Dzat Allah merupakan perwujudan dari adanya Allah.
Dzat Allah Subhana Wa Ta'ala memiliki sifat-sifat yaitu sifat yang wajib, sifat yang mustahil bagi Allah, dan sifat yang ada pada Dzat Allah.
1. NAFSIAH - SIFATNYA PENCIUMAN / NAFAS
Nafsiah satu pasti, hal bagiannya.
1. WUJUD = “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam.“ [QS. Al-A’raf: 54]
Wujud artinya ada, bukti adanya nafas, ada nafas tentu saja ada hidup, setiap ada hidup sudah pasti, ada Allah, sebab sifatnya hidup dari Dzat-Nya Sifat-Nya Allah Ta’ala
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa jagat kabir dan jagat shagir ada, karena adanya Allah yang menciptakannya.
2. SALBIAH - SIFATNYA PENGLIHATAN/ MATA
Awasnya mata adalah yang pertama sebab itulah yang membuktikan SifatSalbiah di mata, ada lima perkara, barangnya yang bukti:
1. Warna putih dari mata
2. Warna hitam dari mata
3. Warna kuning dari mata
4. Warna merah dari mata
5. Beningnya mata
lima barang jadi bersatu, kehendak Allah Ta’ala, setiap bagiannya sudah pasti ada rahasianya.
1. Warna putih dari mata
2. Warna hitam dari mata
3. Warna kuning dari mata
4. Warna merah dari mata
5. Beningnya mata
lima barang jadi bersatu, kehendak Allah Ta’ala, setiap bagiannya sudah pasti ada rahasianya.
2. QIDAM = “Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Baathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. “ [QS. Al-Hadid: 3]
Qidam berarti dahulu atau awwal. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Qidam artinya permulaan, Syariatnya nyata di jasad manusia, sifatnya mata, awasnya mata paling pertama, karena penglihatan membuktikan sifat, sewaktu manusia masih ghoib, sebelum mengembara ke Alam Dunia. Ibu dan Bapak masih perawan dan bujang, setelah bertemu pandang, hati keduanya menjadi jodoh, setelah menikah “dua rasa menjadi satu” , lahirlah seorang anak, jadi asal mulanya adalah dari mata.
3. BAQA = “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. “ [QS. Ar-Rahman: 26-27]
Sifat Allah Baqa’ yaitu kekal. Manusia, hewan ,tumbuhan, dan makhluk lainnya selain Allah akan mati dan hancur. Manusia akan kembali kepada-Nya dan itu pasti. Hanya Allah lah yang kekal. Baqa, artinya adalah langgeng atau kekal, langgeng Dzat Allah/ Nurullah, hidup itu kepunyaan Allah ta’ala.
3. BAQA = “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. “ [QS. Ar-Rahman: 26-27]
Sifat Allah Baqa’ yaitu kekal. Manusia, hewan ,tumbuhan, dan makhluk lainnya selain Allah akan mati dan hancur. Manusia akan kembali kepada-Nya dan itu pasti. Hanya Allah lah yang kekal. Baqa, artinya adalah langgeng atau kekal, langgeng Dzat Allah/ Nurullah, hidup itu kepunyaan Allah ta’ala.
4. MUKHOLAFATU LIL HAWADIST = “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ [QS. Asy-Syura: 11]
Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaan-Nya, Mukhalafatuhu Lilhawadist yaitu, Allah sangat berbeda dengan yang baru , tidak akan ada yang menyamai Allah dengan yang baru. Allah melihat tidak dengan mata, mendengar tidak dengan telinga, berucap tidak menggunakan bibir.
Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaan-Nya, Mukhalafatuhu Lilhawadist yaitu, Allah sangat berbeda dengan yang baru , tidak akan ada yang menyamai Allah dengan yang baru. Allah melihat tidak dengan mata, mendengar tidak dengan telinga, berucap tidak menggunakan bibir.
