Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Minggu, 18 Februari 2018

Sifat Rongpuluh dalam pandangan KEJAWEN


Pengetahuan Tentang Angka Nol (0) Sampai Dengan Angka Duapuluh (20)
Angka 0 (nol), artinya itu memberitahukan bila kosong, bersemayam pada anak kecil yang belum tahu apa-apa (wang-wung).
Angka 1 (satu/siji), dari kata isine aji, tetapi bukan untuk barang-barang berharga seperti mas berlian tetapi ajining diri, yang berada pada orang-orang yang baik pribadinya yang akan dihormati oleh sesama, maka dari itu angka satu itu bersemayam pada gusti yang berasal dari kata bagusing ati yang menjadikan angka satu berasal dari angka nol.
Angka 2 (dua/loro), berada pada ayah dan ibu, yang bersemayam pada isi dunia yang selalu berpasangan, ada bahagia ada sedih, ada raga ada jiwa, ada siang ada malam, ada pria ada wanita, dsb.
Angka 3 (tiga/telu), adanya manusia yang selalu mempunyai sifat tiga perkara, hidup, rasa dan raga atau berkarya. Makan dan mati, dan bagi rumah tangga ada bapak, ibu dan anak.
Angka 4 (empat/papat), menurut kepercayaan Jawa manusia mempunyai empat saudara: mutmainah (putihnya air), amarah (merahnya darah), supiah (kuningnya angin) dan aluamah (hitamnya tanah). Ongko 4= (Papat) , dununge manungso due sedulur papat, atau mungkin dapat juga diberi nama keblat papat.
Angka 5 (lima/limo), berada pada keblat papat limo pancer, bersemayam bila dijabarkan maka terdapat pada jenazah dan empat orang yang membawa/memikul keranda.
Angka 6 (enam/nem), tang berasal dari kata nemu, bersemayam pada sedulur papat limo pancer, yang ke-enam adalah bayangannya, dan bila diutarakan maka menjadi arah mata angin: Timur, Barat, Utara, Selatan, bawah dan atas.
Angka 7 (tujuh/pitu), bersemayam pada tujuh nama hari: Senin, Selasa, Rabo, Kamis, Jum’at, sabtu dan Minggu. Bisa juga dengan adanya rambut, kulit, daging, tulang, sunsum, urat dan darah.
Angka 8 (delapan/wolu), maksudnya jangan menghindar (owal) terhadap barang yang diperlukan, dan mestinya jangan lupa terhadap perbuatan yang baik tadi, bersemayam pada windu (8 tahun) atau wali wolu (di Jawa ada pemahaman wali yang bener hanya 8 orang).
Angka 9 (sembilan/songo), pengertiannya adalah seorang bayi ada dalam kandungan selama sembilan bulan, bersemayam pada wali wolu dengan penutup yang ke-sembilan.
Angka 10 (sepuluh), terdiri dari angka 1 dan 0. Angka ini sudah memberikan sasmita kepada manusia, bahwa itu merupakan bersatunya antara kawulo dan gusti, yang bisa dikatakan sebagai pinjam-meminjam. Artinya hidup itu apabila tidak meminjam raga tidak dapat bergerak sedikitpun dan tidak berarti apa-apa, demikian pula raga apabila sudah tidak bernyawa mau apa lagi. Lebih sederhananya begini: angka satu (1) apabila tanpa angka nol (0) tidak bisa berbunyi sepuluh.
Angka 11 (sebelas/sewelas), menjelmanya angka sebelas ini adalah perlambang kepada kita ketika bapak/ibu bersanding di pelaminan.
Angka 12 (duabelas/rolas), 1 (satu) artinya hidup, 2 (dua) artinya laki-laki/perempuan yaitu bapak dan ibu yang diartikan sebagai rong elas (rong iji = dua buah). Hidup yang satu itu bersemayam (ngerong) pada dua (loro) orang, yaitu bapak dan ibu.
Angka 13 (tigabelas/telulas), artinya hidup itu menghidupi tiga perkara: manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Angka 14 (empatbelas/patbelas), artinya hidup itu mempunyai empat unsur: air, api, udara dan tanah.
Angka 15 (limabelas/limolas), artinya hidup itu menggunakan lima macam alat yang disebut panca indra: telinga, mata, hidung, mulut dan lidah (indra perasa termasuk kulit).
Angka 16 (enambelas/nembelas), artinya hidup itu terdiri dari enam bagian: mutmainah, amarah, supiah, aluamah, bayangan dan badan kasar.
Angka 17 (tujuhbelas/pitulas), artinya hidup sebagai manusia itu harus memiliki: bulu/rambut, kulit, otot (daging), tulang, sunsum, urat (otot) dan darah.
Angka 18 (delapanbelas/wolulas), artinya hidup itu harus menghidupi wali wolu, disamping menghidupi raganya juga keluhuran budinya, dan ini bisa dibuktikan sampai sekarang keharuman nama beliau masih terasa, banyak orang yang datang untuk berziarah ke makam beliau-nya ini. Itulah contoh orang yang bisa mencapai hidup yang sebenarnya (urip kang sejati).
Angka 19 (sembilanbelas/songolas), artinya hidup itu harus menghidupi 9 jalan keluar: telinga (2), mata (2), hidung (2), mulut (1), anus (1) dan kemaluan (1).
Angka 20 (duapuluh/rongpuluh), artinya hidup itu bersembunyi (ngerong) di dalam bapak dan ibu, dua orang yang bisa dipakai untuk ngerong urip siji menjadi dua tetapi satu (loro-loroning atunggal), dan itulah terjemahannya maka dari itu duduknya sepasang penganten di pelaminan itu bisa disebut sebagai sastro jendra hayuningrat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar