Dewasa ini kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesatnya, baik dari sisi kecepatan maupun kemudahan dalam mengakses suatu informasi yang dibutuhkan. Sebagai bentuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kini untuk mengakses informasi tidak lagi bergantung pada teknologi kabel, sebagai gantinya jaringan nirkabel (tanpa kabel) telah menggeser perananan jaringan berkabel. Misalnya telepon rumah yang menggunakan kabel, kini digantikan oleh telepon seluler (ponsel).
Ponsel bukanlah hanya sekedar gaya hidup sekarang, ponsel kini dianggap sebagai kebutuhan pokok. Dan karena harganya yang relatif terjangkau, pengguna ponsel pun kini menjamur di semua kalangan. Selain itu, keberadan ponsel sekarang, tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga bisa digunakan sebagai sarana internet dan media sosial.
Sering berkembangan teknologi dan ramainya pengguna media sosial, semakin besar pula peluang menyebarkan berita palsu, atau biasa disebut orang- orang dengan berita HOAX.
Hoax, sangat akrab menghiasi laman berita nasional Indonesia mulai dari daerah hingga nasional beberapa tahun terakhir. Banyak pemberitaan asli diubah oleh oknum tertentu menjadi negatif dan disebarkan.
Menjadi ramai, karena berita hoax biasanya mengandung unsur berlebihan atau bombastis. Kalau tidak dalam kondisi relax, tenang dan santai, pembacanya seketika bisa naik pitam tanpa mengerti isinya. Karena itu, verifikasi pun ditinggalkan.
Lalu, apa itu Hoax? Menurut Psikolog Inggris Robert Nares (1753-1829), istilah hoax muncul sekitar akhir abad ke 18, diartikan sebagai usaha untuk menipu. Hoax pun sering digunakan sebagai istilah lain dari rumor.
Namun orang yang membaca berita hoax tidak menyadari bahwa berita yang ia baca itu hoax. Terdapat berbagai hal yang melatarbelakanginya, pertama, ia tidak tahu sama sekali apa itu berita hoax. Kedua, ia langsung tersulut emosi sehingga pemikiran jernihnya hilang. Ketiga, ia tahu bahwa berita itu hoax akan tetapi karena ia benci dengan orang dalam hoax itu, kemudian ia pun ikut menyebarkan. Nah yang ketiga adalah orang yang paling tidak bermoral, karena ia mengorbankan hati nuraninya.
Untuk itu kita sebaiknya mengenali ciri-ciri berita Hoax, kemudian menandai kejanggalan – kejanggalan dengan pedoman berikut ini:
- Berita pertama kali didistribusikan melalui email, mailing list, forum, blog, facebook, yang kemudian disebarluaskan via twitter.
- Isinya bertentangan dengan logika umum dan ilmu pengetahuan atau terdapat kontradiksi dengan fakta yang sudah umum diketahui.
- Menggunakan istilah yang terkesan ilmiah, yang memanfaatkan ketidaktahuan/keawaman pembaca.
- Bentuk kalimat yang mendorong pembaca untuk menyebarluaskan pesan tersebut.
- Sumber berita tidak jelas identitasnya.
- Tidak ada link sumber untuk informasi yang dianggap penting. Penulis yang baik pasti mencantumkan sumber ilmiah dalam tulisannya. Jika tidak dicantumkan sumber maka waspadalah terhadap keilmiahan artikel tersebut.
Setelah berita tersebut ditandai pada bagian-bagian yang dianggap janggal, bila dirasa hanya berdampak kecil atau sebagai hiburan saja, maka kita bisa menghentikan dan tidak perlu penyebarluaskannya .
Namun, bila berita tersebut berdampak besar, membuat masyarakat resah, sikap kita sebagai warga negara yang baik adalah membantu menciptakan suasana kondusif kembali melalui upaya pembuktian kebenaran berita tersebut ke masyarakat. Langkah-langkah mencari kebenaran informasi adalah sebagai berikut:
- Tanya Pihak yang tahu persoalan Secara Langsung
Informasi yang datang melalui media apa pun, sebaiknya langsung ditanyakan pada pihak yang mengetahui betul persoalannya.
Kita bisa menghubungi melalui akun sosial media miliknya, cari informasi tentang akun twitter atau face book pihak terkait yang berhubungan dengan isi berita tersebut untuk mendapatkan konfirmasi lebih cepat .Kita bisa juga menelepon langsung jika sudah tahu siapa orangnya atau mungkin sudah kenal baik.
- Cari Berbagai Sumber di Internet
Bila tidak mempunyai akses komunikasi dengan pihak terkait, bisa langsung mencarinya sendiri melalui mesin perambah (google).Bandingkan berbagai informasi yang sama terkait dengan berita yang diterima. Bisa jadi saat sedang melakukan pencarian, ternyata sudah ada link informasi atas klarifikasi berita tersebut.
Pastikan juga berita yang diselidiki tersebut sudah dimuat di kantor-kantor berita besar, bukan blog pribadi atau forum bebas yang tidak jelas kredibilitasnya.Untuk cek berita yang memuat gambar, Google juga menyediakan fitur Google Image sebagai petunjuk darimana pertama kali gambar tersebut berasal.
- Periksa Sumber
Sumber biasanya dicantumkan di akhir tulisan. Penulis yang baik dan bertanggungjawab atas isi tulisannya biasanya mencantumkan dari mana ide atau referensi tulisannya. Kecuali tulisan tersebut hanyalah opini pribadi, bukan berita investigasi.
- Periksa Sumber Primer dari Dunia Ilmiah
Kalau informasi tersebut berupa artikel yang terkesan ilmiah dan masuk akal, yang mengutip pendapat dari ilmuwan ternama, maka pastikan kebenaran artikelnya melalui sumber-sumber primer dunia ilmiah.
Misalnya, dengan mengecek langsung di jurnal ilmiah/akademis yang diterbitkan institusi ilmiah tertentu, artikel yang terdapat pada website resmi perguruan tinggi, dan buku-buku teks akademis. Google menyediakan fitur Google Scholar dan Google Books untuk memudahkan pencarian jurnal atau buku ilmiah.
- Artikel Hoax dari Luar Negeri
Coba ketik kata kunci artikel dalam bahasa Inggris. Beberapa artikel hoax kebanyakan bermula dari situs-situs luar negeri, karena sudah banyak berita hoax yang dibuktikan kepalsuannya oleh situs luar negeri.
Tapi banyak juga penyebar hoax lokal, yang berita palsunya diterjemahkan, kemudian diangkat lagi, dimodifikasi isinya seperti perubahan nama pelaku dan tempat untuk konsumsi masyarakat Indonesia.
Dengan adanya informasi di atas semoga kita dapat menghadapi berita hoax dengan bijak dan lebih arif. dalam membagikan berita, bukan asal retweet, forward, share, ataupun broadcast tanpa mengetahui kebenaran beritanya.
Redaksi : Ny. Alya Heri Sulesmono
(Ketua Urusan Penerangan)
http://bhayangkari.or.id/artikel/cara-bijak-menghadapi-berita-hoax/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar