Shalat Isyraq Dilakukan Setelah Matahari Terbit Sebelum Masuk Waktu Shalat Dhuha
Shalat Isyraq adalah shalat sunnah dua raka’at yang dikerjakan setelah matahari terbit sebelum masuk waktu dhuha, atau kira-kira lima atau sepuluh menit setelah matahari terbit. Shalat Isyraq ini memiliki nilai istimewa tersendiri jika pra syaratnya dipenuhi yaitu shalat shubuh berjamaa’h yang diteruskan dengan berdzikir hingga menjelang waktu syuruq (matahari terbit), lalu shalat Isyraq.
Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من صلى الصبح في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تامة تامة تامة
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari kemudian shalat dua rakaat maka dia seperti mendapatkan pahala haji dan umrah.” Anas berkata: Rasulullah bersabda: “Sempurna, sempurna, sempurna.” [HR. At Tirmidzi No. 586, katanya: hasan gharib.]
Dari hadits ini menerangkan kesunnahan shalat dua rekaat setelah matahari terbit. Hanya saja siapa yang mengerjakan sunnah shalat sunnah syuruq tanpa melengkapinya dengan prasyarat tersebut (jamaah shalat subuh dan dzikir) maka pahala yang ada hanya pahala shalat sunnah tanpa pahala haji dan umrah.
Cara Shalat Israq
Adapun niatnya sebagaimana diterangkan Imam Nawawi dalam Nihayatuz Zain adalah;
أُصَلِّي سُنَّةَ الإشراق رَكْعَتَيْن لِلَّهِ تَعَالَى – (baca: Ushalli sunnatal isyraqi rak’ataini lillahi ta’ala…).
Artinya: Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat karena Allah.
Kemudian pada rakaat pertama setelah alfatihah, sebaiknya membaca surat Wad-Dhuha dan pada rakaat kedua membaca Alam Nasyrakh. Sebaiknya shalat ini dilakukan sesegera mungkin mengingat waktu yang terbatas. Karena setelah matahari kelihatn mulai meninggi, maka tibalah saatnya waktu shalat dhuha.
Do’a Shalat Isyraq
Adapun bacaan do’a-nya sebagaimana termaktub dalam Nihayatuz Zain adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma’mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringiku hidupku dan menerangiku setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku.
Dan aku meminta padaMu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan kemulyaan yang wujud pada selain matahari, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat padaMu (yang ada padaku) bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemaha-esaan dikala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah rahmat ta’dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan Rasul. Dan segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua Orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal”.
Hadits Shalat Isyraq
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من صلى الصبح في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تامة تامة تامة
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari kemudian shalat dua rakaat maka dia seperti mendapatkan pahala haji dan umrah.” Anas berkata: Rasulullah bersabda: “Sempurna, sempurna, sempurna.” – (HR. At Tirmidzi No. 586, katanya: hasan gharib. Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 710, Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 6346, sementara dalam Shahih At Targhib wat Tarhib No. 464, beliau mengatakn hasan lighairih).
Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من صلى صلاة الغداة في جماعة ثم جلس يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم قام فصلى ركعتين انقلب بأجر حجة وعمرة
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu kemudian dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbitnya matahari, kemudian dia bangun mengerjakan shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah.” – (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 7741, juga dalam Musnad Asy Syamiyyin No. 885. Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 3542, Imam Al Haitsami mengatakan: “Sanadnya Jayyid.” Lihat Majma’ Az Zawaid, 10,/134, No. 16938. Syaikh Al Albany mengatakan: “Hasan Shahih.” Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib, No hadits. 467).
Dari Abdullah bin Ghabir, bahwa Umamah dan ‘Utaibah bin Abd Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من صلى صلاة الصبح في جماعة ثم ثبت حتى يسبح لله سبحة الضحى كان له كأجر حاج ومعتمر تاما له حجه وعمرته
“Barangsiapa yang shalat subuh secara berjamaah kemudian dia berdiam (tetap di tempat untuk berdzikir) sampai datang waktu dhuha, maka dia akan mendapatkan ganjaran seperti haji dan umrah secara sempurna.” – (R. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 7663.)
Hal-hal penting yang terkandung dalam hadits Shalat Isyraq di atas:
Shalat sunnah dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama (Bahkan penamaan ini dari sahabat Rasulullah s.a.w. yakni Ibnu Abbas ra. yang juga merupakan sepupu beliau) dengan shalat isyraq(terbitnya matahari).
Sabda Nabi s.a.w., “… sampai matahari terbit“, artinya: sampai matahari terbit dan agak naik sedikit.
Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi”.
Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di masjid tempat dia shalat berjama’ah sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar masjid untuk berwudhu dan segera kembali ke masjid, atau dapat juga jika dilakukan berjama’ah bukan di masjid sesuai kondisinya yang diisyaratkan adalah shalat berjama’ah. ‘Menetap di masjid’ di sini maksudnya adalah tetap di tempat di mana ia bersujud dalam shalat berjama’ah Shubuh.
Maksud “berzikir kepada Allah” dalam hadits ini adalah umum, dapat pula membaca al-Qur’an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan. [untuk ikhwan TQN PP Suryalaya dapat juga diisi dengan tawajjuh, khataman, shalawat bani hasyim serta yang ditekankan dzikir khofinya tetap berkesinambungan, jika putus sambung lagi sampai terbiasa terus menerus qalbunya dzikirullah]
Pengulangan kata “sempurna” dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah .
Makna “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam pahala dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.
Kesimpulan dari Penjelasan Shalat Isyraq
Sifat Shalat Nabi yang Shahih – Shalat Sunnah | Menurut qaul mu’tamad dari Imam Ghazali dan Ibnu Hajar dalam Tuhfah memilih pendapat Shalat Isyraq itu bukan Shalat Dhuha. Sedang qaul yang berseberangan dari Imam Ibnu Hajar al-Haytami dalam Fatawa Kubra, serta Imam Ramli, dan Imam Zakariya memilih pendapat shalat Isyraq itu adalah shalat dhuha berdasarkan hadits riwayat Ibnu Abbas.
Bila mengacu pada qaul shalat isyraq itu bukan Shalat Dhuha (melainkan shalat isyraq tersendiri) maka niatnya adalah niat shalat isyraq.
Sedangkan bila mengacu pada qaul shalat isyraq adalah shalat dhuha maka niatnya adalah niat Shalat Dhuha. Demikian, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wallohua’lam
(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar