بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Tafsir Surat Al-Falaq
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Katakanlah:"Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh
مِن شَرِّ مَاخَلَقَ
dari kejahatan makhluk-Nya
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فيِ الْعُقَدِ
dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
وَمِن شَرِّحاَسِدٍ إِذَا حَسَدَ
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki." (QS.Al-Falaq: 1-5)
Keutamaan Surat
Mengenai keutamaan surat ini dan surat an-Naas terdapat banyak sekali hadits, di antaranya:
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Uqbah bin ‘Amir رضي الله عنه, dia berkata, “Rasulullah صلي الله عليه وسلم., bersabda:
أَلَمْ تَر آيَاتٍ أُنْزِلَتْ هَذِهِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثلُهُن قَطُّ ؟ قُلْ أَعُوذُ برَبِّ الفَلَقِ ، وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Tidakkah kamu mengetahui bahwa pada malam ini telah diturunkan beberapa ayat yang tidak pernah sama sekali dilihat ada yang semisalnya; Qul `A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul `A’uudzu bi Rabbinnaas.’” (Shahih Muslim, hadits no.814)
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Uqbah bin ‘Amir رضي الله عنه, di antara bunyinya menyatakan bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم., pernah bersabda, “Wahai ‘Uqaib! Maukah aku ajarkan kepadamu dua surat yang merupakan sebaik-baik dua surat yang dibaca manusia.?” Lalu aku berkata, “Tentu saja, wahai Rasulullah. Maka beliau pun membacakan kepadaku, ‘Qul `A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul `A’uudzu bi rabbinnaas’ kemudian shalat pun didirikan, maka Rasulullah صلي الله عليه وسلم., maju lantas membaca kedua surat tersebut, kemudian memerintahkan kepadaku seraya bersabda, ‘Bagaimana pendapatmu, wahai ‘Uqaib.? Bacalah keduanya tatkala kamu mau tidur dan bangun.’” (al-Musnad, Jld.IV, h.144; Sunan an-Nasaa`i, Jld.VIII, h.153)
Kapan Surat Ini Dibaca?
Ketika Mengeluhkan Sesuatu Yang Sakit
Hal ini berdasarkan riwayat Malik dengan sanadnya dari ‘Aisyah رضي الله عنها : bahwasanya bila Rasulullah صلي الله عليه وسلم., mengeluhkan rasa sakit, beliau membacakan untuk dirinya dengan al-Mu’awwidzatain (Surat al-Falaq dan an-Naas) dan meludah kecil, namun tatkala rasa sakitnya semakin parah, maka aku pun membacakan untuknya dan menyapunya dengan kedua tangannya karena berharap ada keberkahannya. (al-Muwaththa`, bab: at-Ta’awwudz wa ar-Ruqyah Fi al-Mardla, h.943)
Ketika Akan Tidur 1
Salah satunya telah disebutkan ketika membahas mengenai keutamaannya di atas. Hadits lainnya adalah sebagaimana terdapat di dalam Shahih al-Bukhary dari ‘Aisyah رضي الله عنها:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Bahwasanya bila Nabi صلي الله عليه وسلم., beranjak ke tempat tidurnya (untuk tidur) setiap malamnya beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian [meniupnya- meludah kecil] lalu membaca ‘Qul huwallaahu Ahad, Qul `A’uudzu birabbil falaq dan Qul `A’uudzu birabbinnaas,’ kemudian membasuh dengan kedua telapak tangannya bagian badan yang mampu disapunya, dimulai dari atas kepala, wajah, bagian badan selanjutnya. Beliau melakukan hal itu hingga tiga kali. (Shahih al-Bukhari, Jld.IX, h.63, hadits no.5017)
Kosa Kata
Makna lafazh `A’uudzu : Aku berlindung dan meminta perlindungan kepada-Mu, wahai Allah
Makna lafazh al-Falaq : Shubuh/pagi atau makhluk, artinya, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya agar berlindung dari semua makhluk
Makna lafazh Ghaasiq : Malam apabila telah memasuki kegelapan
Makna lafazh Idza Waqab : Bila matahari sudah terbit dan kegelapan malam telah menjelang
Makna lafazh an-Naffaatsaat : Wanita-wanita tukang sihir bila mereka menjampi dan meludah kecil pada buhul-buhul lalu menyihir manusia
Makna lafazh Haasid : Orang yang dengki dan hasad (dengki) adalah bercita-cita hilangnya nikmat dari orang lain
Surat ini mengandung al-Isti’aadzah (minta perlindungan) dari semua kejahatan baik secara umum maupun khusus, berlindung (kembali) kepada Allah dan berlindung dengan naungan rahmat-Nya dari segala keburukan serta berpegang teguh dengannya dari kejahatan semua makhluk-Nya.
Beberapa Pesan
Wajib hanya meminta perlindungan kepada Allah semata dari semua hal yang membahayakan, khususnya dari kegelapan, sihir dan pelakunya, hasad dan pelakunya karena besarnya keburukan tersebut
Surat ini banyak keutamaannya dan sangat berguna sekali, terutama di dalam mengobati sakit, ‘ain (semacam hipnotis) dan sihir
Surat ini menunjukkan hakikat sihir
Larangan berbuat hasad (iri hati) dan bahwa ia merupakan sifat yang tercela
--------------------------------------------------------------------------------
1 Surat Al-Ikhlas dan Surat Al-Mu'awwidzatain juga dianjurkan di baca pada pagi dan sore hari, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa membaca tiga surat tersebut [Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas] tiga kali setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu.” HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182.
Ketiga surat tersebut juga di anjurkan dibaca setiap setelah selesai shalat fardhu. HR. Abu Dawud no.1523, an-Nasa'i III/68, Ibnu Khuzaimah no. 755 dan Hakim I/253. Lihat Pula Shahih at-Tirmidzi. Ketiga Surat ini dinamakan al-Mu'awwidzaat -Ibnu Majjah\
Sumber :
Dr.Ibrahim bin Sulaiman al-Huwaimil
Islam Kaffah
Taqabbal da’wana ya Mujibas sailin. Wallahu ta‘ala a’lam bish-shawab.
Wallahul Muwaffiq wal Hadi ila aqwamit thariq.
Hak Cipta...!
Hak Cipta Hanyalah Milik Allah Semata. Sobat Muslimin Berhak Memanfaatkan Semua Catatan Islam Kaffah Ini untuk Tujuan Kemaslahatan Kaum Muslimin Tanpa Maksud Kormersial dan mencantumkan semua sumbernya tanpa diedit.
Jika sobat menyalahin peraturan ini siap dituntut secara hukum.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1)
Imam Baihaqi di dalam kitab Dalaailun Nubuwwah-nya mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Al Kalbi yang diterimanya dari Abu Saleh, Abu Saleh menerimanya dari Ibnu Abbas r.a. Ibnu Abbas r.a. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. mengalami sakit keras, lalu dua malaikat datang menemuinya. Salah seorang duduk di sebelah kepalanya sedangkan yang lainnya di sebelah kakinya. Malaikat yang berada di sebelah kedua kakinya berkata kepada malaikat yang berada di sebelah kepalanya: "Apakah yang kamu lihat?" Malaikat yang berada di sebelah kepalanya menjawab: "Thabb". Malaikat yang berada di sebelah kakinya bertanya: "Apakah Thabb itu?" Ia menjawab: "Sihir". Malaikat yang ada di sebelah kakinya bertanya: "Siapakah yang menyihirnya?" Ia menjawab: "Lubaid Al A'sham orang Yahudi". Malaikat yang berada di sebelah kakinya bertanya: "Di manakah sihir itu disimpan?" Malaikat yang ada di sebelah kepalanya menjawab: "Di dalam sumur keluarga si Polan, ia terletak di bawah sebuah batu besar dalam keadaan terbungkus". Kemudian mereka berdua mendatangi sumur itu, lalu mereka menguras airnya dan mengangkat batu besar, kemudian mereka mengambil buntelan itu lalu membakarnya. Dan pada waktu subuh, yaitu pagi hari dari malam itu Rasulullah saw. mengutus Ammar ibnu Yasir beserta beberapa orang lainnya untuk mengambil buntelan sihir itu. Lalu mereka mendatangi sumur tersebut, tiba-tiba sesampainya mereka di sana melihat air sumur itu seakan-akan berwarna merah darah. Selanjutnya mereka menguras air sumur tersebut lalu mengangkat batu besar yang ada di dalamnya, lalu mereka mengeluarkan buntelan sihir kemudian langsung membakarnya. Ternyata di dalam buntelan itu terdapat seutas tali yang padanya ada sebelas buhul atau ikatan. Kemudian diturunkan kedua surah ini kepada Rasulullah saw., setiap kali beliau membaca satu ayat dari kedua surah tersebut terlepuslah satu ikatannya. Kedua surah tersebut; yang pertama dimulai dengan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai subuh ...'" (Q.S. Al Falaq, 1) dan surah yang kedua diawali dengan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Aku berlindung kepada Rabb manusia...'" (Q.S An Naas, 1) Asal hadis ini mempunyai Syahid di dalam kitab Sahih hanya, tanpa disebutkan turunnya kedua surah tersebut; akan tetapi turunnya kedua surah itu memiliki Syahid yang lainnya yang memperkuat Asbaabun Nuzul kedua surah itu. Imam Abu Na'im di dalam kitab Dalaail mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abu Jakfar Ar Raazi yang ja telah menerimanya dari Ar Rabi' ibnu Anas, kemudian Ar Rabi' telah menerimanya pula dari Anas ibnu Malik r.a. Anas ibnu Malik r.a. menceritakan, bahwa ada seorang Yahudi berbuat sesuatu terhadap Rasulullah uaw. Maka karena hal tersebut, Rasulullah saw. mengalami sakit keras, ketika para sahabat datang menjenguknya, mereka mengira, bahwa hal itu hanyalah diakibatkan saki biasa. Kemudian datanglah malaikat Jibril dengan membawa turun kedua surah ini; malaikat Jibril segera mengobatinya dengan membacakan kedua surah itu. Lalu Rasulullah saw. keluar menemui para sahabatnya dalam keadaan sehat dan segar-bugar.
