Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Jumat, 07 Maret 2014

Pemalsuan Wahabi Terhadap Riwayat Ibnu Abbas Tentang Penafsiran Istawa

Di antara perbedaan akidah Ahlussunnah Wal-Jama'ah dengan Salafi- Wahabi adalah tentang konsep keberadaan Allah SWT itu tanpa tempat atau bertempat. Ahlussunnah Wal-Jama'ah meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat Sedangkan Salafi-Wahabi meyakini Allah bertempat di arasy. Di antara dasar yang digunakan oleh Salafi-Wahabi dalam meyakini Allah bertempat di 'arasy adalah beberapa ayat mutasyabihat dalam alQur'an yang menjelaskan Allah ber-istiwa' pada 'arasy, dimana mereka mengartikannya secara literal, dengan arti bersemayam Ahlussunnah Wal-Jama'ah menafsirkan istiua' tersebut dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan tafwidh yaitu menyerahkan makna yang sesungguhnya kepada Allah. Pendekatan ini diambil oleh mayoritas ulama Salaf. Kedua, pendekatan ta'wil, yaitu mengartikan istiwa' Allah dengan makna yang dapat dibenarkan secara bahasa, misalnya bermakna menguasai Pendekatan ini diambil oleh mayoritas ulama khalaf.

Penafsiran Salafi-Wahabi terhadap istawa dalam al-Qur'an dengan arti bersemayam dan bertempat, tidak memiliki dasar yang kuat, baik secara syar'i maupun secara logika. Al-Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam al-Asma' wa al-Shifat, melalui jalur sanad yang sangat lemah, bahwa Ibnu Abbas RA menafsirkan ayat istawa dengan bersemayam. Tetapi kemudian al-Baihaqi menjelaskan bahwa riwayat tersebut munkar atau dusta, karena diriwayatkan melalui beberapa perawi yang tidak dapat dijadikan hujjah dan pendusta. Selanjutnya Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Ijtima' al-Juyusy al-lslamiyyah, kitab yang ditulis untuk menghimpun pernyataan para ulama yang mendukung akidah kaum ghulat alhanabilah, mengutip penafsiran Ibnu Abbas tersebut dari al-Baihaqi dalam al-Asma' wa al-Shifat. Hanya saja, Ibnu al-Qayyim membuang penjelasan al-Baihaqi, bahwa riwayat tersebut munkar alias dusta dan palsu.
akidah abbas
Keterangan dalam scan di atas:
 
(1) Ibnu al-Qayyim dalam kitab Ijtima' al- Juyusy al-lslamiyyah halaman 249, mengutip penafsiran Ibnu Abbas terhadap istawa dengan bersamayam, dari al-Baihaqi, tetapi membuang penjelasan al- Baihaqi bahwa riwayat tersebut dusta dan palsu. 
 
(2) Al-Baihaqi dalam kitab al-Asma" wa al-Shifat, halaman 383-384, meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang menafsirkan istawa dengan istaqarra (bersemayam). 
 
(3) Lalu al-Baihaqi menjelaskan bahwa riwayat dari Ibnu Abbas tersebut dusta, di dalam sanadnya terdapat Abu Shalih al-Kalbi dan Muhammad bin Marwari al-Suddi, dua perawi yang pendusta.
 
(M. Idrus Ramli)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar