Kanjeng
Nabi Khidir berhenti sejenak, lalu berkata “ Matahari berbeda dengan Bulan “,
perbedaannya terdapat pada cahaya yang dipancarkannya sudahkah hidayah iman
terasa dalam dirimu? Tauhid adalah pengetahuan penting untuk menyembah pada
Allah, juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat,
ya ru’yat ( melihat dengan mata telanjang ) sebagai saksi adanya yang terlihat
dengan nyata.
Maka
dari itu kita dalami sifat dari Allah, sifat Allah yang sesungguhnya, Yang
Asli, asli dari Allah. Sesungguhnya Allah itu, allah yang hidup. Segala
afalnya (perbuatanya) adalah bersal dari Allah.Itulah yang demaksud dengan
ru’yati.Kalau hidupmu senantiasa kamu gunakan ru’yat, maka itu namanya khairat
(kebajikan hidup).Makrifat itu hanya ada di dunia.Jauhar awal khairat (mutiara
awal kebajikan hidup), sudah berhasil kau dapatkan.Untuk itu secara tidak
langsung sudah kamu sudah mendapatkan pengawasan kamil (penglihatan yang
sempurna). Insan Kamil (manusia yang sempurna) berasal dari
Dzatullah (Dzatnya Allah).Sesungguhnya ketentuan ghaib yang tersurat, adalah
kehendak Dzat yang sebenarnya.Sifat Allah berasal dari Dzat
Allah.Dinamakan Insan Kamil kalau mengetahui keberadaan
Allah itu. Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuked ghaib insan
kamil, itu bukan berarti tidak tersurat. Ya, itulah yang dinamakan puji budi
(usaha yang terpuji). Berusaha memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan
nyawamu semakin baik. Serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang
mendapat kesempurnaan hidup”.
Syekh
Malaya berkata lemah lembut, “mengapa sampai ada orang mati yang dimasukkan
neraka?Mohon penjelasan yang sebenarnya”.
Kanjeng
Nabi Khidir berkata dengan tersemyum manis, “Wahai Malaya! Maksudnya begini.
Neraka jasmani juga berada di dalam dirimu sendiri,
dan
yang diperuntukkan bagi siapa saya yang belum mengenal dan meniru laku
Nabiyullah. Hanya ruh yang tidak mati. Hidupnya ruh jasmani itu sama dengan
sifat hewan, maka akan dimasukkan ke dalam neraka. Juga yang mengikuti bujuk
rayu iblis, atau yang mengikuti nafsu yang merajalela seenaknya tanpa
terkendali, tidak mengikuti petunjuk Gusti Allah SWT.Mengandalkan ilmu saja,
tanpa memperdulikan sesama manusia keturunan Nabi Adam, itu disebut iman
tadlot.Ketahuilah bahwa umat manusia itu termasuk badan jasmanimu.Pengetahuan
tanpa guru itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui yang disembah. Dapat
menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak
mengerti apa hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam.
Adapun
yang dimaksudkan Rud Idhafi adalah sesuatu yang kelak tetap kekal sampai akhir
nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah.Yang dimaksud
dengan cahaya adalah yang memancar terang serta tidak berwarna, yang senantiasa
meserangi hati penuh kewaspadaan yang selalu mawas diri atau introspeksi
mencari kekurangan diri sendiri serta mempersiapkan akhir kematian nanti.Merasa
sebagai anak Adam yang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan.
Ruh
Idhafi seudah ada sebelum tercipta.Syirik itu dapat terjadi, tergantung saat
menerima sesuatu yang ada, itulah yang disebut Jauhar Ning.keenamnya
jauhar awal. Jauhar awal adalah mutiara ibaratnya. Mutiara yang indah penghias
raga agra nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan. Bermula dari
ibarat ketujuh, dikala mendengarkan sabda Allah, maka Ruh Idhafi akan
menyesuaikan, yang terdapat di dalam Dzat Allah Yang Mutlak. Ruh serba psrah
kepada Dzatullah, itullah yang dimaksudkan Ruh Idhafi.Jauhar awal itu pula,
yang menimbulkan Shalat Daim.Shalat Daim tidak perlu mengunakan
air wudhu, untuk membersihkan khadas tidak disyaratkan.
Itulah
shalat batin yang sebenarnya, diperbolehkan makan tidur syahwat maupun buang
kotoran, demikianlah tadi cara shalat Daim.Perbuatan itu termasuk hal terpuji,
yang sekaligus merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Jauhar tadi bersatu
padu menghilangkan sesuatu yang menutupi atau mempersulit mengetahui keberadaan
Allah Yang Terpilih.Adanya itu menujukkan adanya Allah, yang mustahil kalau
tidak berwujud sebelumnya.
Kehidupan
itu seperti layar dengan wayangnya, sedang wayang itu tidak tahu warna
dirinya.Akibat junub sudah bersatu erat tetap bersih badan jisimmu.Adapun
Muhammad badan Allah. Nama Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah.
Bukakah hidayah itu perlu diyakini?Sebagai pengganti Allah?Dapat pula disebut
utusan Allah.Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau orang yang
beriman.Ruh mukmin identik pula dengan Ruh Idhafi dalam keyakinanmu.Disebut
iman maksum, kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan jati.Bukankah
demikian itu pengetahuanmu? Kalau tidak hidup begitu, berarti itu sama dengan
hewan yang tidak tahu adanya sesuatu di masa yang telah lewat.
Kelak,
karena tidak mengetahui ke-Islaman, maka matinya tersesat, kufur serta kafir
badannya namun bagi yang telah mendapatkan pelajaran ini, segala permasalahan
dipahamilebih seksama baru dikerjakan, Allah itu tidak berjumlah tiga yang
menjadi suri tauladan adalah Nabi Muhammad.
Bukankah
sebenarnya orang kufur itu, mengingkari empat masalah prinsip.Di antaranya
bingung karena tiada pedoman manusia yang dapat diteladani.Kekafiran
mendekatkan pada kufur kafir.Fakhir dekat dengan kafir.Sebabnya karena kafir
itu, buta dan tuli tidak mengerti tentang surga dan neraka. Fakhir tidak akan
mendekatkan pada Tuhan. Tidak mungkin terwujud pendekatan ini, tidak menyembah
dan memuji, karena kekafirannya.Seperti itulah kalau fakhir terhadap Dzatullah.
Dan sesungguhnya Gusti Allah,
mematikan kefakhiran manusia, kepastianny ada di tanga Allah semata-mata.Adapun
wujud Dzatullah itu, tidak ada stu makhluk pun yang mengetahui kecuali Allah
sendiri.Ruh Idhafi menimbulkan iman.Ruh Idhafi berasal dari Allah Yang Maha
Esa, itulah yang disebut iman tauhid.Meyakini adanya Allah juga adanya Muhammad
sebagai Rasulullah.
Tauhid
hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih. Menyatu
dengan Gusti Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu harus
menyatu bahwa Gusti Allah itu ada dalam dirimu.Ruh Idhafi ada di dalam
dirimu.Makrifat itu sebutannya.Hidupnya disebut Syahadat, hidup tunggal didalam
hidup.Sujud rukuk sebagai penghiasnya.Rukuk berarti dekat dengan Tuhan Pilihan.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal tidak akan terjadi padamu,
jangan takut menghadapi sakaratil maut. Jangan ikut-ikutan takut menjelang
pertemuanmu dengan Allah.Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat.
Ruh
Idhafi tidak akan mati. Hidup mati, mati hidup.Akuilah sedalam-dalamnya bahwa
keberadaanmu itu, terjadi karena Allah itu hidup dan menghidupi dirimu, dan
menghidupi segala yang hidup.Sastra Alif (huruf alif) harus dimintakan
penjelasannya pada guru. Jabar jer-nya pun harus berani susah payah
mendalaminya. Terlebih lagi poengetahuan tentang kafir dan syirik! Sesungguhnya
semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya.Orang yang
menjelaskan syariat itu berarti sudah mendapatkan anugrah sifat Gusti
Allah.Sebagai sarana pengabdian hamba kepada Gusti Allah.Yang menjalankan
shalat sesungguhnya raga.
Raga
yang shalat itu terdorong oleh adanya iman yang hidup pada diri orang yang
menjalankannya. Seandainya nyawa tidak hidup, maka Lam Tamsyur (maka tidak akan
menolong) semua perbuatan yang dijalankan.
Secara
yang tersurat, shalat itu adalah perbuatan dan kehendak orang yang menjalankan,
namun sebenarnya Allah-lah yang berkehendak atas hambanya.Itulah hakikat dari
Tuhan penciptanya.Ruh Idhafi berada di tangan orang mukmin.Semua ruh berada di
tangan-Nya.Yaitu terdapat pada Ruh Idhafi.Ruh Idhafi adalah sifat jamal (sifat
yang bagus atau indah) keindahan yang berasal Dzatullah. Ruh Idhafi nama sebuah
tingkatan (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah). Syarat
jisim lathif (jasad halus0 itu, harus tetap hidup dan tidak boleh mati.
Cahayanya
berasal dari ruh itu, yang terus menerus meliputi jasad.Yang mengisayaratkan
sifat jalal (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkat adanya sifat
jamal (sifat keindahan).Jauhar awal mayit (mutiara awal kematian) itu, memberi
isyarat hilangnya diri ini. Setelah semua menemui kematian di dunia, maka akan
berganti hidup di akherat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu pasti
terjadi.Asal mula manusia terlahir, dari adanya Ayah, Ibu serta Tuhan Yang Maha
Pencipta.Satu kelahiran berasal dari tiga asal lahir.
Ya,
itulah isyarat dari tiga hari.Setelah dititipkan selama tujuh hari, maka dikembalikan
kepada yang meninipkan (yang memberi amanat).Titipan itu harus seperti sedia
kala.Bukankah tauhid itu sebagai srana untuk makrifat? Titipan yang ketiga
puluh hari, itu juga termasuk juga titipan, yang ada hanya kemiripan
dengan yang tujuh hari. Kalau menangis mengeluarkan air mata karena
menyesali sewaktu masih hidup.Seperti teringat semasa kehidupan itu berasal
dari Nur.Yang mana cahayanya mewujudkan dirimu.Hal itulah yang menimbulkan
kesedihan dan penyesalan yang berkepanjangan.Tak terkecuali siapun yang
merasakan itu semua, sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan.
Mati
atau hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari.Bagaimanakah yang
lebih tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk hidup secara
keseluruhannya?
Allah
dan Muhammad semuannya berjumlah satu.Seratuspun dapat dilukiskan seperti satu
bentuk, seperti diibaratkan dengan adanya cahaya yang bersember dari cahaya
Muhammad yang sesungguhnya.Sama hal pada saat kamu memohon sesuatu.Ruh jasad
hilang di dalamnya, kehadirat Tuhan Yang Maha Pemberi.Tepat pada hari keseribu,
tidak ada yang tertinggal. Kembalinya pada allah sudah dalam keaadaan yang
sempurna. Sempurna seperti mula pertama dalam keadaan yang
sempurna.Sempurna seperti mula pertama diciptakan”.
Syekh
Malaya terang hatinya, mendengarkan pelajaran yang baru diterima dari gurunya
Syekh Mahyuningrat Kanjeng Nabi Khidir.Syekh Malaya senang hatinya sehingga
beliu belum mau keluar dari dalam tubuh Kanjeng Nabi Khidir. Syekh Malaya
menghaturkan sembah, sambil berkata manis seperti gula madu. “Kalau begitu
hamba tidak mau keluar dari raga dalam tuan. Lebih nyaman di sini saja yang
bebas dari sengsara derita, tiada selera makan tidur, tidak merasa ngantuk dan
lapar, tidak harus bersusah payah dan bebas dari rasa pegal dan nyeri.Yang
terasa hanyalah rasa nikmat dan manfaat”.Kanjeng Nabi Khidir memperingatkan,
“yang demikian tidak boleh kalau tanpa kematian”.
Kanjeng
Nabi Khidir semakin iba kepada pemohon yang meruntuhkan hatinya.Kata Kanjeng
nabi Khidir, “kalau begitu yang awas sajalah terhadap hambatan upaya.Jangan
sampai kau kembali.Memohonlah yang benar dan waspada.Anggaplah kalau sudah kau
kuasai, jangan hanya digunakan dengan dasar bila ingat saja, karena hal itu
sebagai rahasia Allah. Tidak diperkenankan mengobrol kepada sesama manusia,
kalau tanpa seizin-Nya! Sekiranya akan ada yang mempersolakan, memperbincangkan
masalah ini! Jangan sampai terlanjur! Jangan sampai membanggakan diri! Jangan
peduli terhadap gangguan, cobaan hidup! Tapi justru terimalah dengan sabar!
Cobaan hidup yang menuju kematian, ditimbulkan akibat buah pikir. Bentuk yang
sebenarnya ialah tersimpan rapat di dalam jagadmu! Hidup tanpa ada yang
menghidupi kecuali Allah saja.
Tiada
antara lamanya tentang adanya itu.Bukankah sudah berada di tubuh? Sungguh,
bersama lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan! Kemudian tidak
pernah memberitahunakan darimana asalnya dulu.Yang menyatu dalam gerak
perputaran bawana.Bukankah berita sebenarnya sudah ada padamu?Cara mendengarnya
adalah denga ruh sejati, tidak menggunakan telinga.Cara melatihnya, juga tanpa
dengan mata. Adpun telingannya, matanya yang diberikan oleh allah. Ada padamu
itu.Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri.Memang demikianlah penerapannya.
Ibarat seperti batang pohon yang dibakar, pasti ada asap apinya, menyatu dengan
batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti minyak dengan susu,
tubuhnya dikuasai gerak dan kata hati.
Demikian
pun dengan Hyang Sukma, sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan dan sukma
yang kita kehendaki ada, diberitahu akan tempatnya seperti wayang ragamu itu.
Karena datanglah segala gerak wayang.Sedangkan panggungnya jagd.Bentuk wayang
adalah sebagai bentuk badan atau raga. Bergerak bila
digerakkan.Segala-galanya tanpa kelihatan jelas, perbuatan dengan ucapan.Yang
berhak menentukan semuanya, tidak tampak wajahnya.Kehendak justru tanpa wujud dalam
bentuknya.Karena sudah ada pada dirimu.Permisalan yang jelas ketika berhias.
Yang
berkaca itu Hyang Sukma, adapun bayangan dalam kaca itu ialah dia yang bernama
manusia sesungguhnya, terbentuk di dalam kaca.Lebih besar lagi pengetahuan
tentang kematian ini dibandingkan dengan kesirnaan jagad raya, karena lebih
lembutseperti lembunya air. Bukankah lebih lembut kematian manusia
ini?Artinya lembut kesirnaan manusia?Artinya lebih dari, karena menentukan
segalanya.Sekali lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya.Dapat mengenai yang
kasar dan yang kecil. Mencakup semua yang merangkak, melata tiada bedanya,
benar-benar serba lebih.Lebih pula dalam menerima perintah dan tidak boleh
mengandalkan pada ajaran dan pengetahuan.
Karena
itu bersungguh-sungguhlah menguasainya. Pahamilah liku-liku solah tingkah
kehidupan manusia! Ajaran itu sebagai ibarat benih sedangkan yang diajari
ibarat lahan.
Misal
kacang dan kedelai.Yang disebar di atas batu. Kalau batunya tanpa tanah pada
saat kehujanan dan kepanasan, pasti tidak tidak akan tumbuh. Tapi bila kau
bijaksana, melihatmu musnahkanlah pada matamu! Jadikanlah penglihatanmu sukma
dan rasa.Demikian pula wujudmu, suaramu. Serahkan kembali kepada yang Empunya
suara! Justru kau hanya mengakui saja sebagai pemiliknya.Sebenarnya hanya
mengatasnamai saja.Maka dari itu kau jangan memiliki kebiasaan yang menyimpang,
kecuali hanya kepada Hyang Agung.Dengan demikian kau Hangraga Sukma.Yaitu kata
hatimu sudah bulat menyatu dengan kawula Gusti. Bicarakanlah manurut
pendapatmu! Bila pendapatmu benar-benar meyakinkan, bila masih merasakan sakit
dan was-was, berarti kejangkitan bimbang yang sebenarnya. Bila sudah menyatu
dalam satu wujud.Apa kata hatimu dan apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikir
terwujud ada. Yang kau cita-citakan tercapai.Berarti sudah benar
untukmu.Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai khalifah di dunia.Bila sudah
memahami dan menguasai amalan dan ilmu ini, hendaknya semakin cermat dan teliti
atas berbagai masalah.
Masalah
itu satu tempat dengan pengaruhnya.Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh
lupa.Lahiriah kau landasilah dengan pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah
secara sama. Sedangkan kelimanya adalah dapat tersimpan dengan baik, berguna
dimana saja! Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam
mati. Ialah hidup abadi.Yang mati itu nafsunya.Lahiriah badan yang menjalani
mati.Tertimpa pada jasad yang sebenarnya.Kenyataannya satu wujud.Raga sukma,
sukma muksa.
Jelasnya
mengalami kematian! Syekh Malaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan
senang hatimu!
Anugrah
berupa wahyu akan datang kepadamu. Seperti bulan yang diterangi cahaya temaram.Bukankah
turnya wahyu meninggalkan kotoran?Bersih bening, hilang kotorannya”.
Kemudian
Kanjeng Nabi Khidir berkata dengan lembut dan tersenyum.“Tak ada yang dituju,
semua sudah tercakup haknya.Tidak ada yang diharapkan dengan keprawiraan,
kesaktian semuanya sudah berlalu.Toh semuanya itu alat peperangan”.Habislah
sudah wejangan Kanjeng Nabi Khidir.Syekh Malaya merasa sungkan sekali di dalam
hati.Mawas diri ke dalam dirinya sendiri.Kehendak hati rasanya sudah mendapat
petunjuk yang cukup.Rasa batinya menjelajah jagad raya tanpa sayap.
Keseluruh
jagad raya, jasadnya sudah terkendali.Menguasai hakekat semua ilmu. Misalnya
bunga yang masih lam kuncup, sekarang sudah mekar berkembang dan baunya
semerbak mewangi. Karena sudah mendapat san Pancaretna, kemudian Sunan Kalijaga
disuruh kelura dari raga Kanjeng Nabi Khidir kembali ke alamnya semula”.
Lalu
Kanjeng Nabi Khidir berkata, “He, Malaya.Kau sudah diterima Hyang
Sukma.Berhasil menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya.Dan rasa yang
memanaskan hatimu pun lenyap.Sudah menjelajahi seluruh permukaan bumi.Artinya
godaan hati ialah rasa qonaah yang semakin dimantapkan.Ibarat memakai pakaian
sutra yang indah.Selalu mawas diri.Semua tingkah laku yang halus.Diserapkan
kedalam jiwa, dirawat seperti emas.
Dihiasi
dengan keselamatan, dan dipajang seperti permata, agar mengetahui akan kemauan
berbagai tingkah laku manusia. Perhaluslah budi pekermu atau akhlak ini! Warna
hati kita yang sedang mekar baik, sering dinamakan Kasturi Jati.Sebagai
pertanda bahwa kita tidak mudah goyah, terhadap gerak-gerik, sikap hati yang
ingin menggapai sesuatu tanpa ilmu, ingin mendalami tentang ruh itu justru
keliru.Lagi pula secara penataan, kita itu ibaratnya busana yang dipakai
sebagai kerudung.Sedangkan yang ikat kepala sebagai sarungmu.
Kemudian
terlibat ingatan ketika dulu.Ibarat mendalami mati ketika berada di dalam
rongga ragaku.
Tampak
oleh Sunan Kalijaga cahaya.Yang warnanya merah dan kuning itu, sebagai hambatan
yang menghadang agar gagal usaha atauu ikhtiar atau cita-citanya.Dan yang putih
di tengah itulah yang sebenarnya harus diikuti.Kelimanya harus tetap
diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai lupa! Bisa dipercaya
sifatnya.Berkat kesediaanku berbuat sebagai penyekat.Untuk alat pembebas sifat
berbangga diri.Yang selalu didambakan siang dan malam.Bukankah aku banyak
sekali melekat atau mengetahui caranya pemuka agama yang ternyata salah dalam
penafsiran.
Dan
penyampaian keterangannya?Anggapannya sudah benar.Tak tahunya malah mematikan
pengertian yang benar.Akibatnya terperosok dalam penerapannya.Ada pemuka agama
yang ibaratnya menjadi murung.Ia hanya sekedar mencari tempat bertengger saja.
Yaitu pada batang kayu yang baik rimbun, lebat buahnya, kuat batangnya.Untuk
kemuliaan hidup baru.Ada orang yang berkedudukan, ada yang ikut orang
kaya.Akhirnya di masyarakatkan.Ibaratnya seperti sekedar memperoleh kemuliaan
sepele.Jadinya tersesat-sesat. Ada pula yang justru memiliki jalan
terpaksa.
Menumpuk
kekayaan harta dan istri banyak.
Ada
pula yang memilih jalan menguasai putranya.Putra yang bakal menguasai hak asasi
orang per orang.Semuanya ingin mendapatkan yang serba lebih di dalam memiliki
jalan mereka.Kalau demikian halnya, menurut pendapatku, belumlah mereka disebut
pemuka agama yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah, tapi masih
berkeinginan pribadi atau berambisi.Agar semua itu menjunjung harkat dan
martabat.Tatanan yang tidak pasti, belum bisa disebut manusia utama.
Yang
demikian itu menurut anggapannya dan perasaannya mendapatkan kebahagiaan,
kekayaan dan mengerti hak yang benar.Bila kemudian tertimpa kedudukan,
terlanjur terbiasa.Memilih jalan sembarang tempat, tanpa mengahasilkan jerih
payahnya dan tanpa hasil.Dalam arti mengalami kegagalan total.Setidak-tidaknya
menimbulkan kecurigaan.Apa kebiasaan ketika hidup didunia. Ketika menghadapi
datangnya maut, disitulah biasanya tidak kuat menerima ajal.Merasa berat
meninggalkan kehidupan dunia yang tersangkal lagi.Pokoknya masih lekat sekali
pada kehidupan duniawi.Begitulah beratnya amencari kemuliaan.
Tidak
boleh lagi merasa terlekat kepada anak-istri.Pada saat-saat menghadap ajatnya.
Bila salah menjawab pertanyaannya bumi, lebih baik jangan jadi manusia! Kalau
matinya tanpa pertanggung jawaban.Bila kau sudah merasa hatimu benar.Akan hidup
abadi tanpa hisab.Akibatnya, tubuh bumi itu keterdiamannya tidak
membantu.Kesepiannya tidak mencair. Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain
yang ditujukan kepadanya. Yaitu bagaimana hilang dan mati bersama raganya ialah
diidamkannya.Sehingga mempertinggi semedinya, untuk mengejar keberhasilan.Tapi
sayang tanpa petunjuk Allah, apalagi hanya semedi semata.Tidak disertai
dukungan ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar