Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Minggu, 02 November 2014

Sekilas tentang Cara Melihat Karakter Jahat dan Baik dalam Pewayangan

sosbud.kompasiana.com/2014/06/11/sekilas-tentang-cara-melihat-karakter-jahat-dan-baik-dalam-pewayangan-657965.html
14024771791145486965

Tokoh jahat dan tokoh bijaksana. edit.prib
Wayang Kulit merupakan warisan budaya nenek moyang kita, bukan hanya milik suku Jawa. Wayang kulit sudah menjadi kekayaan budaya nusantara. Bahkan UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai.
Wayang-wayang itu adalah gambaran watak atau karakter manusia. Ada yang berkarakter halus budi pekertinya, santun tutur katanya, tentu ada juga yang berkarakter sebaliknya, angkara murka, yakni brangasan, pemarah, bengis, keji, egois dan lain sebagainya. Bagi yang tidak mengenal cerita wayang, tentu akan sulit membedakan seperti apa tokoh wayang berkarakter baik atau kesatria dan seperti apa yang berwatak jahat. Dan tidak cukup hanya menggambarkan bahwa Pandawa itu tokoh baik dan Kurawa tokoh jahat.
Bagaimana caranya kita bisa membedakan tokoh jahat atau tokoh baik dalam pewayangan. Bagi orang yang belum mengenal dunia pewayangan memang mustahil bisa membedakannya. Ada beberapa cara mengenalnya. Diantaranya, secara garis besar bisa dilihat dari simpingan (susunan wayang di layar), di sebelah kiri atau di sebelah kanan. Dari postur tubuh, ekspresi atau posisi wajah, warna raut muka, mata, hidung, bibir dan lain sebagainya.
SIMPINGAN
Sebelum memulai pertunjukan, biasanya dalang sudah mempersiapkan terlebih dahulu tokoh-tokoh wayang apa saja yang akan dimainkan pada saat pertunjukan, sesuai lakon (cerita) yang akan dibawakannya. Wayang-wayang yang tidak dimainkan saat itu, disusun rapi disamping kanan dan kiri, itu yang disebutsimpingan.
Simpingan sebelah kanan terdiri dari tokoh-tokoh baik atau kesatria. Dan juga tokoh-tokoh dewa seperti Batara Bayu, Batara Indra, Batara Kamajaya dan lain lainnya. Simpingan sebelah kanan pada umumnya wajahnya dipulas warna hitam atau putih, juga brom (emas), melambangkan kebaikan, kejujuran dan kesucian.
Simpingan sebelah kiri terdiri dari tokoh-tokoh raksasa, raja-raja yang berwatak angkara murka, misalnya Dasamuka atau Rahwana, Kangsa, Bomanarakasura, juga para kurawa disimping disebelah kiri, menggambarkan kumpulan atau kelompok tokoh-tokoh jahat. Dan biasanya wayang-wayang yang disimping disebelah kiri, umumnya raut mukanya berwarna merah, simbol kemarahan atau arogan. Dalam adegan peperangan pun oleh sang dalang tokoh-tokoh jahat atau angkara selalu berada ditangan kiri.
14024781621934434277
Samping kiri kelompok jahat, samping kanan kelompok baik. edit.prib
POSTUR TUBUH DAN WAJAH
Postur tubuh tokoh angkara murka biasanya dilukiskan gempal, tinggi, besar, tambun. Dan posisi wajahnya ndhengak (mendongak) menggambarkan kesombongan, keangkuhan dan ketamakan. Sedangkan muka yang berwarna merah mengekspresikan kemarahan, arogan atau antagonis. Selain itu, tokoh wayang raksasa biasanya tangan yang diberi tuding (tangkai, untuk menggerakkan tangan) hanya tangan  depan (kiri), sedangkan tangan belakang (kanan) menggenggam dan menyatu dengan tubuh, tidak bisa digerakkan. Artinya, raksasa lebih banyak berbuat jahat (tangan kirinya yang aktif) ketimbang berbuat kebaikan (tangan kanannya tak bisa difungsikan).
Tokoh Pandawa memang ada yang berpostur tinggi besar, gagah perkasa, misalnya Raden Werkudara atau Bima, namun posisi wajahnya luruh, tumungkul (menunduk) dan rona mukanya berwarna hitam atau brom. Ini melukiskan seseorang yang sakti mandraguna, teguh pendirian, jujur, dan suci, simbol dari kebaikan atau protagonis.
14024787081178735635
Selain berpostur tambun, tokoh jahat mukanya berwarna merah atau oranye. Tokoh kesatria pada umumnya selain langsing, wajhnya berwarna hitam. edit.prib.
MATA, HIDUNG DAN MULUT
Bentuk mata, hidung dan mulut tokoh wayang disesuaikan dengan bentuk atau postur tubuh yang bersangkutan. Dan itu menggambarkan karakter atau sifat tokoh wayang tersebut. Misalnya, raksasa, postur tubuhnya gempal tinggi besar, bentuk matanya bulat dan besar melothot (mbelalak), hidungnya mbonggol dan mulutnya menganga dengan dilengkapi barisan gigi dan taringnya.  Demikian sebaliknya, tokoh satriya (kesatria) selalu digambarkan dengan bentuk tubuh yang ramping kalau tidak bisa disebut kerempeng. Dan bentuk matanya liyepan (kecil), hidungnya mbangir dan mulutnya mingkem dengan menyunggingkan senyum, melambangkan karakter yang lemah lembut, baik budi pekertinya serta tak mudah marah.
14024784271196228039
karakter jahat. edit.prib
14024785001453991333
karakter baik. edit.prib
BUSANA
Tokoh kesatria biasanya dilukiskan dengan busana yang sederhana. Tidak memakaigelang, kelat bahu, jamang, garudha mungkur, badhong dan lain sebagainya, meskipun ia seorang raja. Sebagai  contoh Prabu Puntadewa atau Yudistira. Yudistira adalah simbol pemimpin yang sederhana.
Beda dengan Yudistira, Prabu Duryudana, Prabu Bomanarakasura, Prabu Dasamuka hampir seluruh tubuhnya dihiasi berbagai macam aksesori. Dari ujung rambut hingga kaki tidak luput dari berbagai macam pernak-pernik. Duryudana adalah simbol pemimpin hedonis.
Demikianlah sekelumit tentang karakter atau sifat tokoh-tokoh wayang purwa atau wayang kulit.
Silakan saja, siapa yang ingin mengklaim dirinya sebagai sosok Yudistira atau Duryudana, bahkan sebagai Sengkuni sekalipun, tidak ada yang melarang. Namun, biasanya hal itu itu orang lain yang bisa menilainya, bukan klaim diri sendiri. Umpamanya, saya santun, kalem dan jujur seperti Yudistira. Atau, saya gagah perkasa dan sakti mandraguna seperti Bima dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar