لسم الله الرحمن الرحيم
Hanya dengan nama Allah Yang memberikan rahmat di dunia lagi Yang memberi rahmat di akhirat aku mulai mengkaji kitab bidayatul hidayah
MEMULAI DENGAN BASMALAH
Kitab bidayatul hidayah ini sebagaimana kitab yang lainnya dimulai dengan basmalah. Mengapa memulai dengan basmalah ? Para ulama menjelaskan :
1. Karena mengikuti contoh Al-Quran yang mana tartib susunan mushaf Al-Quran dimulai dengan basmalah.
2. Karena melaksanakan hadits :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَإِنَّهُ قَالَ كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَقْطَعُ
Dari Abū Huroiroh rodiyallōhu ‘anhu dari Nabi Shollallōhu ‘alaihi wasallam sesungguhnya beliau bersabda, “Setiap perkara yang penting (dipandang baik menurut syara’) yang tidak dimulai sebabnya denganbismillaahirrahmaanirrahiim sedikit berkahnya” (H.R. AbūDāwūd, Ibnu Mājah dan An-Nasāi).
SUBYEK DAN PREDIKAT BASMALAH
Rangkaian redaksional tekstual basmalah merupakan rangkaian keterangan tanpa subyek dan predikat. Namun tidaklah mungkin sebuah kalimat tanpa subyek dan predikat, karena keduanya adalah unsur pokok dari kalimat sempurna. Dengan demikian basmalah seharusnya ada subyek dan predikatnya.
Siapa dan apa yang “dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Yang Maha Penyayang” ?
Dalam konteks ilmu nahwu dalam bahasa Arab, subyek dan predikat itu ditunjukkan dengan butuhnya haraf jar ba di awal rangkaian basmalah kepada muta’allaq (rangkaian yang dikaitinya). Dengan tidak adanya muta’allaq tersebut secara tekstual redaksional, maka dipastikan muta’allaq tersebut adalah kalimat yang secara tekstual tidak dicantumkan yang dalam bahasa Arab disebut mahdzuf (secara makna ada, tapi secara teks tidak tertulis).
Apa rangkaian yang tidak tercantum itu ? Itulah subyek dan predikatnya.
Apa subyek dan predikatnya ? Karena secara teks tidak ada, maka dapat dimaknakan secara umum. Subyeknya bisa siapapun. Predikatnya bisa pekerjaan apapun. Namun keumumumannya dibatasi oleh hadits :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَإِنَّهُ قَالَ كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَقْطَعُ
Dari Abū Huroiroh rodiyallōhu ‘anhu dari Nabi shollallōhu ‘alaihi wasallam sesungguhnya beliau bersabda, “Setiap perkara yang penting (dipandang baik menurut syara’) yang tidak dimulai sebabnya denganbismillaahirrahmaanirrahiim sedikit berkahnya” (H.R. Abū Dāwūd, IbnuMājah dan An-Nasāi).
Dengan demikian, subyek dan predikatnya terbatas pada hal-hal yang baik menurut syara’.
Dalam konteks awal kitab ini, maka subyek dan predikatnya dapat dimaknakan dari dua sisi, yaitu :
1. Dari sisi penyusun kitab, subyek dan predikatnya adalah “saya menyusun kitab bidayatul hidayah ini.
2. Dari sisi pembaca dan pengkaji kitab, subyek dan predikatnya adalah “saya membaca/mengkaji kitab bidayatul hidayah ini”
Dalam konteks ilmu balaghah dalam bahasa Arab, posisi subyek dan predikat menentukan. Bila subyek dan predikat di awal, maka tidak memberikan tambahan makna secara khusus. Bila subyek dan predikat di akhir, maka memberikan makna pengkhususan (hashr/qasr).
Pada kasus basmalah, para ulama lebih mendukung penempatan subyek dan predikat di akhir. Mengapa ? Agar memberikan makna pengkhususan yang itu berarti tauhid. Maka dalam konteks pengkaji kitab bidayatul hidayah, maka makna basmalah menjadi “hanya dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Yang Maha Penyayang saya mulai mengkaji kitab bidayatul hidayah ini”
Untuk kasus-kasus amal yang lain, silahkan dimaknakan mengikuti cara memaknakan ini dengan menyesuaikan subyek dan predikatnya sesuai konteksnya.
Dalam prakteknya, subyek dan predikat tersebut boleh dilafalkan dengan lisan dan boleh di dalam hati saja.
MAKNA BI
Bi di awal basmalah memiliki beberapa makna, di antaranya adalah isti’anah (mohon pertolongan), mushahabah (tabarruk/ngalap berkah), ilshaq (wushul/sampai).
Bila pembaca basmalah mengitikadkan makna isti’anah, maka dengan basmalah itu ia memohon pertolongan kepada Allah (dengan berwashilah) dengan nama Allah.
Bila pembaca basmalah mengitikadkan makna mushahabah, maka dengan basmalah pada perbuatannya itu ia memohon keberkahan kepada Allah (dengan berwashilah) dengan nama Allah.
Bila pembaca basmalah mengitikadkan makna ilshaq, maka dengan basmalah itu ia memohon diterima sampai kepada Allah (dengan berwashilah) dengan nama Allah.
MAKNA ISMILLAH
Rangkaian ismillah adalah idhafat (dua kata yang dijadikan satu) lafazh ism dan lafazh Allah. Idhafat ini dapat dimaknakan beberapa makna, yaitu :
1. Lil ‘ahdi
Dengan makna lil ‘ahdi, ismillāhi secara ilmu manthiq adalah qodiyyah hamliyyah syakhsiyyah mūjabah. Dengan demikian, makna ismillāh adalah ismin khōssin min asmaillāh (nama yang khusus dari nama-nama Allah). Nama khusus itu adalah lafaz Allah.
2. Lil jinsi
Dengan makna lil jinsi, ismillāhi secara ilmu manthiq adalah qodiyyah hamliyyah kulliyyah muhmalah mūjabah. Dengan demikian, makna ismillāh adalah ayyismin min asmāillāh (nama yang manapun dari nama-nama Allah).
3. Lil istigraqi ba’dhil afrod
Dengan makna li istigrōqi ba’dil afrōdi, ismillāh secara ilmu manthiq adalah qodiyyah hamliyyah kulliyyah muhmallah musawwaroh bisūril juziyyi mūjabah. Dengan demikian, makna ismillāh adalah ba’dismillāhi (sebagian nama Allah).
4. Lil istigroqi jami’il afrod
Dengan makna li istigrōqi jami’il afrōdi, ismillāh secara ilmu manthiq adalah qodiyyah hamliyyah kulliyyah muhmalah musawwaroh bissūril kulliyyi mūjabah. Dengan demikian, makna ismillāh adalah jamī’ismillāhi (seluruh nama Allah).
Dengan demikian, rangkaian ismillah memberikan petunjuk diperkenankannya berwasilah dengan nama Allah atau dengan nama yang mana pun dari nama-nama Allah atau dengan sebagian nama Allah atau dengan seluruh nama Allah.
MAKNA ARRAHMAAN DAN ARRAHIIM
Secara ilmu sharaf, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim berasal dari rahima yang berarti merahmati. Ar-Rahman dan Ar-Rahiim adalah bentuk kata sifat, sehingga bermakna Yang merahmati (memberi rahmat).
Selain itu, Ar-Rahmaan mengikuti wazan fa’laan yang memiliki makna kesementaraan sedangkan Ar-Rahiim mengikuti wazan fa’iil yang memiliki makna kesinambungan. Karena itu Ar-Rahman dimaknakan Yang Memberi rahmat di dunia sebagai tempat yang sementara sedangkan Ar-Rahiim dimaknakan Yang Memberi rahmat di akhirat sebagai tempat yang abadi (terus berkesinmbungan).
Dalam konteks rangkaian basmalah, makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim tersebut didukung pula oleh susunannya yang merupakan badi’ tartib. Ar-Rahman lebih dulu baru kemudian Ar-Rahiim. Dunia lebih dulu baru kemudian akhirat.
Rahmat di dunia adalah mazro’atul akhirah. Rahmat di dunia adalah modal untuk mendapatkan rahmat akhirat. Dengan rahmat menggapai rahmat. Lain syakartum lazidannakum, dengan bersyukur mendapatkan tambahan rahmat. Rahmat yang tertinggi adalah bertemu dengan Allah. Dengan isti’anah dan tabarruk mencapai wushul.
ISYARAT PADA BASMALAH
Basmalah terdiri dari empat kata pokok, yaitu ism, Allah, Ar-Rahman dan Ar-Rahiim. Hal ini memberikan isyarat :
1. Pertolongan Allah kepada hamba-Nya dari syetan yang menggodanya dari empat penjuru, yaitu depan, belakang, kanan dan kiri.
2. Ampunan Allah kepada hamba-Nya dari empat wajah dosa, yaitu dosa yng tersembunyi, dosa yang terang-terangan, dosa di gelap malam dan dosa di terang siang. (Ust. Yazid Kalam)
https://kmnu.or.id/konten-359-kitab-bidayatul-hidayah-1-memahami-kalimah-basmalah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar