Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Senin, 31 Oktober 2016

MARTABAT TUJUH

BISMILLAHIROHMAANIROHIIM
MARTABAT TUJUH
Perwujudan diri Rahasia Allah SWT atau di kenal juga Martabat Tujuh, terbagi  kepada 7 kondisi
Ke tujuh martabat itu di dalam surah -Al Ikhlas adalah:
1.QulhuwallahuAhad – Ahdah
2.Allahushomad – Wahdah
3.Lamyalidd – Wahdiah
4.Walamyuladd – Alam Roh (Alam Malakut)
5.Walamyakullahu – Alam Misal (Alam Bapa)
6.Kuffuan – Alam Ijsan (Alam Ibu)
7.Ahad – Alam Insan (Alam Nyata)
1.MARTABAT TUJUH
1.1 MARTABAT AHDAH
Pada memperkatakan kondisi Qaibull-Quyyub yaitu pada martabat Ahdah di mana belum ada sifat, belum  ada asma’,belum ada afa’al dan belum ada apa-apa lagi yaitu pada Martabat LA TAKYIN, Zat UlHaki telah menegaskan untuk memperkenalkan DiriNya dan untuk diberi tanggungjawab ini kepada manusia dan di tajallikanNya DiriNya dari satu peringkat ke peringkat sampai zahirnya manusia berbadan rohani dan jasmani.
Adapun Martabat Ahdah ini terkandung ia di dalam Al-Ikhlas pada ayat pertama iaitu{QulhuwallahuAhad), yaitu ‘Sa’ pada Zat semata-mata dan inilah dinamakan Martabat Zat. Pada martabat ini  Empunya Diri (Zat Ulhaki)Tuhan RabbulJalal adalah dengan Dia semata-mata yaitu di namakan juga Diri Sendiri. Tidak ada permulaan dan tiada akhirnya yaitu Wujud Hakiki Lagi Khodim.
Pada masa ini tiada sifat,tiada Asma dan tiada Afa’al dan tiada apa-apa pun kecuali Zat Mutlak semata-mata maka berdirilah Zat itu dengan Dia semata-mata dari dalam keadaan ini dinamakan AINUL KAFFUR dan diri zat dinamakan Ahdah jua atau di namakan KUNNAH ZAT.
1.2 MARTABAT WADAH
Martabat Wahdah merupakan peringkat kedua dalam proses pentajalliannya Empunya Diri telah mentajallikan diri ke suatu martabat sifat iaitu “La Tak Yin Sani” – sabit nyata yang pertama atau disebut juga martabat noktah mutlak yaitu ada permulaannya.
Martabat ini di namakan martabat noktah mutlak atau dipanggil juga Sifat Muhammadiah. Juga pada menyatakan martabat ini dinamakan Martabat Wahdah yang terkandung ia pada ayat “Allahus Shomad” yaitu kondisi Zat Allah tiada terselindung sedikit pun meliputi 7 petala langit dan 7 bumi.
Pada peringkat ini Zat Allah Ta’ala mulai bersifat. SifatNya itu adalah sifat batin jauh dari Nyata dan boleh di umpamakan sepohon pokok besar yang subur yang masih di dalam biji , tetapi ia telah wujud,tidak nyata, tetapi nyata sebab itulah ia di namakan Sabit Nyata Pertama martabat La Takyin Awwal yaitu keadaan nyata tetapi tidak nyata(wujud pada Allah) tetapi tidak zahir.
Maka pada peringkat ini  Empunya Diri tidak lagi Ber As’ma dan di peringkat ini terkumpul Zat Mutlak dan Sifat Bathin. Maka di saat ini tidaklah berbau, belum ada rasa, belum nyata di dalam nyata yaitu di dalam keadaan apa yang di kenali ROH-ADDHAFI.Pada peringkat ini sebenarnya pada Hakiki Sifat.(Kesempurnaan Sifat) Zat Al Haq yang di tajallikannya itu telah sempurna cukup lengkap segala-gala. IAnya terhimpun dan tersembunyi di samping telah zahir pada Hakikinya.
1.3 MARTABAT WAHDIAH
Pada peringkat ketiga setelah tajalli akan diriNya pada peringkat “La takyin Awal”, maka Empunya Diri kepada Diri rahasia manusia ini, mentajallikan pula diriNya ke satu martabat As’ma yakni pada martabat segala Nama dan dinamakan martabat (Muhammad Munfasal) yaitu keadaan terhimpun dari bercerai – cerai atau di namakan “Hakikat Insan.”
Martabat ini terkandung ia didalam “Lam yalidd” iaitu Sifat Khodim lagi Baqa, tatkala menilik wujud Allah. Pada martabat ini keadaan tubuh diri rahasia pada masa ini telah terhimpun pada hakikinya Zat, Sifat Bathin dan Asma Bathin. Apa yang dikatakan berhimpun lagi bercerai-cerai karena pada peringkat ini sudah dapat di tentukan bangsa masing – masing tetapi pada masa ini DiriNya belum zahir lagi di dalam Ilmu Allah yaitu dalam keadaan “Ainul Sabithaah”. Artinya sesuatu keadaan yang tetap dalam rahasia Allah, belum terzahir, malah untuk mencium baunya pun belum dapat lagi. Dinamakan juga martabat ini wujud Ardhofi dan martabat wujud ‘Am’  kerana wujud di dalam sekalian bangsa dan wujudnya bersandarkan Zat Allah Dan Ilmu Allah.
Pada peringkat ini juga telah terbentuk diri rahasia Allah dalam hakiki dalam batin yaitu bolehlah dikatakan juga roh di dalam roh yaitu dinyatakan Nyata tetapi Tetap Tidak Nyata.
1.4 ALAM MALAKUT-Alam Ruh
Pada peringkat ke empat di dalam Empunya Diri, Dia menyatakan, mengolahkan diriNya untuk membentuk satu batang tubuh halus yang dinamakan roh. Jadi pada peringkat ini dinamakan Martabat Roh pada Alam Roh.Tubuh ini merupakan tubuh bathin hakiki manusia dimana bahtin ini sudah nyata Zatnya, Sifatnya dan Afa’alnya. DiriNya menjadi sempurna, cukup lengkap seluruh anggota – anggota bathinnya, tiada cacat, tiada cela dan keadaan ini dinamakan (Alam Khorijah) yaitu Nyata lagi zahir pada hakiki daripada Ilmu Allah. Tubuh ini dinamakan ia “Jisim Latiff” yaitu satu batang tubuh yang lembut lagi halus. DiriNya tidak akan mengalami cacat cela dan tidak mengalami suka, duka, sakit, menangis,asyik dan hancur binasa dan inilah yang dinamakan “KholidTullah.”
Pada martabat ini terkandung ia di dalam “Walam Yuladd“. Dan berdirilah ia dengan diri tajalli Allah dan hiduplah ia buat selama-lamanya. Inilah yang dinamakan keadaan Tubuh Hakikat Insan yang mempunyai awal tiada kesudahannya, dialah yang sebenarnyanya dinamakan Diri Nyata Hakiki Rahasia Allah dalam Diri Manusia.
1.5 ALAM MISAL-Alam Bapa’
Alam Misal adalah peringkat ke lima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan rahasia diriNya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah SWT terus menyatakan diriNya melalui diri RahasiaNya dengan lebih nyata dengan membawa diri RahasiaNya untuk di kandung pula oleh bapa yaitu dinamakan Alam Misal.
Untuk menjelaskan lagi Alam Misal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri Rahasia Allah belum bercantum dengan badan kebendaan. Alam misal jenis ini berada di Alam Malakut. Ia merupakan peralihan daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Misal di mana proses peryataan ini ,pengujudan Allah pada martabat ini belum zahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata.
Diri Rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun – ubun bapa, yaitu peralihan dari alam roh ke alam Bapa (misal).
Alam Misal ini terkandung ia di dalam “Walam yakullahu” dalam surah Al-Ikhlas yaitu dalam keadaan tidak boleh di misalkan. Dan seterusnya menjadi “DI”, “Wadi”, “Mani” yang kemudiannya di salurkan ke satu tempat yang bersekutu di antara diri rahasia bathin (roh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang dinamakan rahim ibu.Makaterbentuklah apa yang di katakan “Maknikam” ketika berlakunya bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapa)
Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi zahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.
1.6 ALAM IJSAN-Alam Ibu
Pada peringkat ke enam, selepas sahaja Rahasia diri Allah pada Alam Misal yang di kandung oleh bapa , maka berpindah pula diri Rahasia ini melalui “Mani” Bapa ke dalam Rahim Ibu dan inilah dinamakan Alam Ijsan.
Pada martabat ini dinamakan ia pada martabat “InssanulKamil” yaitu batang diri Rahasia Allah telah diKamilkan dengan kata diri manusia, dan akhirnya ia menjadi “KamilulKamil”. yaitu menjadi satu pada zahirnya kedua-dua badan rohani dan jasmani. dan kemudian lahirlah seoarang insan melalui faraj ibu dan sesungguhnya martabat kanak – kanak yang baru dilahirkan itu adalah yang paling suci yang dinamakan “InnsanulKamil”. Pada martabat ini terkandung ia di dalam “Kuffuan” yaitu bersekutu dalam keadaan “KamilulKamil dan nyawa pun di masukkan dalam tubuh manusia.
Selepas cukup tempuhnya dan ketikanya maka diri Rahasia Allah yang menjadi “KamilulKamil” itu di lahirkan dari perut ibunya, maka di saat ini sampailah ia Martabat Alam Insan.
1.7 ALAM INSAN-Alam Nyata
Pada alam ke tujuh yaitu alam Insan ini terkandung ia di dalam “Ahad” yaitu Sa (satu). Di dalam keadaan ini, maka berkumpullah seluruh proses pengujudan dan peryataan diri rahasia Allah S.W.T. di dalam tubuh badan Insan yang mulai bernafas dan di lahirkan ke Alam Maya yang Fana ini. Maka pada alam Insan ini dapatlah di katakan satu alam yang mengumpul seluruh proses pentajallian diri Rahasia Allah dan pengumpulan seluruh alam-alam yang di tempuhi dari satu peringkat ke satu peringkat dan dari satu martbat ke satu martabat.
Oleh kerana ia merupakan satu perkumpulan seluruh alam – alam lain, maka mulai alam maya yang fana ini, bermulalah tugas manusia untuk menggembalikan balik diri rahasia Allah itu kepada Tuan Empunya Diri dan proses penyerahan kembali rahasia Allah ini hendaklah bermula dari alam Maya ini lantaran itu persiapan untuk balik kembali asalnya mula kembali mu semula hendaklah disegerakan tanpa berlengah – lengah lagi.
2.TUJUAN MARTABAT ALAM INSAN
1.Ada pun tujuan utama pengkajian dan keyakinan Martabat Alam Insan ini;
2 “bertujuan memahami dan memegang satu keyakinan Mutlak bahwa diri kita ini sebenar – benarnya bukanlah diri kita, tetapi kembalikan semula asalnya Tuhan.”
3.Dengan kata lain untuk memperpanjangkan kajian, kita juga dapat mengetahui pada hakikatnya dari mana asal mula diri kita sebenarnya hinggalah kita zahir di alam maya ini.
4.Dalam pada itu dapat pula kita mengetahui pada hakikatnya kemana diri kita harus kembali dan:
5.apakah tujuan sebenarnya diri kita di zahirkan.
3.DALAM MEMPERKATAKAN MARTABAT ALAM INSAN
Dengan memahami Martabat Alam Insan ini , maka sudah pastilah kita dapat mengetahui bahawa diri kita ini adalah SifatNya Allah Ta’ala semata-mata. Diri sifat yang di tajallikan bagi menyatakan SifatNya Sendiri yakni pada Alam Saghir dan Alam Kabir.Dan Allah Ta’ala Memuji DiriNya dengan Asma’Nya Sendiri dan Allah Ta’ala menguji DiriNya Sendiri dengan Afa’alNya Sendiri.
Dalam memeperkatakan Martabat Alam Insan kita memperkatakan diri kita sendiri. Diri kita daripada Sifat Tuhan yang berasal daripada Qaibull-Quyyub (Martabat Ahdah) yaitu pada martabat Zat hinggalah zahir kita bersifat dengan sifat bangsa Muhammad. Oleh yang demikian wujud atau zahirnya kita ini bukan sekali-kali diri kita, tetapi sebenarnya diri kita ini adalah pernyataan kepada diri Tuhan semesta alam semata-mata.
Seperti FirmanNya:
‘INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN’
Yang dimaksud; “Sesungguhnya diri mu itu Allah (Tuhan Asal Diri Mu) dan hendaklah kamu pulang menjadi Tuhan kembali”.
4.PROSES MENGEMBALIKAN DIRI
Dalam proses menyucikan diri dan mengembalikan rahasia kepada Tuan Empunya Rahasia, maka manusia itu semestinya mempertingkatkan kesuciannya sampai ke peringkat asal kejadian rahasia Allah Taala.
Manusia ini sebenarnya mesti  melalui daripada Alam Insan pada nafsu amarah ke Martabat Zat yaitu nafsu Kamaliah yaitu makam “Izzatul-Ahdah”. Lantaran itulah tugas manusia semestinya mengenal hakikat diri ini lalu balik untuk mengembalikan amanah Allah S.W.T. tersebut sebagaimana mula proses penerimaan amanahnya pada peringkat awalnya.
Sesunggunya Allah dalam MENGENALKAN DIRINYA melalui LIDAH dan HATI manusia,maka Dia telah mentajallikan DiriNya menjadi rahasia kepada diri manusia. Sebagaimana diperkatakan dalam hadis Qudsi;
“AL INSANUL SIRRUHU WA ANA SIRRUHU”
Maksudnya; “Manusia itu adalah rahasiaKu dan AKU adalah rahasia manusia itu sendiri”.
 ALHAMDULILLAHIROBBIL ‘ALAMIN.
https://sirojanmuniro.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar