Pengertian Tawassul
Diantara
amaliyah yang berlaku dalam kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, adalah tawassulketika berdo’a.
Banyak kita jumpai dalam redaksi do’a yang kita panjatkan menggunakan metode tawasul. Ada
sebagian redaksi yang berbunyi : “Ya Allah dengan karomah wali ini aku meminta
kepada-Mu,” atau redaksi lain semisal ; “Wahai wali Allah, kami datang kepadamu untuk menghadap
kepada Allah, Ya Allahdengan
barokah wali ini aku memohon kepada-Mu, kabulkanlah permin-taanku,” dan atau
redaksi-redaksitawasul yang
lain.
Banyak
kalangan keliru dalam memahami substansi tawasul.Karena itu, sebelum
kami menghaturkan dalil-dalil yang menunjukkan diperkenankannya tawasul, terlebih
dahulu kami ingin sampaikan beberapa hal tentang tawasul dalam pandangan kami.
a. Tawassul adalah salah satu metode dalam berdoa
dari sekian cara dalam berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Sedang yang
diminta dan diharapkan dapat mengabulkan do’a tiada lain adalah Allah.
Obyek yang dijadikan wasilah (perantara) hanya berperan sebagai mediator untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Siapapun yang meyakini di luar batasan ini berarti ia telah musyrik.
b.
Diantara alasan orang bertawassul adalah
karena ia mencintai mediator yang dijadikan wasilah dan meyakini bahwa Allah juga mencintainya. Jika ternyata
penilaiannya keliru niscaya ia akan menjadi orang yang paling menjauhinya dan
paling membencinya.
c.
Orang yang bertawassul tidak boleh meyakini bahwa media yang
dijadikan untuk bertawassulkepada
Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya (independent)
sebagaimana Allah, atau tanpa izin-Nya. Dan barangsiapa yang meyakini demikian
niscaya ia musyrik.
d. Tawassul bukanlah
suatu keharusan, dan terkabulnya do’a tidaklah harus dengan cara tawasul.
(Mafaahim Yajibu An Tushohhah)
Dalil Dalil Tawassul
Adapun dalil-dalil yang menunjukkan
diperbolehkan bertawassul dalam
berdo’a diantaranya adalah :
Pertama : Firman Allah dalam al qur’an :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا
إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk menuju kepada Alloh, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.”(QS. Al Maidah : 35)
Dalam ayat diatas Allah
memerintahkan untuk mencari wasilah (perantara) dalam mendekatkan diri kepada
Allah, baik
perantara tersebut berupa amal sholih, atau orang-orang yang dicintai Allah.
Kedua : Firman Allah dalam al qur’an :
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Dan
Alloh memiliki Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut Asmaaul Husna. (QS,
Al A’roof : 180)
Dalam ayat diatas Allah mengajarkan kepada kita untuk
menjadikan Asmaa’ul Husna sebagai penghantar (wasilah)
do’a kita. Dan tentunya masih banyak ayat-ayat lain yang mengindikasikan
diperkenankannya tawasul dalam berdo’a.
Ketiga : Firman Allah dalam al qur’an :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ
إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan sholat.Dan sesungguhnya (sholat) itu berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyu’. (QS, Al
Baqoroh : 45)
Dalam ayat diatas Allah mengajarkan kepada kita untuk
menjadikan sholat dan sabar sebagai penghantar (wasilah) do’a agar
terkabul keinginan kita. Sebagian ahli tafsir
menjelaskan tentang Sabar yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah berpuasa (tirakat). Ayat tersebut menunjukkan anjuran untuk bertawassul dengan perantara amal sholih.
Keempat : Firman Allah dalam al qur’an :
وَلَمَّا
جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدِّقٌ
لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى
الْكَافِرِينَ
Dan setelah datang kepada mereka Al
Qur’an dari Allah yang
membenarkan apa yang ada pada mereka, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon
kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas
orang-orang yang ingkar itu. (QS, Al Baqoroh : 89)
Al
Hafidh ‘Imaduddin Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya :
{
وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا } أي: وَقَدْ
كَانُوْا مِنْ قَبْلِ مَجِيْءِ هَذَا الرَّسُوْلِ بِهَذَا الْكِتَابِ
يَسْتَنْصِرُوْنَ بِمَجِيْئِهِ عَلَى أَعْدَائِهِمْ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِذَا
قَاتَلُوْهُمْ
Firman
Allah : (Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan atas
orang-orang kafir) yakni, (orang-orang Yahudi) –sebelum datangnya
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dengan mebawa al qur’an- mereka memohon
pertolongan dengan datangnya Nabi atas musuh-musuh mereka dari kalangan
orang-orang musyrik ketika orang-orang Yahudi berperang dengan mereka.
Kelima : Firman Allah dalam al qur’an :
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ
فَاسْتَغْفَرُواْ اللهَ وَاسْتَغْفَرَ
لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّاباً
رَّحِيماً
“Sesungguhnya
jikalau mereka ketika menganiaya dirinya, datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah, dan Rosulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS, An Nisaa : 64)
Al
Imam Al Hafidh Ibnu Katsir ketika menjelaskan firman Allah diatas, berkata :
يُرْشِدُ تَعَالَى اَلْعُصَاةَ وَالْمُذْنِبِيْنَ إِذَا وَقَعَ
مِنْهُمُ الْخَطَأُ وَالْعِصْيَانُ أَنْ يَأْتُوا إِلَى الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَسْتَغْفِرُوا اللهَ عِنْدَهُ، وَيَسْأَلُوْهُ أَنْ
يَسْتَغْفِرَ لَهُمْ، فَإِنَّهُمْ إِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِمْ
وَرَحِمَهُمْ وَغَفَرَ لَهُمْ، وَلِهَذَا قَالَ: { لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا
رَحِيمًا }
Alloh –subhaanahu wata’ala-
memberi petunjuk kepada orang-orang ahli maksiat dan orang-orang yang berdosa,
jika mereka jatuh dalam kesalahan dan kedurhakaan hendaknya mereka datang
menemui Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- kemudian mereka memohon ampun
kepada Allah disisi Nabi dan meminta agar Nabi memohonkan ampun untuk mereka.
Jika mereka melakukan hal itu niscaya Allahmenerima
taubat mereka, merahmati mereka, serta meng-ampuni mereka. Olah karenanya Allah berfirman : (tentulah
mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang)
Keenam : Firman Allah dalam al qur’an :
أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ
مَحْذُورًا
“orang-orang
yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa
diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya
dan takut akan adzab-Nya. Sungguh, adzab Tuhanmu itu sesuatu yang(harus) ditakuti.”
(QS, Al Isro’ : 57)
{ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ } مَعْنَاهُ ، يَنْظُرُوْنَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ إِلَى اللهِ
فَيَتَوَسَّلُوْنَ بِهِ
Firman
Allah {Siapa
diantara mereka yang lebih dekat kepada Allah}
maksudnya adalah ; mereka memperhatikan (mencari) siapa yang paling dekat
kepada Allah, kemudian
mereka berwasilah dengannya. (Tafsir
Al Khozin)
Oleh: ustadz Abu
Hilya