Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Senin, 27 Oktober 2014

Kasundaan Rawayan Jati

Artikel Pikiran Rakyat édisi 4 Méi 2004


Dalam konsep rawayan jati, berbagai agama atau penghayat kepercayaan dapat diakrabkan dengan pandangan hidup orang Sunda, kecuali ateisme. Istilah rawayan jati semakna dengan shirath, tao, intelek kosmos, atau konsep sangkan paraning dhumadi dari teologi Jawa, yaitu kesadaran religius manusia di dunia, dari mana awal dan ke mana akhir keberadaannya.
Demikian antara lain catatan yang disampaikan staf pengajar Universitas Pasundan, Hidayat Suryalaga dalam bedah buku "Kasundaan-Rawayan Jati" di Unpas, belum lama ini. Hadir sebagai pembahas antara lain, Koordinator Kopertis Wilayah IV Tresna Dermawan, dosen senior Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung Saini KM, dan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Djawad Dahlan.
Hidayat menulis buku ”Kasundaan Rawayan Jati” dengan tujuan mencari dan memahami konsep pandangan hidup orang Sunda, yaitu mulih ka jati mulang ka asal, congo nyusup dina puhu atau dalam terminologi Islam inalillahi wa ina ilaihi raji'un. Hidayat dengan pemahamannya sebagai Muslim, mencoba mengakrabkan alur teologi agama Islam dengan pendekatan moral, mengingat mayoritas orang Sunda adalah Muslim.
"Indikator yang digunakan adalah alur teologi Islam dengan pendekatan moral. Kesimpulan yang didapat, ternyata teologi yang tercermin dalam pandangan hidup orang Sunda adalah monoteisme atau Sanghiyang Tunggal, Nu Maha Ngersakeun," jelasnya.
Dibandingkan dengan konsep penemuan moral dari Jurgen Habermans dan Lawrence Kohlberg dalam buku "Etika Jawa" yang menyebutkan, pencarian kesadaran religi terdiri dari 7 strata, dalam konsep Sunda ada yang kedelapan. "Strata religi kedelapan yang tengah ditapaki adalah agama Islam yang saya sebut dengan religi causa ultima prima," ujarnya.
Agama Islam berperan sebagai lokomotif peradaban manusia yang bermartabat untuk mencapai innalilahi wa inna ilaihi raji'un, yang menghela gerbong-gerbong kesadaran religi setiap insan dalam meniti rawayan jati-nya. Adapun rantai kaitan gerbong-gerbong itu adalah akhlak muslim yang mulia. "Semoga saja Sang Lokomotif tidak berubah fungsi menjadi buldozer yang menyeruduk ke sana-kemari, dan menimbulkan kerusakan di dunia," harapnya.
Ia berpendapat, metode bersosialisasi yang nyunda ada tiga aspek yaitu silih asihatau silaturahim yang bening, silih asah atau saling mencerdaskan akal pikiran lahir batin, dan silih asuh atau sadar posisi, proporsional dan profesional. Indikator keberhasilannya adalah manusia Sunda anu cageur, bageur, bener, pinter, wanter, teger, pangger, singer, cangker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar