Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Selasa, 13 Agustus 2013

"Pandangan Islam terhadap Dunia"


Fokuslah pada tujuan Akhirat, dunia akan mendekat

"Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai obsesinya, maka Allah melancarkan semua urusannya, hatinya kaya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai obsesinya, maka Allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin, dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya." (HR. Ibnu Majah).

Membicarakan akhirat tidak sama dengan beramal untuk akhirat, meski merupakan salah satu asas utamanya. Mari kita "update & upgrade status" dari membicarakan menjadi beramal. QS. 17: 19 "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas"

Membagi amal Ust. Abu Umar Basyir yang menulis dengan "sangat jujur" seperti berikut ini :

Sebelum membahas tentang berbagai realitas di medan dakwah yang terkait dengan soal-soal dunia, terlebih dahulu kita menyematkan sebuah sudut pandang yang benar terhadap kehidupan dunia dengan segala kegemerlapannya. Tujuannya, agar kita betul-betul dapat membayangkan apa jadinya bila medan-medan dakwah yang suci ini sudah demikian identik dengan soal-soal dunia. Dan bagaimana jadinya jika para juru dakwah lebih banyak membicarakan dunia dengan sangat sungguh-sungguh, dengan semangat yang demikian menggebu-gebu, namun memperbincangkan akhirat dengan sangat bermain-main, dengan sisa energinya saja, dengan keyakinan yang sama-sama melekat dalam jiwa juru dakwah itu dan juga di lubuk yang paling dalam dari para pendengar dan penyimak dakwah mereka : Kita sama-sama enggak pernah ngamalin kayak gitu. Kita, yang satu di hadapan yang lain, cuma beda kebetulan saja. Yang satu kebetulan sedang berceramah, dan yang lain kebetulan sedang mendengarkan. Di luar itu, kita sama-sama bukan orang yang mengejar akhirat. Cuma sekedar ngomongin akhirat.

Al-Quran bertabur ayat-ayat yang memperbincangkan soal akhirat. Sebagian di antaranya memuat kecaman terhadap dunia. Mengingat kita bukan hendak mengulas tentang dunia, penulis hanya akan memaparkan sebagian di antaranya saja.

Untuk menjelaskan ciri khas kaum beriman, simbol kaum bertaqwa, Allah menjelaskan (yang maknanya):

"Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18]." Al-Baqarah[2]:4.

[17] Kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada para rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang Kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

Memang tidak disangkal, bahwa bagaimana pun dan siapa pun, pasti memiliki kecenderungan atau bisa disebut rasa suka terhadap hal-hal duniawi.

Allah berfirman (yang maknanya) :

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." Aali 'Imraan [3]:14.

[186] yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Namun kemudian, Allah menegaskan bahwa semua kenikmatan itu tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan di sisi-Nya, yakni kenikmatan yang kekal abadi. Bukan kenikmatan yang tak ubahnya fatamorgana, seperti dunia ini.

Allah berfirman (yang maknanya) :

Aali 'Imraan [3]:15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

Aali 'Imraan [3]:185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Ghaafir [40]:39. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

Kenikmatan dunia yang beragam, semuanya mengandung nilai godaan dengan kapasitas sendiri-sendiri. Harta dan anak, menempati posisi unggulan sebagai bagian duniawi yang begitu menggoda. Allah 'Azza wa Jalla telah memperingatkan tentang godaan harta dunia dan anak-anak. Dia berfirman (yang maknanya) :

Al-Anfaal [8]:28. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Jadi, seperti yang sudah kita fahami bersama, dunia ini begitu murahnya dan begitu tidak ada artinya di sisi Allah Yang Maha Pencipta. Dan demikianlah seharusnya manusia memandangnya. Rasulullah shallalLaahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Seandainya dunia ini di sisi Allah hanya senilai sayap nyamuk sekalipun, Allah tidak akan memberi minum orang kafir seteguk air pun". (HR. Tirmidzi dan beliau menilainya Hasan).

Itulah sebabnya, Allah melarang kita memandang kehidupan "manusia-manusia dunia" sedemikian takjub. Karena batas hidup mereka adalah kematian. Sementara bagi "orang-orang akhirat", kematian adalah awal dari kehidupan, sesuai firman Allah (yang maknanya) :

Thaa-Haa[20]:131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Dari catatan : Ust. Abuyahya (Narasumber)
Wahdah Bandung
(Ust. Abu Umar Basyir, "Pandangan Islam terhadap Dunia", dalam buku: Menjadi Kaya dengan Berdakwah? Menyorot Fenomena Komersialisasi Dakwah, Wacana Ilmiah Press, Solo, Cet. I, Sept. 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar