Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Kamis, 16 November 2017

Rajah Tata, titi, duduga, peryoga.



SAMPURASUN..... 


Tata, titi, duduga, peryoga. 



Amit ampun nya paralun, agungna ka wujud gusti 
nu maha suci, jembarna ka para luluhur 
sabudeur awun, ka ibu agung ka rama agung, 
deuheusna ka ibu sinareng ka rama nu jadi 
cukang kuring gumelar di pawenangan, seuja 
nyanggakeun sari pangabakti dina tuangeun 
sareng leu leuteun pangasih ti ibu pertiwi, mugi
katampi sarina di dongkapkeun aci rasana, kami,
kama, nusa, sari nusa, nu jadi sari titis waris
nusa jati, geus jadi uga nu natrat dina waruga,
gumulung ngajadi sumsum ngajadi balung, jadi
bagal pikeun pangawasa, 



Seuweu siwi neuda ampun nya paralun, neuda
jembar nya pangampura, bilih seuweu siwi
kurang nastiti, tambelar ireg talingeuh, kurang
tata kurang basa, bisi salah ngentep seureuhna,
pahuat pahuit, pakutrak paketrok, bisi congo
kajieun puhu, bisi puhu di jieun congo, seuweu
siwi nyungkeun di aping di jaring, di raksa, di
jaga, nitip diri keur ngampihna, ngawiyat waruga
keur ngencarna, mugi di lingling ti peutingna,
muga di langlang ti beurangna, jadian kuras,
jadian taun, waluya somah di rahayuna, bagja
raja, raharja nagarana,. Yu rahayu, yu rahayu,
rahayu satungtung umur, raharja sapanjang
yuswa, singa jadi nu di sungsi, singa wujud nu di
tuju, laksana sapaneuja...
Adab kawula kanu maha kawasa,
Adab kawula ka sasama,
Adab kawula pikeun ka kawula.

Nyanggakeun ya alloh tuangeun sareng leu
leuteun mugi jadi ciri mung salira nu gaduh
kahoyong, sanes kanggo syetan atanapi iblis,
susuguh abdi sanes kangge siluman, ci kopina
sanes kangge jin, sadaya nu aya kanggo alloh
subhanahu wata'ala.. da abdi mah hanteu aya,
aya soteh pedah di ayakeun, nu hoyong salira, nu
lapar salira, nu usik salira, nu murba ngawisesa
di sagala nu araya,
Allohuma sri tumurung saking berkatulloh,
Allohuma sri tumurung saking rohmatulloh,
Allohuma sri tumurung saking safa'atulloh, 

mi akar kawat, mi jangkar sahadat,
nun sumuhun gusti, wuwuruk benerna kita
nyebat kitu, islam lawas islam anyar,

nu teu lawas, nu teu anyar islam pangandika Alloh....
Laillahaillallah,..
ALLOHU AKBAR... 


http://padepokannurmala.blogspot.co.id/2015/04/rajah-tata-titi-duduga-peryoga.html

Rabu, 08 November 2017

Hastha Brata


Asta Brata merupakan 8 sifat inti seorang pemimpin dalam tradisi Jawa. Sikap yang harus dimiliki oleh penguasa jika ingin rakyat yang dipimpinnya menjadi tentram dan sejahtera.Asta Brata yang dalam terjemahan bebas; delapan ajaran utama tentang kepemimpinan, merupakan petunjuk Sri Rama kepada adiknya yang akan dinobatkan sebagai raja Ayodya. Secara simbol, Asta Brata merupakan sifat-sifat mulia yang di ambil dari alam semesta dan patut untuk dijadikan pedoman bagi seluruh pemimpin negeri ini.
Asta Brata merupakan kebijaksanaan turun-temurun yang diselipkan dalam artefak-artefak Jawa, salah satunya melalui kesenian Wayang atau Ketoprak. Banyak makna yang mengacu pada jalan pencerahan yang akan menuntun siapapun, khususnya para pemimpin jika berhasil memahami esensi falsafah Asta Brata ini. Kebijaksanaan dan keselamatan merupakan inti pemahaman yang akan didapatkan seorang pemimpin jika mempelajari dan mempraktekkannya.
 Delapan sifat pemimpin menurut falsafah Asta Brata antara laian:
 1. Laku Hambeging Indra
Seorang yang dipercaya menjadi pemimpin, hendaknya mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam segala tindakannya dapat membawa kesejukan dan kewibawaan yang seperti bintang. Maknanya, seorang pemimpin haruslah kuat, tidak mudah goyah, berusaha menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa nafsu, kuat hati dan tidak suka berpura-pura. Seorang pemimpin haruslah adil seperti air, yang jika di seduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya. Keadilan yang ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran. Air juga tidak pernah emban oyot emban cindhe “pilih kasih” karena air akan selalu turun ke bawah, tidak naik ke atas.
 2. Laku Hambeging Yama
Pemimpin hendaknya meneladani sikap dan sifat Dewa Yama, dimana Dewa Yama selalu menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi rakyatnya. Harus menindak tegas abdinya, jika mengetahui abdinya itu memakan uang rakyat dan mengkhianati negaranya. Dewa Yama memiliki sifat seperti mendung (awan), mengumpulkan segala yang tidak berguna menjadi lebih berguna. Adil tidak pilih kasih. Bisa memberikan ganjaran yang berupa hujan dan keteduhan. Jika ada yang salah maka akan dihukum dengan petir dan halilintar.
 3. Laku Hambeging Surya
Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki sifat dan sikap seperti matahari (surya)yang mampu memberi semangat dan kekuatan yang penuh dinamika serta menjadi sumber energi bagi bumi pertiwi. Sifat matahari berarti sabar dalam bekerja, tajam, terarah dan tanpa pamrih. Semua yang dijemur pasti kena sinarnya, tapi tidak dengan serta merta langsung dikeringkan. Jalannya terarah dan luwes. Tujuannya agar setiap manusia sabar dan tidak sulit dalam mengupayakan rejeki. Menjadi matahari juga berarti menjadi inspirasi pada bawahannya, ibarat matahari yang selalu menyinari semesta.
4. Laku Hambeging Candra
Pemimpin hendaknya memiliki sifat dan sikap yang mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kebodohan dengan wajah yang penuh kesejukan seperti rembulan (candra), penuh simpati, sehingga rakyat menjadi tentram dan hidup dengan nyaman. Rembulan juga bersifat halus budi, terang perangai, menebarkan keindahan kepada seisi alam. Seorang pemimpin harus berlaku demikian, menjadi penerang bagi rakyatnya.
5. Laku Hambeging Maruta
Maruta adalah angin. Pemimpin harus menjadi seperti angin. Senantiasa memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah melihat rakyatnya. Angin tidak berhenti memeriksa dan meneliti, selalu melihat perilaku manusia, bisa menjelma besar atau kecil, berguna jika digunakan. Jalannya tidak kelihatan, nafsunya tidak ditonjolkan. Jika ditolak ia tidak marah dan jika ditarik ia tidak dibenci. Seorang pemimpin harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan bawahannya. Biasanya, bawahan bagitu pelit dan selektif dalam memberikan laporan kepada pemimpin, dan terkadang hanya kondisi baik-baiknya saja yang dilaporkan.
6. Laku Hambeging Bumi
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi, yaitu teguh, menjadi landasan pijak dan memberi kehidupan (kesejahteraan) untuk rakyatnya. Bumi selalu dicangkul dan digali, namun bumi tetap ikhlas dan rela. Begitu pula dengan seorang pemimpin yang rela berkorban kepentingan pribadinya untuk kepentingan rakyat. Seorang pemimpin haruslah memiliki sikap welas asih seperti sifat-sifat bumi. Falsafah bumi yang lain adalah air tuba dibalas dengan air susu. Keburukan selalu dibalas dengan kebaikan dan keluhuran.
7. Laku Hambeging Baruna
Baruna berarti samudra yang luas. Sebuah samudra memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Samudera merupakan wadah air yang memiliki sifat pemaaf, bukan pendendam. Air selalu diciduk dan diambil tapi pulih tanpa ada bekasnya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf, sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yang siap menampung apa saja yang hanyut dari daratan. Samudra mencerminkan jiwa yang mendukung toleransi dalam hidup bermasyarakat yang berkarakter majemuk.
8. Laku hambeging Agni
Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api (agni), yang selalu mendorong rakyatnya memiliki sikap nasionalisme. Seperti api, berarti pemimpin juga harus memiliki prinsip menindak yang bersalah tanpa pilih kasih. Api bisa membakar apa saja, menghanguskan semak-semak, menerangkan yang gelap. Bisa bersabar namun juga bisa sangat marah membela rakyatnya jika dizolimi dan tetap memiliki pertimbangan berdasarkan akal sehat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Jika kita melihat para pemimpin Indonesia saat ini, sudahkah sesuai dengan falsafah Asta Brata di atas ? Jika belum, hendaknya beliau para para pemimpin negeri ini segera berubah agar segala konflik dan permasalahan negeri ini segera bisa diselesaikan. Karena bagaimanapun juga saat ini rakyat sudah terlalu banyak menderita dan butuh perubahan.

Sumber:  http://sosbud.kompasiana.com
https://haristepanus.wordpress.com/falsafah-jawa/hastha-brata/

NGELMU KIAI PETRUK


Kuncung ireng pancal putih

Swarga durung weruh
Neraka durung wanuh
Mung donya sing aku weruh
Uripku aja nganti duwe mungsuh.

Ribang bumi ribang nyawa

Ana beja ana cilaka
Ana urip ana mati.
Precil mijet wohing ranti
Seneng mesti susah
Susah mesti seneng
Aja seneng nek duwe
Aja susah nek ora duwe.

Senenge saklentheng susahe sarendheng

Susah jebule seneng
Seneng jebule susah
Sugih durung karuan seneng
Ora duwe durung karuan susah
Susah seneng ora bisa disawang
Bisane mung dirasaake dhewe.

Kapiran kapirun sapi ora nuntun

Urip aja mung nenuwun
Yen sapimu masuk angin tambanana
Jamune ulekan lombok, bawang
Uyah lan kecap
Wetenge wedhakana parutan jahe
Urip kudu nyambut gawe.

Pipi ngempong bokong

Iki dhapur sampurnane wong
Yen ngelak ngombea
Yen ngelah mangana
Yen kesel ngasoa
Yen ngantuk turua.

Pipi padha pipi

Bokong padha bokong
Pipi dudu bokong.
Onde-onde jemblem bakwan
Urip iku pindha wong njajan
Kabeh ora bisa dipangan
Miliha sing bisa kepangan
Mula elinga dhandhanggulane jajan :

Pipis kopyor sanggupira lunga ngaji

Le ngaji nyang bejadah
Gedang goreng iku rewange
Kepethuk si alu-alu
Nunggang danglem nyengkelit lopis
Utusane tuan jenang
Arso mbedhah ing mendhut
Rame nggennya bandayudha
Silih ungkih tan ana ngalah sawiji
Patinira kecucuran

Ki Daruna Ni Daruni

Wis ya, aku bali menyang giri
Aku iki Kyai Petruk ratuning Merapi
Lho ratu kok dadi pak tani?

Sumber: Air Kata-Kata, Oleh: Rm. Sindhunata, S.J.

NGELMU PRING



Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol

pring padha pring
eling padha eling
eling dhirine
eling pepadhane
eling patine
eling Gustine

Pring iku deling tegese kendel lan eling
Pring padha pring eling padha eling

Pring iku suket dhuwur tur jejeg
Pring reketeg gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg bokong gedhe megal-megol

Pring ori, urip iku mati
Pring apus, urip iku lampus
Pring petung, urip iku suwung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
Pring cendani, urip iku wani
Pring kuning, urip iku eling

Pring padha pring Eling padha eling
Eling dirine
Eling pepadhane
Eling pathine
Eling gustine
Pring iku mung suket
Ning kabeh asale seko saka pring
kepang asale seko pring

Sajen asale pring
Lincak asale pring
Pager asale pring
Usuk asale pring
Cagak asale pring
Gedhek asale pring
Tampar asale pring
Kalo asale pring
Tempah asale pring
Serok asale pring
Tenggok asale pring
Tepas asale pring
Pikulan asale pring
Walesan pancing asale pring
Jangan bung asale pring
Bunthel genbus asale pring
Wong urip asale pring
Uripe kudu eling
Matine digothong nganggo pring
Muleh asale ing ngisor pring
pring padha pring
eling padha eling
eling dhirine
eling pepadhane
eling patine
eling Gustine

Pring iku mung suket
Nanging gunane akeh bangeth
yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring
prasaja ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
kaya pring

Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
susune sopo sing menthe-mentheg
susune pring
bokonge sapa sing megal megol
bokonge pring
pring susu pring bokong
pring iku ibu sing momong
Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
ora gampang tugel merga melur
pring kena dienggo mikul

barang sing abot
pikulen bot repoting uripmu

nganggo pring tegese, aja kaku uripmu
melura, pasraha, baumu
bakal bisa nyangga kabeh sanggane uripmu
Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
Pring iku gampang tuwuh
lemahe bera lemahe subur
mangsane garing mangsane rendheng
pring iku terus modot
nyuwara kemresek lan kemlethek
pucuke mbedhah clumpringe
kang mbebed lan wuled
ing mbengi pinuju sepi

swarane kemrenyes merak ati :
aja nggresula aja sedhih
dudu kowe ning Gusti
sing bakal nuwuhake, nggedhekake,

nyempulurake uripmu tanpa kowe ngerti
ngerti-ngerti kowe wis ketiban rejeki
cukup sandhang cukup pangan mukti pakarti

Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
njerone pring iku bolong tanpa isi
nanging bolong iku ngemu isi
yaiki sejatining ngelmu pring :
golekana isine wuluh wung wang
dadio isi sajroning suwung

pring padha pring
eling padha eling
eling dhirine
eling pepadhane
eling patine
eling Gustine
Sumber: Air Kata-Kata Oleh: Rm. Sindhunata, SJ.

Apa alasan Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan?

Rabu, 25 Oktober 2017

PUASA RABU PON KAMIS WAGE JUMAT KLIWON


Puasa, sudah tidak asing lagi orang dimanapum berada untuk mendengarkan kata-kata ini. Dalam pemahaman manapun, puasa selalu dihubungkan dengan penahanan diri. Puasa dalam etimologi jawa berasal dari bahasa sansekerta. Diambil dari 2 kata yaitu Upa dan wasa, upa ‎memiliki arti pertalian dan wasa memiliki arti wewenang/kekuasaan.
Jadi Puasa dapat diartikan menalikan diri untuk mendapatkan kewenangan tertentu misal dalam hal menuntut ilmu atau menggapai keinginan. Dalam khasanah jawa, tembung puasa atau Pasa diibaratkan “Ngeposne Rasa”, atau memberhentikan rasa. Oleh karena itu orang yang sedang berpuasa itu tidak hanya dipandang menahan makan, tapi juga menahan syahwat, pandangan, perasaan, kecintaan, maupun penahanan yang lain.
Salah satunya adalah puasa neptu (Dina telu Neptu Patang Puluh) merupakan warisan Kanjeng Sunan Kalijaga. Hampir semua keinginan, dzikir & doa itu butuh lelaku, ada yang sehari semalam , tiga hari tiga malam, sampai ada yang satu tahun, dikarenakan lelaku yang 40 hari dan satu tahun itu berat maka di ringkas dengan cara memilih 3 hari yang memiliki neptu 40 , di mana dengan hal tersebut bisa menjadi lebih ringan.
Puasa neptu adalah puasa yang tujuannya untuk mempersingkat lelaku dalam menjalani syarat sebuah keilmuan atau tujuan, contohnya dalam lelaku menuntut ilmu seseorang diwajibkan berpuasa selama 40 hari, tetapi jika lelaku tersebut ditempuh dengan puasa neptu hanya membutuhkan waktu 3 hari saja. Dengan kata lain puasa 3 hari = 40 hari, puasa neptu dilakukan oleh Sunan Kalijaga ( salah satu walisanga tanah jawa ) yang merasa bahwa lelaku yang dijalankan para santri sangatlah berat, maka itu beliau berinisiatif menciptakan puasa neptu.
Kita mendapatkan lelaku puasa neptu rabu pon-kamis wage-jum’at kliwon dari salah seorang family, tujuannya adalah untuk meminta petunjuk kemana kita harus berjalan, meminta agar segala keinginan / impian kita tercapai dan juga salah satu lelaku dalam menuntut ilmu agar dapat diberikan pengetahuan.
Puasa Neptu dibagi menjadi:
1. selasa kliwon-rabu legi-kamis pahing
2. rabu pon-kamis wage-jum’at kliwon
3. kamis wage-jum’at kliwon-sabtu legi
4. sabtu kliwon-minggu legi-senin pahing
5. jum’at pahing-sabtu pon-minggu wage
6. jum’at legi-sabtu pahing-minggu pon
Cara menghitung hari pasaran
minggu : 5 legi : 5
senin : 4 pahing : 9
selasa : 3 pon : 7
rabu : 7 wage : 4
kamis : 8 kliwon : 8
jum’at : 6
sabtu : 9
contoh :
Rabu Pon : 7+7=14
Kamis – Wage : 8+4=12
Jum’at-kliwon : 6+8=14+
jumlah 40
http://ilmusakti.com/manfaat-puasa-rabu-pon-kamis-wage-jumat-kliwon.html

LELAKU 3 HARI = LELAKU 40 HARI

Kebanyakan do'a mantera, aji-aji, hizib, wirid, aurad, ngelmu dan lain-lain sejenisnya, itu semua membutuhkan lelaku. Ada yang satu hari semalam, ada yang tiga hari semalam, ada yang tujuh hari semalam, ada pula yang sampai empat puluh hari semalam, bahkan terlebih lagi ada yang lelaku sampai satu tahun. Oleh sebab itu, bagi yang lelaku sebuah ilmu membutuhkan persyaratan hingga 40 hari dan satu tahun tadi terlalu berat dan memberatkan sekali. Maka atas wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga (Wali di Tanah Jawa yang tersohor ke-Ilmuannya di antara Wali Songo)memberi anjuran bahwa lelaku tirakat yang membutuhkan persyaratan selama 40 hari dan setahun tersebut dapat diringkas menjadi lelaku tirakat yang hanya cukup 3 hari. Artinya, lelaku tirakat 3 hari sama dengan lelaku tirakat selama 40 hari, dengan catatan harus pandai-pandai memilih waktu yang 3 hari tersebut jumlah neptu ke tiga hari tersebut harus 40.

1. Pilih hari = Kamis Legi, Jum'at Kliwon, dan Sabtu Legi (Jumlah neptu 40) 
2. Pilih hari = Jum'at Paing, Sabtu Pon, dan Minggu Wage (Jumlah neptu 40) 
3. Pilih hari = Sabtu Kliwon, Minggu Legi, dan Senin Pahing (Jumlah neptu 40) 
4. Pilih hari = Selasa Kliwon, Rabu Legi, dan Kamis Pahing (Jumlah neptu 40) 
5. Pilih hari = Rabu Pon, Kamis Wage, dan Jum'at Kliwon (Jumlah neptu 40) 

Hari-hari pada ke lima nomor tersebut, dapat dipilih salah satu sesuai dengan kebutuhan waktu lelaku tirakat anda. Apabila anda melaksanakan lelaku tepat pada hari-hari yang ada di dalam daftar tersebut, sama saja anda telah melaksanakan lelaku selama 40 hari.
Sedangkan untuk lelaku yang membutuhkan waktu 1 tahun atau perawatan khusus pada sebuah ilmu, dapat dilakukan dengan puasa 3 hari sesuai waktu pada daftar tersebut di atas sebanyak enam kali berturut-turut. 

NEPTU HARI DAN PASARAN LIMA : 

HARI : 
1. Minggu neptunya 5 
2. Senin neptunya 4 
3. Selasa neptunya 3 
4. Rabu neptunya 7 
5. Kamis neptunya 8 
6. Jum'at neptunya 6 
7. Sabtu neptunya 9 

PASARAN : 
1. Paing neptunya 9 
2. Pon neptunya 7 
3. Wage neptunya 4 
4. Kliwon neptunya 8 
5. Legi neptunya 5 

Contoh : 
Selasa Kliwon berneptu = 3 + 8 = 11 (Sebelas) 
Rebu Legi berneptu = 7 + 5 = 12 (Dua Belas) 
Kamis Pahing berneptu = 8 + 9 = 17 (Tujuh Belas) 
--------------------------------------------------------------- + 
Jadi Jumlah neptu ke 3 hari = 40 (Empat Puluh) 

Semoga Bermanfaat

Jumat, 20 Oktober 2017

Ramalan Jayabaya Yang Menghebohkan

Isi Lengkap Ramalan Jayabaya Yang Menghebohkan - Mungkin Anda pernah mendengar tentang adanya Ramalan Jayabaya. Ya, ramalan Jayabaya ini cukup menghebohkan masyarakat Indonesia karena isi dari ramalan Jayabaya ini adalah menggambarkan tentang situasi Indonesia di masa depan termasuk para pemimpinnya. Dan ramalan Jayabaya ini juga yang ada hubungannya dengan calon Presiden RI ke 7 pada tahun 2014 ini. Sebenarnya siapa itu Jayabaya dan apa saja isi ramalan Jayabaya tersebut ?.
Seperti dikutip dari Wikipedia, Ramalan Jayabaya atau sering disebut jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal-usul utama serat ramalan Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya, tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwa Jayabaya yang membuat ramalan-ramalan tersebut.

“     Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.     ”

Meskipun demikian, kenyataannya dua pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, sama sekali tidak menyebut bahwa bahwa Prabu Jayabaya memiliki karya tulis dalam kitab-kitab mereka yang berjudul Kakawin Bharatayuddha, [[Kakawin Hariwangsa],] dan Kakawin Gatotkacasraya. Kakawin Bharatayuddha hanya menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha, sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang prabu Kresna ingin menikah denganRukmini dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.

Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya, maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa sumber ramalan ini sebenarnya hanya satu, yakni Kitab Asrar (Musarar) karangan Sunan Giri Perapan (Sunan Giri ke-3) yang kumpulkannya pada tahun Saka 1540 = 1028 H = 1618 M, hanya selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang sejarah Majapahit dan Singosari yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613 M. Jadi penulisan sumber ini sudah sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram bertahta (1613-1645 M).

Kitab Jangka Jayabaya pertama dan dipandang asli, adalah dari buah karya Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutannya Pangeran Kadilangu II) yang dikarangnya pada tahun 1666-1668 Jawa = 1741-1743 M. Sang Pujangga ini memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya punya kekuasaan wilayah "Perdikan" yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. Memang beliau keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila beliau dapat mengetahui sejarah leluhurnya dari dekat, terutama tentang riwayat masuknya Sang Brawijaya terakhir (ke-5) mengikuti agama baru, Islam, sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan Penasehat Sang Baginda benama Sabda Palon dan Nayagenggong.

Disamping itu beliau menjabat sebagai Kepala Jawatan Pujangga Keraton Kartasura tatkala zamannya Sri Paku Buwana II (1727-1749). Hasil karya sang Pangeran ini berupa buku-buku misalnya, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, Raja Kapa-kapa, Sejarah Empu, dll. Tatkala Sri Paku Buwana I naik tahta (1704-1719) yang penobatannya di Semarang, Gubernur Jenderalnya benama van Outhoorn yang memerintah pada tahun 1691-1704. Kemudian diganti G.G van Hoorn (1705-1706), Pangerannya Sang Pujangga yang pada waktu masih muda. Didatangkan pula di Semarang sebagai Penghulu yang memberi Restu untuk kejayaan Keraton pada tahun 1629 Jawa = 1705 M, yang disaksikan GG. Van Hoorn.

Ketika keraton Kartasura akan dipindahkan ke desa Sala, sang Pujangga diminta pandapatnya oleh Sri Paku Buwana II. Ia kemudian diserahi tugas dan kewajiban sebagai peneliti untuk menyelidiki keadaan tanah di desa Sala, yang terpilih untuk mendirikan keraton yang akan didirikan tahun 1669 Jawa (1744 M).

Sang Pujangga wafat pada hari Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam'iah 1672 Jawa 1747 M, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di Surakarta. Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh puteranya sendiri yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis Legi,10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 M.

Dan berikut ini isi ramalan Jayabaya lengkap:


    Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
    Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
    Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
    Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
    Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
    Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
    Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
    Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
    Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
    Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
    Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
    Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
    keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
    Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
    Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
    Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
    Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
    Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
    Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
    Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
    Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
    Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
    Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
    Nantang bapa--- Menantang ayah.
    Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
    Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
    Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
    Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
    Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
    Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
    Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
    Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
    Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
    Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
    Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
    Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
    Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
    Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
    Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
    Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
    Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
    Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
    Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
    Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
    Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan.
    Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
    Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
    Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
    Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
    Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang gonta-ganti pasangan.
    Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
    Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
    Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
    Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
    Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
    Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
    Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
    Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
    Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
    Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
    Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
    Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
    Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
    Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
    Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
    Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
    Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
    Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
    Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
    Akeh laknat--- Banyak kutukan
    Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
    Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
    Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
    Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
    Guru disatru---Guru dimusuhi.
    Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
    Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
    Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
    Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
    Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
    Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
    Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
    Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
    Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
    Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
    Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
    Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
    Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
    Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
    Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
    Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
    Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
    Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
    Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
    Akeh barang haram---Banyak barang haram.
    Akeh anak haram---Banyak anak haram.
    Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
    Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
    Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
    Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
    Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
    Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
    Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
    Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
    Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
    Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
    Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
    Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
    Sing wedi mati---Yang takut mati.
    Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
    Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
    Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
    Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
    Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
    Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
    Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
    Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
    Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
    Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
    Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
    Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
    Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
    Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
    Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
    Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
    Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
    Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
    Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
    Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
    Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
    Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
    Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
    Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
    Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
    Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
    Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
    Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
    Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
    Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
    Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
    Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
    Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
    Akeh bandha musna ora karuan lungane---Banyak harta hilang entah ke mana
    Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
    Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
    Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
    Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
    Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
    Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
    Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
    Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
    Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
    Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
    Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
    Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
    Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
    Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
    Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
    Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
    Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
    Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
    Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
    Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi.
    Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci.
    Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
    Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
    Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
    Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
    Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
    Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
    Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
    Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
    Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
    Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
    Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
    Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
    Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
    Agama ditantang---Agama ditantang.
    Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
    Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
    Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
    Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
    Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan.
    Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
    Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
    Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
    Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
    Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
    Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
    Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
    Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
    Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
    Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
    Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
    Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
    Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
    Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
    Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
    Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
    Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
    Buruh mangluh---Buruh menangis.
    Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
    Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
    Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
    Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
    Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
    Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
    Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
    Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal setengah.
    Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
    Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
    Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
    Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
    Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
    Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
    Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.

Semoga informasi diatas bisa menambah wawasan Anda.

http://www.serunik.com/2014/04/inilah-isi-lengkap-ramalan-jayabaya.html