5. QIYAMUHU BINAFSIHI = “Allah, tidak ada Ilah [yang berhak disembah] melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. “ [QS. Ali-Imran: 2]
Qiyamuhu Binafsihi artinya Allah berdiri sendiri, manusia juga tidak merasa, jasad manusia di buat oleh Ibu dan Bapak, walaupun “bertemu” seorang Bapak dan Ibu, sama sekali tidak punya niat untuk sengaja membuat anak, syariatnya dari Ibu, hakikatnya adalah kehendak Yang Maha Agung, yaitu wenangnya [sifat Jaiz] Allah Ta’ala, sangat wenang sekali Allah untuk menjadikan wenang dan tidaknya, tetapi kematian adalah suatu hal yang wajib.
6. WAHDANIYAH = “Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain Allah, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. “ [QS. Al-Anbiya: 22]
Wahdaniah adalah sah Dzat, sah Sifat, sah Asma dan Af’alnya. Wahdaniat menetap di yang empat, di bibir, mata, telinga, hidung, jika di hidung, Dzatnya yaitu penciuman, sahnya adalah pasti, jika yang di cium minyak wangi, tetap wanginya yang di akui, tidak akan tertukar. Dua sah Sifatnya apa yang di cium pasti, ketiga sah Asmanya, baunya, nama wanginya, tidak akan tertukar namanya, bau bangkai dan bau minyak wangi. Keempat sah Af’alnya , sah pekerjaannya, penciuman adalah nyata, tidak mau tertukar, yang bau tetap dengan baunya, yang wangi tetap dengan wanginya. Walaupun di mata sah Dzat itu, awasnya pasti, sah Sifatnya juga nyata, apapun yang dilihat, hitam, merah dan ungu, hanya sifat yang bukti, sah Asmanya dan Sifatnya juga pasti.
7. QUDRAT = “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. “ [QS. Al-Baqarah: 20]
Qudrat yaitu kuasa, tetapi kuasanya Allah, tidak memakai perkakas dan perabotan, jika punya maksud seperti mau membangun rumah, sebelum dikerjakan tentu di pikir dulu, gimana kemauan hati, rupa rumah yang akan di bangun, diatur-atur dan dicipta-cipta oleh hati dan pikir, agar rumah yang akan di buat menjadi bagus, pasti selaras dengan hati, sudah tercipta, dan nyatanya jadilah sebuah rumah yang sudah dibangun di dalam hati, rumah yang di buat tanpa memakai perkakas dan perabotan, kuasanya Allah, keterangan Qudrat yang sudah tidak bisa di rubah.
3. MA’ANI - SIFATNYA PENDENGARAN / TELINGA
Ma’ani, nyata di telinga, tujuh bagiannya: lekuknya telinga tujuh, ke tujuh dengan liangnya, tidak ada yang mubazir, ada lekuk pasti ada sebabnya.
Qudrat yaitu kuasa, tetapi kuasanya Allah, tidak memakai perkakas dan perabotan, jika punya maksud seperti mau membangun rumah, sebelum dikerjakan tentu di pikir dulu, gimana kemauan hati, rupa rumah yang akan di bangun, diatur-atur dan dicipta-cipta oleh hati dan pikir, agar rumah yang akan di buat menjadi bagus, pasti selaras dengan hati, sudah tercipta, dan nyatanya jadilah sebuah rumah yang sudah dibangun di dalam hati, rumah yang di buat tanpa memakai perkakas dan perabotan, kuasanya Allah, keterangan Qudrat yang sudah tidak bisa di rubah.
3. MA’ANI - SIFATNYA PENDENGARAN / TELINGA
Ma’ani, nyata di telinga, tujuh bagiannya: lekuknya telinga tujuh, ke tujuh dengan liangnya, tidak ada yang mubazir, ada lekuk pasti ada sebabnya.
8. IRADAT = “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”
[QS. Hud: 107]
Iradat adalah Allah sifatnya berkehendak, bukti yang tadi, rumah sudah terlihat, ada di dalam hati, sekarang di jadikan kehendak, ingin membangun rumah, hakekatnya sudah terjadi, tinggal syariatnya, membuktikan Iradat. Iradat berarti berkehendak. Manusia hanya dapat berusaha dan berdo’a, namun hanya Allah yang menentukan. Kehendak Allah ini juga atas kemauan Allah tanpa ada campur tangan dari manusia atau makhluk lainnya. jadi iman siang dan malam, mengartikan Qudrat dan Iradat Allah.
[QS. Hud: 107]
Iradat adalah Allah sifatnya berkehendak, bukti yang tadi, rumah sudah terlihat, ada di dalam hati, sekarang di jadikan kehendak, ingin membangun rumah, hakekatnya sudah terjadi, tinggal syariatnya, membuktikan Iradat. Iradat berarti berkehendak. Manusia hanya dapat berusaha dan berdo’a, namun hanya Allah yang menentukan. Kehendak Allah ini juga atas kemauan Allah tanpa ada campur tangan dari manusia atau makhluk lainnya. jadi iman siang dan malam, mengartikan Qudrat dan Iradat Allah.
9. ILMU = “Katakanlah [kepada mereka]: Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu [keyakinanmu], padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. Al-Hujurât: 16]
Ilmu adalah asalnya dari pengetahuan, dan Hayat adalah terang, pasti bersatu, sebab pengetahuan itu pasti tempatnya terang, Jasad dan Baathin tidak berbeda, jasad di dunia, bagaimana bisa melihat jika tidak ada terang, Baathin juga harus jelas, ‘ainal yakin sampai kepada terangnya, bukan terangnya siang, tapi terangnya Sifat Nur Ilmu Rasulullah di Qolbu, keyakinan tanpa ilmu, bagaikan daun yang jatuh dari pohon, terbang mengikuti angin, tidak mempunyai pijakan yang kokoh.
10. HAYAT = “Allah tidak ada Ilah [yang berhak disembah] melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus [makhluk-Nya]; tidak mengantuk dan tidak tidur.” [QS. Al-Baqarah: 255]
Sifat Allah Hayat atau Hidup. Namun hidupnya Allah tidak seperti manusia, karena Allah yang menghidupkan manusia. Manusia bisa mati, Allah tidak mati, Ia akan hidup terus selama-lamanya.
11. SAMMA’ = “Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ [QS. Al-Maidah: 76]
Allah mendengar, tapi tidak memakai telinga
Ilmu adalah asalnya dari pengetahuan, dan Hayat adalah terang, pasti bersatu, sebab pengetahuan itu pasti tempatnya terang, Jasad dan Baathin tidak berbeda, jasad di dunia, bagaimana bisa melihat jika tidak ada terang, Baathin juga harus jelas, ‘ainal yakin sampai kepada terangnya, bukan terangnya siang, tapi terangnya Sifat Nur Ilmu Rasulullah di Qolbu, keyakinan tanpa ilmu, bagaikan daun yang jatuh dari pohon, terbang mengikuti angin, tidak mempunyai pijakan yang kokoh.
10. HAYAT = “Allah tidak ada Ilah [yang berhak disembah] melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus [makhluk-Nya]; tidak mengantuk dan tidak tidur.” [QS. Al-Baqarah: 255]
Sifat Allah Hayat atau Hidup. Namun hidupnya Allah tidak seperti manusia, karena Allah yang menghidupkan manusia. Manusia bisa mati, Allah tidak mati, Ia akan hidup terus selama-lamanya.
11. SAMMA’ = “Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ [QS. Al-Maidah: 76]
Allah mendengar, tapi tidak memakai telinga
12. BASHAR = “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ [QS. Al-Hujurat: 18]
Bashar Allah melihat tanpa menggunakan mata
13. KALAM = “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. “ [QS. An-Nisa: 164]
Bashar Allah melihat tanpa menggunakan mata
13. KALAM = “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. “ [QS. An-Nisa: 164]
Kalam Allah berbicara tapi tidak menggunakan bibir.
4. MA’NAWIYAH - SIFATNYA PERKATAAN, memaknaiPENCIUMAN, PENGLIHATAN, dan PENDENGARAN
Ma’nawiyah, tujuh pasti, bagiannya bergulung sifat dua puluh tadi, bergulung ke yang empat :
1. Bibir bawah
2. Bibir atas
3. Gusi atas
4. Gusi bawah
5. Langit bawah
6. Langit atas
7. Lidah
Gigi datang setelah manusia lahir ke Alam Dunia
1. Bibir bawah
2. Bibir atas
3. Gusi atas
4. Gusi bawah
5. Langit bawah
6. Langit atas
7. Lidah
Gigi datang setelah manusia lahir ke Alam Dunia
14. QODIRUN [Dzat Yang Maha Berkuasa] = “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. “
[QS. Al Baqarah: 20]
Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaan-Nya
15. MURIDUN [Dzat Yang Maha Berkehendak] = “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “ [QS.Hud: 107]
Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak
16. ALIMUN [Dzat Yang Maha Mengetahui] = “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu. “
Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaan-Nya
15. MURIDUN [Dzat Yang Maha Berkehendak] = “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “ [QS.Hud: 107]
Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak
16. ALIMUN [Dzat Yang Maha Mengetahui] = “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu. “
[QS. An Nisa’: 176]
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
17. HAYYUN [Dzat Yang Maha Hidup] = “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati. “
[QS. Al Furqon: 58].
[QS. Al Furqon: 58].
Allah adalah Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
18. SAMI’UN [Dzat Yang Maha Mendengar] “Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “
[QS. Al Baqarah: 256].
Allah mendengar, tapi tidak memakai telinga
19. BASIRUN [Dzat Yang Maha Melihat] = “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “
[QS. Al Hujurat: 18]
Allah melihat tanpa menggunakan mata
20. MUTAKALLIMUN [Dzat Yang Maha Berbicara] = Allah berkata melalui ayat-ayat Al Quran. Sifat yang dimiliki oleh Allah merupakan Dzat Suci, tidak bisa dibandingkan dengan manusia
Sifat yang dimiliki oleh Allah adalah merupakan bukti adanya Dzat/Nurullah, bukti sifat-Nya di diri manusia adalah, manusia melihat, maka sifat Allah adalah Maha Melihat. Manusia mendengar, maka sifat Allah adalah Maha Mendengar. Manusia berkata-kata, maka sifat Allah Maha Berkata-kata. Manusia mempunyai daya, maka sifat Allah adalah Maha Berkuasa. Manusia hidup, maka sifat Allah adalah Maha Hidup, namun sifat Allah lebih segalanya dan tidak bisa di bandingkan dengan manusia.
KENYATAAN SIFAT MAHA AGUNG, SIFAT MAHA TINGGI, SIFAT MAHA MULIA, SIFAT MAHA SUCI DI DIRI MANUSIA :
SIFAT MAHA AGUNG
Nyatanya di diri manusia adalah PERKATAAN, tujuh bumi dan tujuh langit, yang begitu besar, kebesaran alam semesta (Jagat Kabir) dan wujud manusia (Jagat Shagir) yang diucapkan oleh semua manusia, sebagian menyebutnya dengan Asma Allah, dilisankan oleh perkataan, itulah tanda ke Agungan-Nya.
SIFAT MAHA TINGGI
Nyatanya, di diri manusia adalah PENGLIHATAN, itu adalah yang paling tinggi, buktinya langit yang tinggi tanpa tiang, bisa di kejar oleh mata, tidak ada yang menghalangi, di atas langitpun pasti terjangkau oleh awasnya mata, pasti bisa disusul ketinggiannya
SIFAT MAHA MULIA
Nyatanya di diri manusia adalah PENDENGARAN, mulianya adalah karena mendengar, tidak pernah sakit, yang ada adalah sakit kuping/telinga, mulia seterusnya.
SIFAT MAHA SUCI
Nyatanya di diri manusia adalah PENCIUMAN, nafasnya di hidung, paling suci, buktinya nafas tidak pernah kotor, biarpun tidak dicuci, nafas tetap bersih.
Syariat dan Hakikat, Tharekat Ma’rifat tidak bisa di pisah-pisah, harus bergulung menjadi satu, baik itu di Agama, apalagi di dalam Ilmu, sebab manusia juga sempurna bisa ada di dunia, tiada lain oleh yang empat, yaitu perkataan, penciuman, penglihatan, pendengaran, jadi jika kurang satu, tidak akan sempurna manusia hidup, apalagi jika kurang dua atau tiga.
Sifat dua puluh adalah jalan untuk tahu kepada Al-Qur’an, Agama samawi, jalan manusia ibadah kepada Allah, untuk mengamankan dunia, agar manusia di alam dhohir, hidupnya bisa rukun dengan sesama, maka jadilah ada Agama, berkat Rahman Rahim-Nya Yang Maha Agung, memuliakan kepada manusia, dari dunia sampai baathin, diunggulkan dari sesama mahluknya. Huruf yang dua puluh, pasti cukup, tidak akan kurang, malah tujuh belas, hakikatnya dengan segitu juga cukup, semua juga tahu, tiga puluh huruf pasti, itu adalah rangkapnya, bibitnya dari dua puluh.
Shalat, sehari semalam tujuh belas raka’at, tidak kurang dan tidak lebih, malah rukunnya juga tujuh belas di dalam ibadah, oleh tujuh belas juga cukup, tharekatnya nyusul yang tiga sifat. disusul oleh tharekat tujuh belas raka’at, adalah satu Dzatnya Allah, Sifatnya, Asmanya Allah Ta’ala.
Asmanya yang satu cukup kepada tujuh bumi, tujuh langit semuanya, itulah yang harus di susul, makanya Al-Qur’an hurufnya hakekatnya tujuh belas, yaitu nyusul yang tadi, Dzat, Sifat, Asma Allah ta’ala, kenyataan huruf yang tiga, yang tidak ada di Qur’an, yaitu huruf Ca yang pertama, ke dua huruf Nya dan huruf Nga yang ke tiga, itulah yang tidak ada di Qur’an tidak di tulis, itulah hakekat Dzat - Sifat - Asma Allah atau Allah - Muhammad - Adam itulah yang di cari, di susul oleh yang tadi yaitu tharekat Agama, yaitu pada waktu yang lima, sehari semalam, raka’atnya yang tujuh belas, rukun syahadatnya ada 9 = sembilan wali
“BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA, MAKA IA AKAN MENGENAL TUHAN-NYA”
Sifat yang dimiliki oleh Allah adalah merupakan bukti adanya Dzat/Nurullah, bukti sifat-Nya di diri manusia adalah, manusia melihat, maka sifat Allah adalah Maha Melihat. Manusia mendengar, maka sifat Allah adalah Maha Mendengar. Manusia berkata-kata, maka sifat Allah Maha Berkata-kata. Manusia mempunyai daya, maka sifat Allah adalah Maha Berkuasa. Manusia hidup, maka sifat Allah adalah Maha Hidup, namun sifat Allah lebih segalanya dan tidak bisa di bandingkan dengan manusia.
KENYATAAN SIFAT MAHA AGUNG, SIFAT MAHA TINGGI, SIFAT MAHA MULIA, SIFAT MAHA SUCI DI DIRI MANUSIA :
SIFAT MAHA AGUNG
Nyatanya di diri manusia adalah PERKATAAN, tujuh bumi dan tujuh langit, yang begitu besar, kebesaran alam semesta (Jagat Kabir) dan wujud manusia (Jagat Shagir) yang diucapkan oleh semua manusia, sebagian menyebutnya dengan Asma Allah, dilisankan oleh perkataan, itulah tanda ke Agungan-Nya.
SIFAT MAHA TINGGI
Nyatanya, di diri manusia adalah PENGLIHATAN, itu adalah yang paling tinggi, buktinya langit yang tinggi tanpa tiang, bisa di kejar oleh mata, tidak ada yang menghalangi, di atas langitpun pasti terjangkau oleh awasnya mata, pasti bisa disusul ketinggiannya
SIFAT MAHA MULIA
Nyatanya di diri manusia adalah PENDENGARAN, mulianya adalah karena mendengar, tidak pernah sakit, yang ada adalah sakit kuping/telinga, mulia seterusnya.
SIFAT MAHA SUCI
Nyatanya di diri manusia adalah PENCIUMAN, nafasnya di hidung, paling suci, buktinya nafas tidak pernah kotor, biarpun tidak dicuci, nafas tetap bersih.
Syariat dan Hakikat, Tharekat Ma’rifat tidak bisa di pisah-pisah, harus bergulung menjadi satu, baik itu di Agama, apalagi di dalam Ilmu, sebab manusia juga sempurna bisa ada di dunia, tiada lain oleh yang empat, yaitu perkataan, penciuman, penglihatan, pendengaran, jadi jika kurang satu, tidak akan sempurna manusia hidup, apalagi jika kurang dua atau tiga.
Sifat dua puluh adalah jalan untuk tahu kepada Al-Qur’an, Agama samawi, jalan manusia ibadah kepada Allah, untuk mengamankan dunia, agar manusia di alam dhohir, hidupnya bisa rukun dengan sesama, maka jadilah ada Agama, berkat Rahman Rahim-Nya Yang Maha Agung, memuliakan kepada manusia, dari dunia sampai baathin, diunggulkan dari sesama mahluknya. Huruf yang dua puluh, pasti cukup, tidak akan kurang, malah tujuh belas, hakikatnya dengan segitu juga cukup, semua juga tahu, tiga puluh huruf pasti, itu adalah rangkapnya, bibitnya dari dua puluh.
Shalat, sehari semalam tujuh belas raka’at, tidak kurang dan tidak lebih, malah rukunnya juga tujuh belas di dalam ibadah, oleh tujuh belas juga cukup, tharekatnya nyusul yang tiga sifat. disusul oleh tharekat tujuh belas raka’at, adalah satu Dzatnya Allah, Sifatnya, Asmanya Allah Ta’ala.
Asmanya yang satu cukup kepada tujuh bumi, tujuh langit semuanya, itulah yang harus di susul, makanya Al-Qur’an hurufnya hakekatnya tujuh belas, yaitu nyusul yang tadi, Dzat, Sifat, Asma Allah ta’ala, kenyataan huruf yang tiga, yang tidak ada di Qur’an, yaitu huruf Ca yang pertama, ke dua huruf Nya dan huruf Nga yang ke tiga, itulah yang tidak ada di Qur’an tidak di tulis, itulah hakekat Dzat - Sifat - Asma Allah atau Allah - Muhammad - Adam itulah yang di cari, di susul oleh yang tadi yaitu tharekat Agama, yaitu pada waktu yang lima, sehari semalam, raka’atnya yang tujuh belas, rukun syahadatnya ada 9 = sembilan wali
100 - 1 = 99 Nama Allah, yang 1-nya adalah ;
DZAT WAJIBUL WUJUD, Dzat yang wajib adanya.
Sifat 20 adalah merupakan rangkuman dari sifat-sifat Allah yang lain, yang ada di dalam Al-Qur'an
“BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA, MAKA IA AKAN MENGENAL TUHAN-NYA”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar