Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Kamis, 16 November 2017

Rajah Tata, titi, duduga, peryoga.



SAMPURASUN..... 


Tata, titi, duduga, peryoga. 



Amit ampun nya paralun, agungna ka wujud gusti 
nu maha suci, jembarna ka para luluhur 
sabudeur awun, ka ibu agung ka rama agung, 
deuheusna ka ibu sinareng ka rama nu jadi 
cukang kuring gumelar di pawenangan, seuja 
nyanggakeun sari pangabakti dina tuangeun 
sareng leu leuteun pangasih ti ibu pertiwi, mugi
katampi sarina di dongkapkeun aci rasana, kami,
kama, nusa, sari nusa, nu jadi sari titis waris
nusa jati, geus jadi uga nu natrat dina waruga,
gumulung ngajadi sumsum ngajadi balung, jadi
bagal pikeun pangawasa, 



Seuweu siwi neuda ampun nya paralun, neuda
jembar nya pangampura, bilih seuweu siwi
kurang nastiti, tambelar ireg talingeuh, kurang
tata kurang basa, bisi salah ngentep seureuhna,
pahuat pahuit, pakutrak paketrok, bisi congo
kajieun puhu, bisi puhu di jieun congo, seuweu
siwi nyungkeun di aping di jaring, di raksa, di
jaga, nitip diri keur ngampihna, ngawiyat waruga
keur ngencarna, mugi di lingling ti peutingna,
muga di langlang ti beurangna, jadian kuras,
jadian taun, waluya somah di rahayuna, bagja
raja, raharja nagarana,. Yu rahayu, yu rahayu,
rahayu satungtung umur, raharja sapanjang
yuswa, singa jadi nu di sungsi, singa wujud nu di
tuju, laksana sapaneuja...
Adab kawula kanu maha kawasa,
Adab kawula ka sasama,
Adab kawula pikeun ka kawula.

Nyanggakeun ya alloh tuangeun sareng leu
leuteun mugi jadi ciri mung salira nu gaduh
kahoyong, sanes kanggo syetan atanapi iblis,
susuguh abdi sanes kangge siluman, ci kopina
sanes kangge jin, sadaya nu aya kanggo alloh
subhanahu wata'ala.. da abdi mah hanteu aya,
aya soteh pedah di ayakeun, nu hoyong salira, nu
lapar salira, nu usik salira, nu murba ngawisesa
di sagala nu araya,
Allohuma sri tumurung saking berkatulloh,
Allohuma sri tumurung saking rohmatulloh,
Allohuma sri tumurung saking safa'atulloh, 

mi akar kawat, mi jangkar sahadat,
nun sumuhun gusti, wuwuruk benerna kita
nyebat kitu, islam lawas islam anyar,

nu teu lawas, nu teu anyar islam pangandika Alloh....
Laillahaillallah,..
ALLOHU AKBAR... 


http://padepokannurmala.blogspot.co.id/2015/04/rajah-tata-titi-duduga-peryoga.html

Rabu, 08 November 2017

Hastha Brata


Asta Brata merupakan 8 sifat inti seorang pemimpin dalam tradisi Jawa. Sikap yang harus dimiliki oleh penguasa jika ingin rakyat yang dipimpinnya menjadi tentram dan sejahtera.Asta Brata yang dalam terjemahan bebas; delapan ajaran utama tentang kepemimpinan, merupakan petunjuk Sri Rama kepada adiknya yang akan dinobatkan sebagai raja Ayodya. Secara simbol, Asta Brata merupakan sifat-sifat mulia yang di ambil dari alam semesta dan patut untuk dijadikan pedoman bagi seluruh pemimpin negeri ini.
Asta Brata merupakan kebijaksanaan turun-temurun yang diselipkan dalam artefak-artefak Jawa, salah satunya melalui kesenian Wayang atau Ketoprak. Banyak makna yang mengacu pada jalan pencerahan yang akan menuntun siapapun, khususnya para pemimpin jika berhasil memahami esensi falsafah Asta Brata ini. Kebijaksanaan dan keselamatan merupakan inti pemahaman yang akan didapatkan seorang pemimpin jika mempelajari dan mempraktekkannya.
 Delapan sifat pemimpin menurut falsafah Asta Brata antara laian:
 1. Laku Hambeging Indra
Seorang yang dipercaya menjadi pemimpin, hendaknya mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam segala tindakannya dapat membawa kesejukan dan kewibawaan yang seperti bintang. Maknanya, seorang pemimpin haruslah kuat, tidak mudah goyah, berusaha menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa nafsu, kuat hati dan tidak suka berpura-pura. Seorang pemimpin haruslah adil seperti air, yang jika di seduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya. Keadilan yang ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran. Air juga tidak pernah emban oyot emban cindhe “pilih kasih” karena air akan selalu turun ke bawah, tidak naik ke atas.
 2. Laku Hambeging Yama
Pemimpin hendaknya meneladani sikap dan sifat Dewa Yama, dimana Dewa Yama selalu menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi rakyatnya. Harus menindak tegas abdinya, jika mengetahui abdinya itu memakan uang rakyat dan mengkhianati negaranya. Dewa Yama memiliki sifat seperti mendung (awan), mengumpulkan segala yang tidak berguna menjadi lebih berguna. Adil tidak pilih kasih. Bisa memberikan ganjaran yang berupa hujan dan keteduhan. Jika ada yang salah maka akan dihukum dengan petir dan halilintar.
 3. Laku Hambeging Surya
Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki sifat dan sikap seperti matahari (surya)yang mampu memberi semangat dan kekuatan yang penuh dinamika serta menjadi sumber energi bagi bumi pertiwi. Sifat matahari berarti sabar dalam bekerja, tajam, terarah dan tanpa pamrih. Semua yang dijemur pasti kena sinarnya, tapi tidak dengan serta merta langsung dikeringkan. Jalannya terarah dan luwes. Tujuannya agar setiap manusia sabar dan tidak sulit dalam mengupayakan rejeki. Menjadi matahari juga berarti menjadi inspirasi pada bawahannya, ibarat matahari yang selalu menyinari semesta.
4. Laku Hambeging Candra
Pemimpin hendaknya memiliki sifat dan sikap yang mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kebodohan dengan wajah yang penuh kesejukan seperti rembulan (candra), penuh simpati, sehingga rakyat menjadi tentram dan hidup dengan nyaman. Rembulan juga bersifat halus budi, terang perangai, menebarkan keindahan kepada seisi alam. Seorang pemimpin harus berlaku demikian, menjadi penerang bagi rakyatnya.
5. Laku Hambeging Maruta
Maruta adalah angin. Pemimpin harus menjadi seperti angin. Senantiasa memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah melihat rakyatnya. Angin tidak berhenti memeriksa dan meneliti, selalu melihat perilaku manusia, bisa menjelma besar atau kecil, berguna jika digunakan. Jalannya tidak kelihatan, nafsunya tidak ditonjolkan. Jika ditolak ia tidak marah dan jika ditarik ia tidak dibenci. Seorang pemimpin harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan bawahannya. Biasanya, bawahan bagitu pelit dan selektif dalam memberikan laporan kepada pemimpin, dan terkadang hanya kondisi baik-baiknya saja yang dilaporkan.
6. Laku Hambeging Bumi
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi, yaitu teguh, menjadi landasan pijak dan memberi kehidupan (kesejahteraan) untuk rakyatnya. Bumi selalu dicangkul dan digali, namun bumi tetap ikhlas dan rela. Begitu pula dengan seorang pemimpin yang rela berkorban kepentingan pribadinya untuk kepentingan rakyat. Seorang pemimpin haruslah memiliki sikap welas asih seperti sifat-sifat bumi. Falsafah bumi yang lain adalah air tuba dibalas dengan air susu. Keburukan selalu dibalas dengan kebaikan dan keluhuran.
7. Laku Hambeging Baruna
Baruna berarti samudra yang luas. Sebuah samudra memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Samudera merupakan wadah air yang memiliki sifat pemaaf, bukan pendendam. Air selalu diciduk dan diambil tapi pulih tanpa ada bekasnya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf, sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yang siap menampung apa saja yang hanyut dari daratan. Samudra mencerminkan jiwa yang mendukung toleransi dalam hidup bermasyarakat yang berkarakter majemuk.
8. Laku hambeging Agni
Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api (agni), yang selalu mendorong rakyatnya memiliki sikap nasionalisme. Seperti api, berarti pemimpin juga harus memiliki prinsip menindak yang bersalah tanpa pilih kasih. Api bisa membakar apa saja, menghanguskan semak-semak, menerangkan yang gelap. Bisa bersabar namun juga bisa sangat marah membela rakyatnya jika dizolimi dan tetap memiliki pertimbangan berdasarkan akal sehat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Jika kita melihat para pemimpin Indonesia saat ini, sudahkah sesuai dengan falsafah Asta Brata di atas ? Jika belum, hendaknya beliau para para pemimpin negeri ini segera berubah agar segala konflik dan permasalahan negeri ini segera bisa diselesaikan. Karena bagaimanapun juga saat ini rakyat sudah terlalu banyak menderita dan butuh perubahan.

Sumber:  http://sosbud.kompasiana.com
https://haristepanus.wordpress.com/falsafah-jawa/hastha-brata/

NGELMU KIAI PETRUK


Kuncung ireng pancal putih

Swarga durung weruh
Neraka durung wanuh
Mung donya sing aku weruh
Uripku aja nganti duwe mungsuh.

Ribang bumi ribang nyawa

Ana beja ana cilaka
Ana urip ana mati.
Precil mijet wohing ranti
Seneng mesti susah
Susah mesti seneng
Aja seneng nek duwe
Aja susah nek ora duwe.

Senenge saklentheng susahe sarendheng

Susah jebule seneng
Seneng jebule susah
Sugih durung karuan seneng
Ora duwe durung karuan susah
Susah seneng ora bisa disawang
Bisane mung dirasaake dhewe.

Kapiran kapirun sapi ora nuntun

Urip aja mung nenuwun
Yen sapimu masuk angin tambanana
Jamune ulekan lombok, bawang
Uyah lan kecap
Wetenge wedhakana parutan jahe
Urip kudu nyambut gawe.

Pipi ngempong bokong

Iki dhapur sampurnane wong
Yen ngelak ngombea
Yen ngelah mangana
Yen kesel ngasoa
Yen ngantuk turua.

Pipi padha pipi

Bokong padha bokong
Pipi dudu bokong.
Onde-onde jemblem bakwan
Urip iku pindha wong njajan
Kabeh ora bisa dipangan
Miliha sing bisa kepangan
Mula elinga dhandhanggulane jajan :

Pipis kopyor sanggupira lunga ngaji

Le ngaji nyang bejadah
Gedang goreng iku rewange
Kepethuk si alu-alu
Nunggang danglem nyengkelit lopis
Utusane tuan jenang
Arso mbedhah ing mendhut
Rame nggennya bandayudha
Silih ungkih tan ana ngalah sawiji
Patinira kecucuran

Ki Daruna Ni Daruni

Wis ya, aku bali menyang giri
Aku iki Kyai Petruk ratuning Merapi
Lho ratu kok dadi pak tani?

Sumber: Air Kata-Kata, Oleh: Rm. Sindhunata, S.J.

NGELMU PRING



Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol

pring padha pring
eling padha eling
eling dhirine
eling pepadhane
eling patine
eling Gustine

Pring iku deling tegese kendel lan eling
Pring padha pring eling padha eling

Pring iku suket dhuwur tur jejeg
Pring reketeg gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg bokong gedhe megal-megol

Pring ori, urip iku mati
Pring apus, urip iku lampus
Pring petung, urip iku suwung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
Pring cendani, urip iku wani
Pring kuning, urip iku eling

Pring padha pring Eling padha eling
Eling dirine
Eling pepadhane
Eling pathine
Eling gustine
Pring iku mung suket
Ning kabeh asale seko saka pring
kepang asale seko pring

Sajen asale pring
Lincak asale pring
Pager asale pring
Usuk asale pring
Cagak asale pring
Gedhek asale pring
Tampar asale pring
Kalo asale pring
Tempah asale pring
Serok asale pring
Tenggok asale pring
Tepas asale pring
Pikulan asale pring
Walesan pancing asale pring
Jangan bung asale pring
Bunthel genbus asale pring
Wong urip asale pring
Uripe kudu eling
Matine digothong nganggo pring
Muleh asale ing ngisor pring
pring padha pring
eling padha eling
eling dhirine
eling pepadhane
eling patine
eling Gustine

Pring iku mung suket
Nanging gunane akeh bangeth
yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring
prasaja ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
kaya pring

Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
susune sopo sing menthe-mentheg
susune pring
bokonge sapa sing megal megol
bokonge pring
pring susu pring bokong
pring iku ibu sing momong
Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
ora gampang tugel merga melur
pring kena dienggo mikul

barang sing abot
pikulen bot repoting uripmu

nganggo pring tegese, aja kaku uripmu
melura, pasraha, baumu
bakal bisa nyangga kabeh sanggane uripmu
Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
Pring iku gampang tuwuh
lemahe bera lemahe subur
mangsane garing mangsane rendheng
pring iku terus modot
nyuwara kemresek lan kemlethek
pucuke mbedhah clumpringe
kang mbebed lan wuled
ing mbengi pinuju sepi

swarane kemrenyes merak ati :
aja nggresula aja sedhih
dudu kowe ning Gusti
sing bakal nuwuhake, nggedhekake,

nyempulurake uripmu tanpa kowe ngerti
ngerti-ngerti kowe wis ketiban rejeki
cukup sandhang cukup pangan mukti pakarti

Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg

bokong gedhe megal-megol
njerone pring iku bolong tanpa isi
nanging bolong iku ngemu isi
yaiki sejatining ngelmu pring :
golekana isine wuluh wung wang
dadio isi sajroning suwung

pring padha pring
eling padha eling
eling dhirine
eling pepadhane
eling patine
eling Gustine
Sumber: Air Kata-Kata Oleh: Rm. Sindhunata, SJ.

Apa alasan Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan?