing jroning ati.
Ana manungsa kaiden katemu,
uga ora ana jaman sing durung kalamangsane.
Aja serik aja gela
iku dudu waktunira,
ngangsua sumur ratu tanpa makutha.
Mula sing amenangi gek enggala den luru,
aja nganti jaman kandhas.
Madhepa den amarikelu.
Begja-begjane anak putu, iku dalan sing eling lan waspada,
ing jaman Kalabendu nyawa.
Aja nglarang dolan nglari wong apangawak dewa,
dewa apangawak manungsa.
Sapa sing ngalang-ngalangi bakal cures ludhes sabraja dlama kumara.
Aja kleru pandhita samudana, larinen pandhita asenjata trisula wedha.
Iku paringe dewa.
Ngluruge tanpa wadyabala.
Yen menang datan ngasorake liyan.
Para kawula padha suka-suka
amarga adiling Pangeran wus teka.
Ratune nyembah kawula, agegaman trisula wedha.
Para pandhita ya padha ngreja,
yaiku momongane Kaki sabdopalon sing wus adus wirang.

Sabtu, 14 Oktober 2017

ROKOK

Tembakau dan Rokok: Budaya Masyarakat Bali

Komang Armada, seorang petani di Bali, merasa aneh mengapa orang dengan berisiknya menyucapkan “Hari Ini Sedunia”, “Hari Itu Sedunia”, dan yang paling tak dimengerti dan menyengatnya hadirnya peringatan “Hari Tanpa Tembakau Sedunia”. Mendengar seruan Anti Tembakau tersebut Komang justru membayangkan wajah-wajah terperanjat para leluhurnya.
“Orang tua saya, kakek, nenek, dan entah berapa tetua saya di Bali adalah pengkosumsi tembakau level “hardcore”. Pendeknya, tembakau adalah kultur. Mereka mengosumsi sebagairokok linting tradisional sebagai sisig (diemil berjam-jam, diyakini punya efek bagus buat tubuh), sebagai sarana sesajen, sebagai peringan sakit saat keselo/terkilir/salah urat, dan banyak lagi.
Foto: Eko Susanto

Melarang Merokok Seperti Melarang Muslimah Berhijab

Begini kata Ahmad Taufik tentang Hari Anti Tembakau:
“Sederhana saja, Bung, merokok itu aktivitas yang legal dan serba lumrah. Sama lumrahnya dengan makan nasi, minum susu, kentut di pagi hari, balikan dengan mantan, nikah muda, atau muslimah mengenakan hijab. Tak perlu dihebat-hebatkan, apalagi dilarang-larang. Melarang orang merokok sama buruknya dengan melarang muslimah berhijab.”
Sumber: Rokok Indonesia

Tanggapan atas Penistaan Pembela Kretek di Hari Anti Tembakau Sedunia

Nashir Haq, orang yang bertahun-tahun tinggal di tengah puluhan ribu buruh kretek, merasa disudutkan sebagai pendukung kretek oleh kampanye Anti Rokok. Dan seolah tak pernah diberi kesempatan untuk membela diri.
Pada 31 Mei, bertepatan dengan Hari Anti Tembakau Sedunia, di mana kampanye menghentikan segala aktivitas yang berkaitan dengan tembakau sedang gencar-gencarnya, Nashir Haq bersuara:
“Untuk para lebay antirokok yang menuduh setiap acara dukungan terhadap kretek didanai oleh korporasi kretek: Sebagai orang yang berasal dari Kudus, sebuah kabupaten yang tak segan memasang predikat “Kota Kretek”, sebuah kabupaten tempat berdirinya berbagai macam industri kretek, dukungan saya terhadap kretek mungkin akan kalian tafsirkan sebagai pembelaan saya terhadap korporasi besar produsen kretek. Terserah kalau kalian beranggapan seperti itu, toh itu hak kalian.
Tapi, sejujurnya, saya sama sekali tidak punya kepentingan langsung terhadap korporasi kretek. Saya bukanlah penerima beasiswa dari perusahaan rokok, Saya pun merasa tidak pernah mendapat apapun dari perusahaan kretek. Ketika pendukung kretek makin lama makin kalian nistakan, sesungguhnya yang terpikir di benak saya hanya tetangga-tetangga saya yang bekerja sebagai buruh kretek, orangtua teman-teman saya yang bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan tinggi, dan 45% penduduk kota saya yang menggantungkan hidupnya dapa komoditas kretek.”
Sumber: Rokok Indonesia

Tembakau adalah Kultur Masyarakat Bali

Komang Armada, seorang petani di Bali, merasa aneh mengapa orang dengan berisiknya menyucapkan “Hari Ini Sedunia”, “Hari Itu Sedunia”, dan yang paling tak dimengerti dan menyengatnya hadirnya peringatan “Hari Tanpa Tembakau Sedunia”.
Mendengar seruan Anti Tembakau tersebut Komang justru membayangkan wajah-wajah terperanjat para leluhurnya.
“Orang tua saya, kakek, nenek, dan entah berapa tetua saya di Bali adalah pengkosumsi tembakau level “hardcore”. Pendeknya, tembakau adalah kultur. Mereka mengosumsi sebagai rokok linting tradisional sebagai sisig (diemil berjam-jam, diyakini punya efek bagus buat tubuh), sebagai sarana sesajen, sebagai peringan sakit saat keselo/terkilir/salah urat, dan banyak lagi.“

Rokok dan Bulan Puasa

Pada bulan Ramadan begini ada yang menarik yang terjadi di sekitar kita. Seseorang meski menahan diri untuk menahan nafsu, amarah, makan dan minum, dan juga merokok.
Dalam pelaksanaan puasa semacam sekarang ini, seseorang muslim yang merokok juga diwajibkan untuk menahan diri tidak merokok sampai bedug Magrib terdengar. Jika diperhatikan, adakah saudara kita, handai taulan, dan kerabat, yang sampai sakaw ketika tidak merokok kurang lebih selama 14 jam itu?
Tentu tidak ada, karena aktivitas merokok tidak menimbulkan kecanduan bagi penggunaan. Aktivitas lebih tepat bila diletakkan sebagai kebiasaan sebagaimana seseorang yang suka minum kopi dan minum teh.
Sumber: Rokok Indonesia
Sumber foto: Eko Susanto (Flickr)

Nikotin Membunuh Kuman Penyebab Tuberculosis

Suatu hari, Nikotin mungkin menjadi alternatif yang mengejutkan sebagai obat Tubercolosis atau TBC yang susah diobati, kata seorang peneliti dari University of Central Florida (UCF).
Senyawa dari nikotin menghentikan pertumbuhan kuman TBC dalam sebuah tes laboratorium, bahkan bila digunakan dalam jumlah kecil saja, kata Saleh Naser, seorang profesor dari mikrobiologi dan molokuler dari UFC.
Itu sebabnya, mengapa sulit sekali perokok yang terserang TBC.

Bila Santri Dilarang Merokok

“Para santri dilarang merokok!”
Begitu aturan yang diberlakukan di Pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyantri. Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdol.
Gus Dur bercerita kejadian di suatu malam, ketika aliran listrik ke pesantren itu tiba-tiba terputus. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri yang tak bisa belajar segera mencari hal untuk mengisi waktu luang, ada yang tiduran dan ada juga yang mencari udara segar.
Di luar sebuah bangunan, ada seorang duduk-duduk sambil mengisap rokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.
“Nyedot, Kang?” sapa santri itu kepada seorang yang asyik merokok. Seorang yang merokok tadi agak sungkan ada orang yang mengetahui merokok, maka ia memberikan rokoknya untuk dihisap bersama. Saat dihisap, bara rokok itu membesar sehingga wajah si pemberi rokok samar-samar terlihat.
Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjaman. “Hai, rokokku jangan dibawa!” teriak si pemberi pinjaman rokok, yang ternyata Kiai Fattah.

Merokok Adalah Hak Asasi Manusia

Merokok Adalah Hak Asasi Manusia
Oleh : Mariska Lubis
Bicara soal hak asasi manusia dengan melarang manusia merokok merupakan bentuk pelanggararan hak asasi itu sendiri. Merokok adalah hak asasi manusia dan tidak ada seorang pun yang berhak melarangnya, apalagi bila hingga memotong gaji hanya karena merokok. Hak asasi untuk hidup sehat bebas dari asap rokok juga bukan berarti kemudian melaranggar hak asasi perokok dengan “menyingkirkan” mereka seperti “virus dan pesakitan”. Jelas menjadi bukti bentuk perilaku yang melanggar keadilan dan tidak berlakunya sistem demokrasi karena perokok sudah dijadikan objek oleh yang berpandangan subjektif. Keseimbangan pemikiran objektif dengan menyertakan semua sudut pandang dan kemungkinan yang ada tidak diindahkan. Begitu juga dengan kewajiban asasi manusia yang membuat adil itu benar adil sehingga keadilan benar berlaku dam diterapkan.
Setiap kali kawan dan rekan saya yang berasal dari luar negeri datang berkungjung, saya selalu semangat untuk berkata kepada mereka dan bercerita tentang kebebasan di Indonesia. Indonesia adalah negara yang benar menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mendukung kemerdekaan bagi setiap pribadinya dalam hal hak asasi manusia. Berbeda dengan di Singapura dan Amerika terutama, yang seolah benar mendukung hak asasi manusia dan sangat demokratis, tetapi untuk merokok saja susah sekali. Terlalu banyak alasan dan peraturan yang dibuat sehingga tidak ada lagi yang namanya kemerdekaan, kebebasan, apalagi demokrasi. Oleh karena semua itu tidak mampu diterapkan di negara mereka sendiri, maka mereka jadi “rajin menyerang” negara lain untuk menutupi yang sebenanrnya, termasuk Indonesia. Sementara bila dilihat fakta dan kenyataannya, Indonesia sudah lebih mampu menerapkan hak asasi, berlaku adil, dan menerapkan demokrasi lebih baik daripada yang lain.
Itu dulu, sekarang masa sudah berganti dan situasi berubah. Tidak bisa lagi saya mengatakan hal yang sama. Apa yang dilakukan di kedua negara itu dilakukan juga di Indonesia, terutama di Jakarta. Alasan yang digunakan juga sama, tidak ada variasi pemikiran yang lebih matang dan jelas. Menjadi bukti baru bagi saya, betapa Indonesia sudah kehilangan ke-Indonesiaannya dan menjadi sama dengan negara-negara itu. Mungkin bagi sebagian, hal ini bisa dianggap sebagai kemajuan yang modern namun bagi saya, ini adalah bukti dari sebuah kemunduran, primordialisme, dan sama sekali jauh dari kata modern karena pemikiran yang tertinggal dan primitif. Apa yang bisa dibanggakan bila negara ini terus menerus meniru dan “dijajah” oleh doktrin serta pemikiran yang menguasai sehingga terus dikuasai?!
Saya masih ingat ketika sosialisasi program anti rokok di mal dilakukan, beriringan dengan sosialisasi pemeriksaan emisi kendaraan bermotor. Jika dipikirkan, kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung, paru-paru, dan lain sebagainya karena polusi udara akibat asap kendaraan bermotor, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan asap rokok. Menurut salah satu penelitian, asap kendaraan bermotor yang mengandung zat dan racun berbahaya berpotensi mempengaruhi kesehatan hingga 95 persen. Sementara asap rokok? Tidak lebih dari 1 persen saja. Namun, mengapa asap rokok lebih diprioritaskan? Padahal, asap kendaraan ini bukan hanya berpengaruh pada perokok saja dan orang yang menghisap asap rokok saja tetapi semua!
Bila kita bicara soal teori konspirasi, selalu ada kemungkinan hal ini dapat terjadi karena tidak ada desakan yang hebat dari negara luar soal asap kendaraan bermotor ini. Amerika sendiri yang sudah harus berhadapan dengan hujan asam akibat polusi udara industrinya, begitu juga dengan China, hingga saat ini tidak bisa menghentikan percepatan pertumbuhan industri dan kendaraan bermotor. Mana mungkin juga bisa dihentikan bila industri merupakan jalan utama mendapatkan penghasilan?! Lantas, bagaimana kemudian menutupi masalah besar ini? Apalagi kalau tidak dengan membesar-besarkan hal yang kecil dan remeh? Di era pembodohan dan kebodohan dengan jumlah audience people yang sedemikian besarnya, sangatlah mudah untuk mempengaruhi dan digiring. Cukup kerjasama dengan promosi yang gila-gilaan, orang akan mudah sekali dibuat yakin dan percaya. Ditambah lagi dengan banyaknya problema politik dan ekonomi, kemampuan dan keinginan untuk berpikir lebih lanjut dan mendalam juga berkurang. Apa yang sulit?!
Hak asasi manusia yang terus digembar-gemborkan juga sama sekali tidak menyentuh soal kewajiban asasi manusia. Sementara pembicaraan hak asasi manusia selalu dititikberatkan pada perilaku adil dan keadilan. Bagaimana bisa adil bila selalu menuntut hak sementara kewajiban tidak pernah disentuh? Ini baru yang paling mendasar saja, belum lagi menyangkut soal prioritas dan masalah-masalah yang berkaitan dengan prioritas itu sendiri. Jika memang benar isu kesehatan akibat asap itu menjadi prioritas, lantas mengapa asap rokok yang dibesar-besarkan dan menjadi prioritas? Hak asasi perokok kenapa diabaikan? Suka tidak suka sifatnya relatif. Jika saya tidak suka dengan karyawan saya yang menonton sinetron karena sudah merusak bukan hanya fisik tetapi lenih parah lagi, yaitu pemikiran dan menghancurkan masa depan lewat pembodohan dan kebodohan, lantas apakah saya berhak melarang, mendenda, dan memotong gaji mereka yang melakukannya?!
Sungguh menyedihkan sekali Indonesia ini, ya! Mau-maunya terus menjadi bodoh dan dibodohi, terjajah dan dijajah. Asyik saja berusaha keras menjadi bangsa lain dan mengubah identitas kejatian diri. Tertipu dan ditipu oleh gempuran strategi hak asasi manusia tanpa pernah mau belajar dari sejarah maupun melihat diri sendiri yang sesungguhnya. Rokok bukan hal yang baru bagi budaya Indonesia dan bukan hanya sebuah industri bila mau melihatnya dari sudut pandang yang lain. Rokok kretek merupakan salah satu identitas budaya bangsa yang seharusnya diakui dan  bisa dibanggakan. Tidak kalah dengan cerutu Kuba dan cerutu-cerutu dari negeri lain, kok! Mengapa tidak ada yang mau menjadikan itu sebagai identitas bangsa ini?!
Asap rokok memang bisa dianggap berbahaya tetapi banyak yang lebih berbahaya dari asap rokok. Seorang pemimpin yang baik dan benar mampu memimpin tentunya tidak akam meneruskan semua kebodohan, pembodohan, serta penjajahan bentuk baru ini. Tidak akan juga mendukung segala bentuk beserta alasan-alasanya karena mampu memiliki identitas sendiri dan memiliki pandangan jauh ke depan. Tidak juga menjadi tiran dan hegemon yang berlindung di balik kata demokrasi dan keadilan, tetapi benar mampu menjadi adil dan menegakkan keadilan. Prioritas adalah utama, apa sebetulnya harus diprioritaskan dan menjadi tujuan?! Merokok dilarang tapi kalau menghisap cerutu itu lebih bergengsi, ya?! Hebat betul!!!
Semua orang berhak untuk merokok sama besarnya seperti juga berhak untuk mendapatkan hidup sehat. Semua orang berkewajiban untuk saling menghormati dan berlaku adil tanpa kecuali. Tidak ada ekslusifitas ataupun “penyingkiran” yang adil dan tidak ada kemerdekaan bila selalu ada pemaksaan. Segala sesuatunya memiliki banyak sisi yang dapat dilihat dan keseimbangan baru tercapai bila mampu berpikiran objektif dan tidak hanya memprioritaskam sebuah kepentingan, tetapi mencakup semua kepentingan terkait dan menyeluruh. Indonesia adalah surga, Indonesia adalah tempat di mana kemerdekaan itu benar ada, bila Indonesia mampu bangga menjadi Indonesia. Bukan seperti Amerika atau negara lain manapun di muka bumi ini. Berhentilah meniru! Buktikan Indonesia mampu! Merokok adalah hak asasi manusia, kok!!!

Rokok dan tembakau dalam Tradisi Nusantara

Rokok dan tembakau dalam Tradisi Nusantara
Tembakau, oleh masyarakat nusantara dipakai dalam banyak sekali ritual atau upacara adat. Dalam ritus-ritus tersebut, tembakau sudah dipakai ratusan tahun. Tembakau bersama pinang dan sirih menjadi pelengkap setiap upacara adat. Keragaman penggunaan tembakau menunjukkan bahwa tembakau telah menjadi bagian dari kebudayaan nusantara.
Selain menjadi pelengkap upacara adat, tembakau di beberapa wilayah menjadi semacam buah tangan untuk menghormati kerabat atau tuan rumah. Di Minang, tembakau menjadi bagian budaya petatah-petitih dan simbol keeratan hubungan kekeluargaan. Artikulasinya mewujud dalam tradisi kasusastraan nan indah yang terdapat dalam dialog cerita Randai, kesenian dari Minang.
Sebagaimana dituturkan oleh budayawan Djamaludin Umar dalam buku “Mereka yang Melampaui Waktu”,cerita Randai menggunakan idiom rokok(tembakau), sirih, dan pinang. “Datuak baringin sonsang, baduo jo pandeka kilek, hisoklah rokok nan sebatang, supayo rundiangan naknyo dapek”. Artinya, ketika tembakau sudah dibakar dan dihisap, maka perundingan atau musyawarah mufakat sudah bisa dimulai. tembakau dalam hal ini menjadi penanda bahwa pertemuan yang dilaksanakan telah resmi dan sah secara adat.
Di Minang, banyak cerita lisan, pantun yang menggunakan idiom rokok,sirih, dan pinang untuk petatah-petitih mengundang orang, pinang-meminang, pernikahan, bertamu, pengukuhan gelar penghulu, dan untuk meminta izin memulai pembicaraan. Selain di Minang, mari kita selusuri beragam upacara adat yang menggunakan tembakau:
1. Huta Horja Bius di Sumatera Utara
Upacara adat Huta Horja Bius merupakan upacara penting dalam tradisi masyarakat adat Batak. Huta adalat persekutuan masyarakat yang paling kecil yang dibentuk oleh marga. Sedangkan Horja merupakan kumpulan dari beberapa Huta, dan tiap Horja adalah bagian dari Bius.
Dalam Pagelaran pesta Huta Horja Bius diadakan yang namanya Hahomion Ritual Hahomion yang bisa dikatakan sebagai warisan tradisi animism masyarakat Batak. Tembakau, dalam upacara tersebut dipakai sebagai perlengkapan makan sirih bersama daun sirih, gambir, kapur, cengkeh, dan pinang.
2. Ngeyeuk Seureuh di Sunda
Ritus Ngeyeuk Seureuh merupakan bagian dalam upacara perkawinan di Sunda. Dalam ritus itu, dua mempelai berebut mengambil barang dalam tumpukan yang tertutup kain. Barang-barang yang diselimuti kain terdiri dari srih, gambir, pinang, tembakau, telur, dan alat tenun yang disebut ulakan.
Barang yang terambil menjadi pertanda masa depan hidup kedua mempelai. Hal itu mempunyai arti rezekinya akan melimpah bila bekerja dalam bidang yang bersangkut-paut dengan jenis barang yang diambil.
3. Upacara Kantiana di Sulawesi Tengah
Kantiana adalah upacara masa hamil dalam masyarakat Tamona. Ritus ini semacam upacara selamatan pada masa hamil yang pertama seorang ibu. Upacara katiana biasanya dilakukan apabila kandungan sudah berumur 6 atau 7 bulan. Sirih, pinang, dan tembakau dipakai sebagai intrumen utama upacara Katiana.
4. Upacara Tepak Tanduk Melayu
Upacara ini merupakan pertukaran tepak, yang melambangkan rata tulus hati dalam menyambut tamu dan persaudaraa. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah rombongan pengantin pria masuk halaman pengantin perempuan. Tepak yang dimaksudkan berisi gambir, kapur, pinang, dan tembakau yang digulung.
5. Upacara Tepung Tawar di Kesultanan Serdang
Tepung Tawar dalam masyarakat Melayu Serdang mempunyai makna yang sangat luas. Sebab, Tepung Tawar dilakukan bukan hanya dikala senang melainkan ketika susah. Tepung Tawar sendiri menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sementara, dalam masyarakat Melayu Serdang, sirih dengan perlengkapannya merupakan suguhan utama. Sirih disajikan dalam istilah tepak sirih atau ramuan sirih. Sajian tersebut berisi daun sirih, kacu, gambir, pinang , kapur, dan tembakau. Inilah suguhan utama dalam menyambut tamu, upacara adat dan menjadi sajian sehari-hari. []

Berbahagialah dengan Rokok

Berbahagialah dengan Rokok
Hi Sobat Bloggers… Untuk mengisi liburan saya yang jenuh di pagi hari dan aktif di malam hari <:-P. Saya kali ini akan mencoba membagi beberapa keuntungan dalam merokok. Biasanya orang selalu berpandangan negatif bila melihat seseorang merokok, terutama dalam segi kesehatannya tapi, Tahukah Kamu kalau ada SISI POSITIF DARI MEROKOK??
MANFAAT DAN KEUNTUNGAN DARI MEROKOK :
  1. Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif, maka untuk mengurangi resiko tersebut aktiflah merokok
  2. Menghindarkan dari perbuatan jahat karena tidak pernah ditemui orang yang membunuh, mencuri dan berkelahi sambil merokok.
  3. Mengurangi resiko kematian: Dalam berita tidak pernah ditemui orang yang meninggal dalam posisi merokok.
  4. Berbuat amal kebaikan: Kalau ada orang yang mau pinjam korek api paling tidak sudah siap/tidak mengecewakan orang yang ingin meminjam.
  5. Baik untuk basa-basi/keakraban: Kalau ketemu orang misalnya di Halte  kita bisa tawarkan rokok.Kalau basa-basinya tawarkan uang kan gak lucu.
  6. Memberikan lapangan kerja bagi buruh rokok, dokter, pedagang asongan.
  7. Bisa dipake alasan untuk tambah gaji karena ada post untuk rokok dan resiko baju berlubang kena api rokok.
  8. Bisa menambah suasana pedesaan/nature bagi ruangan ber AC dengan asapnya sehingga seolah berkabut.
  9. Menghilangkan bau wewangian ruang bagi yang alergi bau parfum.
  10. Kalau kendaraan mogok karena busi ngadat tak ada api, maka sudah siap api.
  11. Membantu program KB dan mengurangi penyelewengan karena konon katanya merokok dapat menyebabkan impoten.
  12. Melatih kesabaran dan menambah semangat pantang menyerah karena bagi pemula merokok itu tidak mudah, batuk dan tersedak tapi tetap diteruskan (bagi yang lulus).
  13. Untuk indikator kesehatan: Biasanya orang yang sakit pasti dilarang dulu merokok, jadi yang merokok itu pasti orang sehat.
  14. Menambah kenikmatan: Sore hari minum kopi dan makan pisang goreng sungguh nikmat. Apalagi ditambah rokok!
  15. Tanda kalau sudah pagi, kita pasti mendengar ayam merokok.
  16. Film Koboi pasti lebih gaya naikkuda sambil merokok , soalnya kalau sambil ngupil susah betul..
  17. Film lebih cool soalnya kalo meledakan mobil atau pom bensin butuh rokok yang disentil ke bensin yang tercecer,
  18. Bahan inspirasi dan pendukung membuat Tugas Akhir, sehingga seharusnya dicantumkan ucapan terima kasih untuk rokok pada kata sambutan.
  19. Bagi para pria yang mau dikejar-kejar wanita cantik.. coba aja kalau ada gadis cantik lewat sundut tuh pantatnya dengan rokok.. pasti dia ngejar-ngejar terus.. coba aja..
  20. Membuat awet muda, karena konon orang yang merokok berat belum sampai tua udah mati duluan kena kanker paru-paru.
  21. Fakta lain …sekitar 30% orang meninggal di dunia adalah perokok. 70%-nya bukan perokok..!! Maka merokoklah agar masuk ke golongan yg lebih sedikit itu.

Para Perokok Ini Tetap Sehat dan Bugar Sampai Tua

Para Perokok Ini Tetap Sehat dan Bugar Sampai Tua
Asap rokok tidak sehat bagi kesehatan semua orang. Kenyataan itulah yang diyakini sebagian besar orang. Memang telah banyak fakta-fakta yang menyatakan bahwa merokok itu tidak sehat. Bahkan untuk para perokok pasif pun efeknya lebih buruk.
Rokok mengandung sekian ribu zat yang mematikan. Sehingga rokokdianggap berbahaya, karena itu penjualannya juga harus lebih terbatas, harus berusia minimal 18 tahun dan seterusnya.
Kampanye anti rokok pun terus dilakukan. Bahkan peringatan yang ada di bungkus rokok pun dirasa belum cukup. Hari ini, Selasa, 24 Juni 2014 bungkus peraturan baru diberlakukan, bungkus rokok, selain peringatan bahwa rokok bisa menyebabkan kanker dan lainnya, mulai sekarang ditambahkan gambar-gambar menyeramkan akibat yang ditimbulkan karena merokok.
Namun di tempat lain, bahaya rokok itu tak pernah menjangkau orang-orang yang kebetulan tinggal di daerah-daerah jauh dari ibu kota ini. Rupanya mereka mempunyai konsep sehat sendiri.
Sigit Budhi Setiawan dan Marlufti Yoandinas memaparkan fakta-fakta bahwa merokok itu tidak menyebabkan penyakit seperti yang diinformasikan selama ini.
Melalui buku “Mereka yang Melampaui Waktu, Sigit Budi yang sebagian besar hidupnya dilalui di kota tembaku Jember itu menjumpai orang-orang yang tetap bugar meskipun mereka merokok dari usia muda sampai sekarang mendekati senja.
Di dalam buku setebal 194 halaman ini, kedua penulis ini mengisahkan sosok-sosok renta namun mereka tidak pernah sakit serius, apalagi sakit serius. Beberapa contohnya misalnya:
–    Atmo Diharjo yang kini sudah berusia 92 tahun. Kakek yang tinggal sendiri ini tetap bisa menjalankan tugasnya sehari-hari sebagai petani di daerah Gunung kidul Yogyakarta. Atmo Diharjo merokok sejak usia muda
–    Ni Wayan Kentel, perempuan Bali ini saat ini telah berusia 79 tahun. Kesibukan hariannya adalah berkeliling kampong menjajakan dagangannya. Perempuan ini mengaku telah merokok sejak usia 15 tahun dan sampai sekarang masih sehat.
Ada duapuluhan cerita tentang orang-orang yang mempunyai kebiasaan merokok sejak muda namun tetap sehat dan tak pernah sakit sampai usia senja. Bagaimana para dokter melihat fakta-fakta ini?

“Sampai Kiamat, Rokok Tidak Haram!”

“Sampai Kiamat, Rokok Tidak Haram!”
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan tidak mendukung kampanye Kemenkes untuk menekan angka perokok di Indonesia. Menurut, staf dewan halal PBNU, Kiai Arwani Faisal, semua kiai NU pun telah sepakat untuk memperbolehkan pengikutnya mengisap rokok.
“Rokok itu mubah, sampai kiamat ulama NU ga akan mengharamkan rokok. Untuk penderita jantung rokok haram. Tapi kalau rokok bikin semangat enggak haram lagi,” kata dia sambil tertawa saat membawakan materi di diskusi publik ‘Kampanye kondom, anti rokok: Indah tapi manipulatif,’ di kantor PBNU, Jakarta, Senin (16/12).
Dia juga mengklaim kalau kyai NU sebenarnya mendukung upaya meminimalisir rokok. Itu dibuktikan dengan penetapan hukum ‘mubah’ untuk pengikut PBNU.
“Kiai nggak berarti tidak menerima data kesehatan. Rokok mubah karena menerima data kesehatan. Kalau enggak nerima, kiai akan menetapkan hukum rokok wajib. Itu justru karena ngerti itu bahaya,” sambung dia.
PBNU malah mengkritik pembagian kondom saat Pekan Kondom beberapa waktu lalu. Ini menjadi polemik karena di lain pihak, PBNU justru tidak suka saat kampanye anti rokok digalakkan.

https://manfaatrokok.wordpress.com/tag/islam-dan-rokok/page/2/