Tafsir Ibnu Katsir dan DEPAG RI Surah Al Falaq 1 - 2
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2)
Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya termasuk juga seluruh kaum muslimin supaya selalu berlindung kepada Tuhan Pencipta semua makhluk agar terpelihara dari segala macam kejahatan atau akibat kejahatan yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir dan DEPAG RI Surah Al Falaq 3
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3)
Kemudian dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa sebagian makhluk-makhluk-Nya sering menimbulkan kejahatan pada waktu malam bila segala sesuatu telah diliputi oleh kegelapan. Dalam pada itu keadaan malam bila telah gelap gulita menyebabkan kita takut dan gelisah, seakan-akan ada sesuatu yang tersembunyi dalam kegelapannya yang akan menyakiti kita sebagai pembantu musuh-musuh kita.
Tafsir Ibnu Katsir dan DEPAG RI Surah Al Falaq 4
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4)
Dalam ayat ini Allah menambah bagian makhluk yang diminta agar kita terlindung dari kejahatan tukang sihir yang meniupkan mantera-mantera dengan maksud memutuskan tali kasih sayang dan mengoyak-ngoyak ikatan persaudaraan; seperti ikatan nikah dan lain-lain. Perbuatan sihir itu dapat mengubah kasih sayang antara dua teman yang akrab menjadi permusuhan. Penghasut membawa berita yang nampaknya benar dan sulit mendustakannya, sebagaimana dilakukan oleh tukang sihir dalam usahanya memisahkan suami istri.
Syekh Muhammad 'Abduh berkata: "Berkenaan dengan keterangan tersebut di atas, telah diriwayatkan hadis tentang Nabi SAW. yang disihir oleh Labid bin A'sam, yang sangat mengesankan pada pribadi Nabi; sehingga seakan-akan beliau mengerjakan sesuatu padahal beliau tidak mengerjakannya, atau mengambil sesuatu padahal beliau tidak mengambilnya. Lalu Allah memberitahukan kepadanya tentang tukang sihir itu. Kemudian dikeluarkan sihir itu dalam hatinya, lalu Nabi SAW. menjadi sehat kembali, lalu turunlah surah ini.
Nabi SAW. kena sihir sehingga menyentuh akal yang berhubungan langsung dengan jiwa beliau, karena itu orang-orang musyrik berkata, sebagaimana firman Allah.
إن تتبعون إلا رجلا مسحورا
Artinya:
"Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir".
(Q.S. Al Isra': 47).
Yang wajib kita itikadkan bahwa Alquran adalah mutawatir dan menyangkal bahwa Nabi SAW. kena sihir, karena yang menyatakan demikian itu adalah orang-orang musyrik, Alquran mencela ucapan mereka itu.
Hadis tersebut seandainya termasuk di antara hadis-hadis sahih, tetapi dia tergolong hadis ahad yang tidak cukup untuk dijadikan dasar dalam akidah. Sedangkan kemaksuman nabi-nabi adalah merupakan akidah yang telah dipegangi dengan yakin. Terhindarnya Nabi SAW. dari sihir bukanlah berarti mematikan sihir secara keseluruhan. Mungkin seseorang yang kena sihir menjadi gila akan tetapi mustahil terjadinya bagi Nabi SAW. karena Allah menjaga dan melindunginya.
Dijelaskan bahwa surai Al Falaq ini adalah surah Makkiyah yang diturunkan sebelum hijrah menurut pernyataan "Ata", Hasan dan Jabir, sedang yang mereka tuduhkan bahwa Nabi SAW. kena sihir di Madinah, maka sangat lema untuk berpegang pada hadis tersebut dan untuk menyatakan hadis sahih.
Kita harus berpegang pada nas Alquran dan tidak perlu berpegang kepada hadis ahad tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir dan DEPAG RI Surah Al Falaq 5
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan bagi makhluk yang lain yang kita disuruh berlindung kepada-Nya, yaitu: "Kami berlindung kepada Engkau Ya Tuhan kami dari kejahatan orang-orang yang dengki bila ia melaksanakan kedengkiannya dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menghilangkan nikmat orang yang dijadikan obyek kedengkiannya dengan bermacam-macam cara dan dengan mengadakan perangkap-perangkap untuk menjebak orang yang didengkinya jatuh ke dalam kemudaratan. Tipu muslihat yang dijalankannya itu adalah sangat licik sehingga sulit mengetahuinya. Tiada jalan untuk menghindarinya dan tidak ada jalan kecuali dengan memohon bantuan kepada Allah Maha Pencipta karena Dia-lah yang dapat menolak tipu dayanya, menghindari kejahatannya atau menggagalkan usahanya.
Sumber :
Islam Kaffah
Taqabbal da’wana ya Mujibas sailin. Wallahu ta‘ala a’lam bish-shawab.
Wallahul Muwaffiq wal Hadi ila aqwamit thariq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar