Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Senin, 10 Februari 2014

Bahaya Salah Memahami Jati Diri

Masih banyak yang bingung tentang konsep jadi diri. Maka ada ada istilah mencari jati diri. Apakah Anda sudah menemukan jati diri Anda? Atau masih mencarinya?
Terlepas apakah Anda sudah menemukannya atau belum, maka perlu di pertimbangkan lagi, apakah konsep jati diri kita sudah betul tidak? Jika salah, bahaya! Sebab semua tindakan kita akan berdasar pada konsep jati diri kita. Jika salah, maka tindakan dan perilaku kita akan salah. Kita bisa celaka, baik di dunia dan di akhirat.

Apa Itu Jati Diri?

Sering kali orang membuat definisi jati diri adalah jawaban dari 3 pertanyaan ini:
  1. Siapa aku?
  2. Dari mana aku?
  3. Dan aku mau kemana?
Ya, pertanyaan ini memerlukan pemikiran mendalam untuk mengetahui jawaban yang benar. Tidak sedikit orang yang masih kebingungan dan akhirnya melupakan untuk menjawab ketiga pertanyaan ini. Yang penting, jalani saja hidup ini.

Bolehkah Kita Mengabaikan Penemuan Jati Diri?

Apakah kita perlu “meributkan” tentang jati diri? Ya, kita perlu memahami siapa diri kita. Jika tidak, untuk apa kita hidup? Hidup kita akan tanpa arah, tanpa makna, tanpa arti. Sebab, bagaimana kita bisa memiliki hidup yang bermakna sementara kita tidak mengetahui siapa kita dan mau kemana.
Jadi jawabannya: kita tidak boleh mengabaikan ini, kecuali Anda ingin hidup berlalu tanpa makna.

Apakah Jati Diri Itu Membahas Bakat dan Ketertarikan Kita?

Tentu saja kita memahami bahwa kita memiliki keunikan masing-masing. Mencari kelebihan dan potensi unik kita tentu saja sangat penting dalam kehidupan kita. Namun, yang kita perlukan tidak sebatas menemukan bakat spesial kita. Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa orang yang sukses itu sudah menemukan jati dirinya.

Dimanakah Kita Bisa Menemukan Jadi Diri Kita?

Tidak ada yang lebih mengetahui diri kita selain yang menciptakan kita, Allah Yang Maha Mengetahui. Mengapa kita harus mencari makna jati diri dari selain Allah? Mengapa hidup kita dikendalikan oleh konsep-konsep jati diri yang bukan dari Allah? Ini sangat penting, sebab dari Allahlah kita akan menemukan jawaban yang tepat, dijamin tidak akan salah sehingga hidup kita akan lebih berarti.
Tentu saja, Anda tetap boleh (bahkan harus) untuk terus menggali bakat dan potensi Anda. Yang ingin saya tekankan disini, bahwa jati diri itu bukan sebatas itu. Itu adalah keunikan Anda, bukan jati diri Anda.

Jati Diri Manusia Sesungguhnya

Siapa Aku?

Manusia adalah mahluq Allah yang terbuat dari tanah dan berikan ruh olah Allah. Kemudian manusia dilengkapi dengan potensi hati, akal, dan jasad. Hati dan akal adalah potensi yang menyebabkan manusia memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan makhluq lainnya.
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajdah:7-9)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS. Al Hijr:28)

Untuk Apa Aku Ada?

Ada dua tujuan penciptaan manusia yang saling terkait yaitu dijadikan khalifah dimuka bumi dan untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada tujuan lain! Semua aktivitas, semuanya harus dalam rangka kedua peran kita ini. Sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah.
Untuk itu, Allah sudah membeli kita semua dengan potensi yaitu hati, akal, dan jasa yang cukup untuk memikul dua tugas ini. Selama kita memanfaatkan semua potensi yang kita miliki, kedua tugas ini akan terlaksana dengan baik.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat:56)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al Baqarah:30)

Akan Kemana Aku?

Bukan hanya menuju anak-anak bagi bayi. Bukan hanya menuju remaja bagi anak-anak. Bukan hanya menuju dewasa bagi remaja. Bukan pula hanya menjadi tua bagi Anda yang sudah dewasa. Seungguhnya, tujuan pasti setiap manusia itu adalah kampung akhirat. Dan hanya ada dua pilihan kampung akhirat, yaitu syurga (Al Jannah) dan neraka (An Naar).
Kita memilih yang mana? Tentu saja, bagi kita orang yang beriman, kita berharap mendapatkan balasan syurga dari Allah. Syaratnya adalah hidup kita sesuai dengan tujuan keberadaan kita, yaitu sebagai khalifah dan beribadah kepada Allah.
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” (QS As Sajdah:19-20)

Kesimpulan

Mudah-mudahan, setelah kita memahami siapa kita, mengapa kita ada, dan mau kemana kita nanti, pikiran kita tidak galau lagi karena bingung tentang jati diri. Kini sudah jelas, apa yang perlu kita jalani dan konsekuensinya ke depan. Dan inilah fokus kita saat ini, yaitu menjalani hidup untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr:18)
Insya Allah akan ditambahkan pembahasan tentang jati diri lebih jauh lagi pada artikel-artikel mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar