Olah raga, Olah nafas, Olah batin
Apakah perbedaan antara Tenaga Dalam dengan Kebatinan?
Seringkali saya mendapatkan pertanyaan seputar apa hubungannya antara tenaga dalam (inner power) selanjutnya saya singkat TD, dengan olah kebatinan. Apa perbedaannya dan bagaimana penjelasannya. Sebelum sampai pada penjelasan soal olah batin, ada baiknya terlebih dahulu saya berikan ulasan singkat ketiga macam pengolahan diri tersebut agar lebih mudah memahami perbedaan di antara ketiganya.
OLAH RAGA
Olah raga merupakan kegiatan untuk melatih fisik yang meliputi seluruh jaringan otot termasuk sistem saraf. Pada kegiatan olah raga seseorang hanya melatih PENGOLAHAN pada fisiknya saja, misalnya dengan cara menggerakkan dan melatih beban pada otot serta melatih diri untuk memaksimalkan fisiologi dalam sistem saraf tubuh kita. Tujuannya agar organ-organ dalam tubuh menjadi fit dan dapat bekerja secara normal dan maksimal sesuai fungsinya masing-masing. Mengolah raga, atau mengolah fisik sepadan dengan olah raga bodybuilding (bina raga) sebagaimana banyak kita temukan pada sanggar-sanggar senam dan sasana olah raga termasuk seni beladiri, serta gym atau lebih dikenal sebagai tempat pembinaan kesehatan raga.
Lazimnya setiap orang memiliki kekuatan fisik yang berbeda-beda. Perbedaannya itu memang ada, terkait dengan seberapa panjang nafas dan seberapa besar volume otot seseorang. Kedua hal itu menjadi faktor adanya perbedaan tenaga fisik orang per orang. Namun perbedaan itu masih dalam taraf wajar dan masih berada di dalam range kekuatan fisik manusia pada umumnya. Perbedaan tenaga fisik akan menjadi signifikan bila dibandingkan dengan tenaga para buruh kasar, para atlet, para olah-ragawan dan orang-orang yang telah melalukan bodybuilding. Mereka itu orang yang otot-ototnya telah dibangun dan sudah terbiasa dengan beban yang berat.Kekuatan itu ada sebagai hasil pelatihan diri secara rutin dalam mengolah raganya.
OLAH NAFAS
Olah nafas dalam hal ini melatih organ fisik pernafasan terutama otot dada, perut, jantung dan paru-paru. Manfaat olah nafas bukan hanya menguatkan otot jantung dan menambah jaringan pengikat oksigen pada paru-paru. Manfaat selebihnya dan sekaligus menjadi salah satu tujuan utama mengolah nafas yakni untuk membangkitkan tenaga dalam atau innerpower (IP). Sebagaimana telah saya tulis dalam posting terdahulu tentang Tenaga Dalam, bahwa dalam diri setiap orang sudah menyimpan potensi IP yang merupakan bawaan sejak lahir. Untuk menjalani rutinitas hidup sehari-harinya kita hanya memanfaatkan cadangan TD dalam tubuh kita rata-rata 10-15% saja. Itupun hanya terpakai manakala dalam keadaan darurat dan bilamana terjadi suatu gerakan yang bersifat spontanitas saja. Artinya tenaga dalam hanya bekerja atau muncul melalui kendali alam pikiran bawah sadar (unconsciousness). Misalnya saat keadaan terpaksa, atau dalam situasi darurat dan menghadapi bahaya. Oleh sebab itu bagi yang tidak terbiasa mengolah tenaga dalam, wajar saja bila merasa kesulitan memanfaatkannya pada saat seseorang membutuhkan atau bilamana seseorang sengaja merencanakan untuk menggunakannya. Karena pada saat demikian yang mengendalikan bukan lagi alam pikiran bawah sadarnya melainkan alam pikiran sadar (consciousness).
Olah nafas bertujuan sebagaimana olah raga, tetapi mempunyai PERBEDAAN OBYEK yang diolahnya. Dalam kegiatan olah nafas yang diolah adalah innerpower atau tenaga dalam. Dengan tujuan yang lebih fokus sebagai innerpower building, atau membangun dan mengembangkan tenaga dalam yang ada di dalam diri kita.
Mengapa innerpower perlu diolah ?
Itu sebabnya, innerpower bangsa manusia relatif sama volumenya dalam satu rentang nilai atau range. Hal ini seperti halnya otot kita dengan otot milik orang lain atau tenaga fisik seseorang satu sama lainnya masih berada di dalam rentang nilai yang sama. Sebagaimana telah saya sampaikan di atas. Bila kita ingin mempunyai innerpower yang dapat melampaui range, maka diperlukan pelatihan atau olah tanaga dalam di antaranya melalui teknik mengolah pernafasan.
Oleh karena itu, seseorang yang sering berlatih olah pernafasan melalui beragam teknik, maka dengan sendirinya innerpower akan semakin kuat kualitasnya dan semakin besar volumenya. Tujuan dari mengelola tenaga dalam selain yang saya sebut diatas adalah agar supaya seseorang dapat memanfaatkan & mengendalikan tenaga dalam (innerpower management) melalui pikiran sadarnya. Sehingga penggunaan tenaga dalam dapat dilakukan secara terencana dan tidak tergantung pada kendali bawah sadar atau spontanitas semata. Dengan demikian kita akan mempunyai kemerdekaan kapan akan menggunakan TD dan dengan otoritas sepenuhnya ada di tangan kita.
OLAH BATIN
Setelah kita memahami perbedaan antara olah raga dan olah nafas yang berhubungan dengan tenaga dalam. Selanjutnya mari kita sama-sama mengupas soal olah kebatinan, atau membangun kakuatan batin. Sampai di sini kita dapat memahami jika olah raga yang diolah adalah fisiknya, olah nafas yang diolah adalah tenaga dalamnya, sementara itu olah batin yang diolah adalah sisi kebatinannya, yakni jiwa (soul) dan sukma (spirit) kita. Mengolah batin setidaknya terdapat dua orientasi. Orientasi ke dalam diri(inner-world) di antaranya berupa meditasi, puasa, samadi, danorientasi keluar dalam bentuk patrap-laku yakni mengimplementasikan perilaku utama dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk lebih mengenal bagaimana cara mengolah batin, para pembaca yang budiman dapat membuka tulisan saya terdahulu dalam posting Laksita Jati dan terdapat pula di beberapa bagian posting saya yang lain di blog ini.
Faktor Perusak Kepekaan Batin
Setiap orang memiliki kepekaan “mata” batin yang relatif setara terutama pada usia kanak-kanak antara 1 hingga 6 tahun. Seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan seseorang, banyak sekali kegiatan yang lebih bertumpu pada pendayagunaan otak kiri. Di sisi lain perlakuan pada otak kanan lebih banyak menerima doktrin keyakinan yang bersifat anti-dialog dan disadari atau tidak doktrin-doktrin itu telah meredam pemikiran-pemikiran kritis. Hal ini menjadi salah satu yang menyebabkan kepekaan batin seseorang menjadi sirna secara perlahan. Hal itu dapat mulai dirasakan saat usia 8 hingga 15 tahun seiring dengan kian banyaknya pendayagunaan otak kiri dan doktrin-doktrin yang diterimanya saban hari. Keduanya akan sangat mewarnai alam pikiran bawah sadarnya. Kelak setelah dewasa alam bawah sadarnya yang telah mengendapkan pelajaran dan ajaran doktrin, akan kembali merekonstruksi pola pikir yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan doktrin yang ia peroleh. Walaupun demikian, tidak sedikit di antara anak-anak yang mampu “meloloskan diri” dari cengekeraman kedua faktor tersebut. Sehingga dalam pertmbuhannya, kepekaan batin yang sudah inheren semenjak kanak-kanak tidak luntur dan sirna sampai kapanpun. Tipikal pada anak demikian ini, otak kanan dan otak kiri bekerja secara seimbang. Sehingga mampu membangun individu dengan kriteria yang kuat mental lahir dan batinnya, peka mata batin dan cerdas pikirannya. Ia tumbuh sebagai remaja yang memiliki tingkat kejeniusan di atas rata-rata. Anak kriteria demikian akan mampu menjelaskan secara logik dan ilmiah sekalipun terhadap hal-hal metafisis. Walaupun bukan hal baru, namun diangap sebagai generasi manusia baru, yang saat ini familiar diistilahkan sebagai generasi indigo dan kristal.
Bagi sebagian orang yang kepekaan mata batinnya menurun drastis atau yang sudah sirna samasekali bukanlah suatu keuntungan. Maka banyak orang kini mulai menyadari akan pentingnya mengolah dan membangkitkan lagi kepekaan mata batinnya. Di antara TEKNIK DASAR mengolah batin itu adalah meditasi, pernafasan dengan teknik khusus misalnya pernafasan perut (bukan dada). Dan termasuk di dalamnya adalah meditasi cakra. Namun lebih utama adalah dengan cara patrap laku, atau mengatur segala tindakan dan perbuatan sebagai perilaku yang utama atau lakutama (perilaku dan perbuatan terpuji/luhur). Hal ini berdasarkan pada prinsip “ngelmu iku kalakone kanthi laku….” sebagaimana yang tertulis dalam Serat Wredhatama atau Wedhatama karya besar KGPAA Mangkunegoro IV (1811-1882 M).
APA HUBUNGAN TENAGA DALAM DENGAN OLAH KEBATINAN ?
Pertanyaan seperti di atas sering kali saya dapatkan dari dulur-dulurdi blog, melalui email, dalam forum diskusi dan setiap kali kesempatan mengajarkan langsung pada suatu perguruan ilmu TD dan martial arts. Dari kalangan awam, sampai panggilut kanuragan, dan para pendekar di berbagai organisasi. Namun saya sangat maklum karena antara keduanya memang terkadang TERKESAN rancu. Namun sesungguhnya tidaklah rancu. Saya selalu tegas memberikan jawaban bahwa olah nafas tenaga dalam tidak ada hubungannya dengan olah kebatinan. Keduanya berdiri sendiri dan merupakan disiplin ilmu yang berbeda dan dapat berjalan sendiri-sendiri tak ada ketergantungan di antaranya. Tetapi keduanya bisa saling mendukung dan rasanya menjadi lebih lengkap dengan mengolah keduanya.
Keberhasilan mengolah tenaga dalam tidaklah tergantung pada sikap dan perilaku utama. Sementara itu mengolah kebatinan mau tidak mau mensyaratkan seorang pelaku harus berperilaku utama, mengimplementasikan kautamaning bebuden kang luhur.Jika syarat ini di langgar maka seseorang yang megolah batin tidak akan memperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Pelaku olah batin akan mudah sekali membuktikan sendiri adanya hukum sebab akibat. Apa yang ia “tanam” adalah benih-benih kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan yang berlimpah. Demikian pula sebaliknya bila “menanam benih kejahatan” maka ia akan menuai celaka.
Lain halnya dengan seseorang yang giat mengolah tenaga dalam. Tidak ada hubungannya dengan baik buruk perilaku dan moralitas pribadinya. Oleh sebab itu, ada kalanya seorang penjahat tetap mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi. Jadi tenaga dalam tidaklah menjadi monopoli orang-orang baik saja. Besar kecilnya TD tidak akan mempengaruhi pada baik buruknya sikap perilaku seseorang. Karena tenaga dalam atau inner-power (IP) bersifat netral. Perbedaan mencolok antara inner-power yang masih berada di dalam raga atau tubuh fisik kita dengan olah batin yang berada di dalam kekuatan spirit (power of spirit/POS) yang inheren dalam diri kita. POS sebenarnya jauh lebih dahsyat ketimbang TD. Kedahsyatan itu akan mudah dirasakan manakala batin kita telah sampai pada titik nol atau “duwe rasa, ora duwe rasa duwe“. Perbedaan lainnya adalah POS masuk dalam ranah ngelmu kasepuhan. Sementara itu TD masih berada dalam ranah ngelmu kanoman. Dan ilmu magic temasuk dalam ngelmu kajiman.
Untuk lebih memberikan dasar argumen sekaligus bukti faktual bahwa antara TD dengan olah batin tidak ada hubungannya satu dengan lainnya. Para pembaca yang budiman tentunya mudah menyaksikan di satu pihak ada seorang yang sangat peka batinnya, tapi ia tidak memiliki TD, sebaliknya ada beberapa orang teman memiliki TD cukup dahsyat tetapi mata batinnya tidak peka.
Mantra, rapal, doa, wiridan dalam ber-olah nafas dan olah batin.
Dalam mempelajari olah nafas atau TD, dan olah batin seringkali menggunakan rapal, mantra, doa, wiridan dan sejenisnya. Semua itu sekedar sebagai formalitas saja. Ada sisi manfaatnya yakni untuk membangkitkan kemantaban semangat dan keseriusan pada saat berlatih. Cara yang sama boleh juga diterapkan pada saat berolah raga. Misalnya saat berlatih sprint, sepak bola, body building dll sembari mengucapkan lafad doa, wirid, mantera, puja-puji atau bisa juga sambil bernyanyi. Semua itu tujuan yang sesungguhnya untuk menumbuhkan spirit belajar. Jadi olah nafas dan kebatinan tak ada hubungannya dengan agama manapun. Semua itu merupakan teknik yang bersifat ilmiah, natural dan universal.
Melalui tulisan ini pula saya pribadi ingin meluruskan pemahaman sebagian orang yang terkadang mengkait-kaitkan antara TD dengan ajaran sesat atau bertentangan dengan doktrin agama. Jika dari kacamata agama, olah nafas atau olah tenaga dalam dianggap keliru, sebaiknya olah raga dinilai sesat dan keliru pula. Karena keduanya pada prinsipnya sama, hanya berbeda pada obyek yang diolahnya. Dan ketiga macam OLAH di atas, pada prinsipnya sama pula denganolah-olah (Jawa : memasak). Yakni mengolah bahan mentah menjadi sajian menu yang enak dimakan dan berasa lezat. Kita biasakan diri untuk tidak kagetan dan gumunan apalagi anti-patidalam merespon segala sesuatu yang baru atau yang belum dipahami. Agar supaya ilmu pengetahuan kita mudah bertambah, dan sifat bijaksana mudah dibangun dalam diri kita masing-masing.
KESIMPULAN
Hubungan antara ketiga macam pengolahan diri, yang terdiri dari olah raga, olah nafas, dan olah batin ketiganya tidak saling bergantung satu sama lainnya. Namun ketiganya tidak saling bertentangan pula. Malah bila dipadukan ketiganya akan saling mendukung dan memberikan nilai tambah yang positif. Olah nafas sebagai sarana membangkitkan tenaga dalam posisinya berada di tengah-tengah, di antara olah raga dengan olah batin. Olah nafas mencakup sebagian dari olah raga, namun dalam teknik-teknik olah pernafasan tertentu, sebagian kecil sudah berada dalam wilayah metode pengolahan batin.
OLAH BATIN DENGAN MEDITASI
Dalam olah batin, meditasi adalah salah satu proses usaha untuk meningkatkan pengembangan pribadi seseorang secara total. Tidaklah semudah menyebutkannya, namun yang dapat dilakukan adalah memberi gambaran berbagai pengalaman dari mereka yang melakukan meditasi, berdasarkan pengalaman penulis bahwa meditasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Melihat ke dalam diri sendiri
2. Mengamati, refleksi kesadaran diri sendiri
3. Melepaskan diri dari pikiran atau perasaan yang berobah-obah, membebaskan keinginan duniawi sehingga menemui jati dirinya yang murni atau asli.
Tiga hal tersebut diatas baru awal masuk ke alam meditasi, karena kelanjutan meditasi mengarah kepada sama sekali tidak lagi mempergunakan panca indera ( termasuk pikiran dan perasaan ) terutama ke arah murni mengalami kenyataan yang asli. pengalaman meditasi akan berbeda pada setiap orang, karena pengalaman dalam bermeditasi banyak dipengaruhi oleh latar belakang temperamen, watak dan tingkat perkembangan spiritual, serta tujuan meditasi dengan kulit atau baju kebudayaan orang yang sedang melaksanakan meditasi.
Secara umum orang yang melakukan meditasi yakin adanya alam lain selain yang dapat dijangkau oleh panca indera biasa. Oleh karena itu mungkin sekali lebih tepat jika cara-cara meditasi kita masukkan ke golongan seni olah bathin dari pada ilmu olah bathin. Cara dan hasil meditasi dari banyak pelaku olah batin dari berbagai agama besar maupun perorangan dari berbagai bangsa, banyak menghasilkan kemiripan-kemiripan yang hampir-hampir sama, tetapi lebih banyak mengandung perbedaan dari pribadi ke pribadi orang lain. Oleh karena itu kita dapat menghakimi hasil temuan orang yang bermeditasi, justru keabsahan meditasinya tergantung kepada hasilnya, umpamanya orang yang bersangkutan menjadi lebih bijaksana, lebih merasa dekat dengan Tuhan, merasa kesabarannya bertambah, mengetahui kesatuan alam dengan dirinya dan lain-lainnya.
Keadaan hasil yang demikian, sering tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh orang-orang ( masyarakat ) di sekitar diri orang tersebut karena tingkah-lakunya maupun ucapan-ucapannya serta pengabdiannya kepada manusia lain yang membutuhkan bantuannya, mencerminkan hasil meditasinya.
Cara-cara dan akibat bermeditasi.
Cara bermeditasi banyak sekali.
Ada yang memulai dengan tubuh, arti meditasi dengan tubuh adalah mempergunakan menyerahkan tubuh ke dalam situasi hening.Lakunya adalah dengan mempergunakan pernafasan, untuk mencapai keheningan, kita menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan teratur. Posisi tubuh carilah yang paling anda rasakan cocok / rileks, bisa duduk tegak, bisa berbaring dengan lurus dan rata. Bantuan untuk lebih khusuk jika anda perlukan, pergunakan wangi-wangian dan atau mantra, musik yang cocok dengan selera anda, harus ada keyakinan dalam diri anda, bahwa alam semesta ini terdiri dari energi dan cahaya yang tiada habis-habisnya. Keyakinan itu anda pergunakan ketika menarik dan mengeluarkan nafas secara teratur.
Ketika menarik nafas sesungguhnya menarik energi dan cahaya alam semesta yang akan mengharmoni dalam diri anda, tarik nafas tersebut harus dengan konsentrasi yang kuat. Ketika mengelurkan nafas dengan teratur juga, tubuh anda sesungguhnya didiamkan untuk beberapa saat. Jika dilakukan dengan sabar dan tekun serta teratur, manfaatnya tidak hanya untuk kesehatan tubuh saja tetapi juga ikut menumbuhkan rasa tenang.
Bermeditasi dengan usaha melihat cahaya alam semesta, yang dilakukan terus menerus secara teratur, akan dapat menumbuhkan ketenangan jiwa, karena perasaan-perasaan negatif seperti rasa kuatir atau takut, keinginan yang keras duniawi, benci dan sejenisnya akan sangat berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali, yang hasil akhirnya tumbuh ketenangan. Meditasi ini harus juga dilakukan dengan pernafasan yang teratur.
Kesulitan yang paling berat dalam bermeditasi adalah “mengendalikan pikiran dengan pikiran“ artinya anda berusaha “ mengelola “ pikiran-pikiran anda, sampai mencapai keadaan “ Pikiran tidak ada “ dan anda tidak berpikir lagi, salah satu cara adalah “ mengosongkan pikiran “ dengan cara menfokuskan pikiran anda kepada suatu cita-cita, umpamanya cita-cita ingin menolong manusia manusia lain, cita-cita ingin manunggal dengan Tuhan. Cita-cita ingin berbakti kepada bangsa dan negara, cita-cita berdasarkan kasih sayang dan sejenis itu menjadi sumber fokus ketika hendak memasuki meditasi.
Secara fisik ada yang berusaha “ mengosongkan pikiran “ denganmemfokuskan kepada “ bunyi nafas diri sendiri “ ketika awal meditasi, atau ada juga yang menfokuskan kepada nyala lilin atau ujung hidung sendiri.
Jika proses meditasi yang dilukiskan tersebut diatas dapat anda lakukan dengan tepat, maka anda dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam pengertian spiritual, yang akibatnya pasti baik untuk diri anda sendiri, mungkin juga bermanfaat untuk manusia lain.
Sesuatu itu jangan dijadikan tujuan meditasi, karena hasil sesuatu itu adalah hasil proses meditasi, bukan tujuan meditasi.
Jika dalam proses tersebut pikiran anda belum dapat anda “ kuasai atau hilangkan “ janganlah putus asa atau berhenti, tetapi juga memaksakan diri secara keterlaluan. Pengembangan selanjutnya dari proses meditasi tersebut, anda sendiri yang akan menemukan dan meneruskannya, karena berciri sangat pribadi.
Untuk dapat berhasil anda sangat perlu memiliki motivasi yang cukup pekat dan dalam, sehingga dengan tiada terasa anda akan bisa khusuk dalam keheningan bermeditasi. Jika menemui sesuatu, apakah itu cahaya atau suara atau gambaran-gambaran, jangan berhenti, teruskan meditasi anda.
Pengalaman sesudah keadaan demikian, hanya andalah yang dapat mengetahui dan merasakannya, karena tiada kata kalimat dalam semua bahasa bumi yang dapat menerangkan secara gamblang. Dalam keadaan demikian anda tidak lagi merasa lapar, mengantuk bahkan tidak mengetahui apa-apa lagi, kecuali anda tersadar kembali. Biasanya intuisi anda akan lebih tajam sesudah mengalami proses meditasi yang demikian itu, dan mungkin pula memperoleh “ pengetahuan “ tentang alam semesta atau lainnya.
Orang harus melatih kepekaan hati agar tajam menangkap gejala dan tanda-tanda. termasuk ajaran tak boleh mengumbar nafsu makan serta tidur.
Dasar-Dasar Meditasi
Ini adalah sistem atas pikiran, yang sudah diubah agar sesuai dengan kehidupan manusia disaat ini, terutama kehidupan dalam rumah tangga. Sistem ini mencari untuk mendapat suatu keseimbangan yang sempurna atas pikiran manusia, bebas dari semua keinginan-keinginan yang mempengaruhi kehidupan kita disaat ini. Praktek ini memungkinkan kita untuk mengatur dan membersihkan pikiran dan dengan demikian memperkenankan kita untuk mengatur kehidupan kita. Setelah keadaan keseimbangan diperoleh, praktek ini membantu kita untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan manusia .
Praktek meditasi
Praktek meditasi dalam sistem ini memberikan perubahan kehidupan manusia secara alami dan dengan jalan yang mudah. Tidak ada ketegangan-ketegangan, perombakan-perombakan eksternal, kehidupan membujang atau larangan-larangan lainnya yang dipaksakan di dalam sistem ini agar menghasilkan perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia.
Apa gunanya mengatur pikiran?
Akal manusia adalah pusat atau sumber dari semua pemikiran dan tindakan kita di dalam kehidupan ini. Hidup kita sepenuhnya dituntun dan dikemudikan dalam suatu arah sehingga kita benar-benar tidak mempunyai pilihan dalam keadaan tersebut. Hal ini berarti kita adalah budak dari keinginan-keinginan akal kita. Situasi sekarang yang mana menjadikan akal sesuatu yang sangat kuat dalam hidup kita adalah sama sekali salah dan ini menjadi penyebab dari seluruh kesengsaraan kita di dalam kehidupan. Akal hanya sebuah alat yang diberikan kepada kita untuk sebuah tujuan tertentu. Seperti seluruh alat-alat lainnya, harus dibawah pengawasan kita dan dipergunakan pada saat kita memerlukannya. Untuk membuat akal menjadi suatu alat yang sempurna, kita harus membersihkannya dari keinginan-keinginan yang kotor serta memperbaiki keseimbangan yang telah hilang. Oleh karena itu pembersihan dan pengaturan akal menghasilkan kebersihan atas pikiran-pikiran dan tindakannya dan pada akhirnya menghasilkan keteraturan dan kebersihan dalam hidup kita.
Tujuan kehidupan?
Kehidupan manusia dengan segala daya tarik dan juga penolakannya bukanlah akhir dari segalanya. Pada saat diciptakan oleh Tuhan, Tetapi melalui proses evolusi, kita telah mengembangkan tanda-tanda memisahkan diri yang biasa dikenal sebagai EGO (AKU), melupakan rumah Tuhan dan mengejar tujuan yang lebih rendah dalam kehidupan ini.
Tujuan nyata dari kehidupan kita sebenarnya adalah kembali ke asal Tuhan dan menjadi satu dengan pencipta, menghilangkan tanda-tanda yang memisahkan kita. Untuk mendapatkan-nya, kita harus mengadakan proses melihat ke dalam diri sendiri, untuk menjadi bagaimana kita pada saat jiwa diciptakan – sungguh suci .Hal ini hanya dimungkinkan kalau kita meninggalkan keinginan-keinginan kita, memusatkan pikiran pada satu titik dan mengalihkan arahnya ke dalam diri sendiri untuk menerangi jalan kita menuju Tuhan yang tinggal di dalam hati kita.
Apakah peranan dan keperluan akan seorang Master (Guru) dalam pencarian spiritual kita? Kebutuhan seorang Master dalam wujud manusia. Ini benar-benar diperlukan untuk mendapatkan bimbingan yang tepat, yang mengetahui jalannya dengan baik dan telah tercapai tujuan akhir di dalam dirinya. Perjalanan spiritual untuk sampai kepada tujuannya penuh dengan perangkap-perangkap tersembunyi atas perasaan ego dan penipuan diri sendiri sehingga hampir tidak mungkin dapat mencapai tujuan akhir hanya oleh diri sendiri tanpa dukungan dan bimbingan dari seorang Master yang cakap.
Bagaimana saya menilai kemanjuran sistem meditasi ini?
Kemanjuran atas sistem ini bisa dinilai melalui proses perubahan yang timbul dalam tindakan kita hampir sejak hari pertama mempraktekannya. Pikiran yang ringan dan ketenangan di dalam diri, terasa. Ada pengurangan ketegangan mental dan pikiran, makin lama makin bersih. Sifat, sikap, cinta, keengganan, kebanggaan dan prasangka yang tidak baik, kemarahan dan sebagainya larut dalam suatu keadaan di dalam hati yang telah diciptakan melalui praktek rutin. Hati dibersihkan dari bermacam-macam kekotoran yang tertumpuk sebagai hasil atas pikiran dan perbuatan kita di masa lampau, dengan kekuatan spiritual. Sebagai hasilnya, ada pengurangan atas keinginan-keinginan yang mana telah mengganggu kita sebelumnya.
Apa yang sungguh luar biasa atau unik tentang sistem ini yang membedakannya dari sistem-sistem lainnya ?
Metode penyadaran diri (meditasi) yang telah disebutkan sebelumnya adalah aspek yang paling unik dalam sistem ini. energi jangan dikacaukan dengan napas. Ini adalah suatu kekuatan atau intisari suci.. Cleaning (pembersihan) dan penyelarasan (aliran kekuatan dari Master) menggunakan energi yang sama, oleh karenanya menjadi aspek yang khusus dari sistem ini. Master juga memberikan wewenang kepada instruktur di seluruh cabang – cabang klub meditasi untuk melakukan pekerjaan ini yaitu penyelarsaan energi sehingga pelayanan pelatihan meditasi dapat diterima oleh masyarakat sebanyak mungkin.
Oleh karenanya setiap calon siswa meditasi harus menerima penyelarasan pembukaan dari Master yang akan melaksanakan pembersihan awal sehingga membuat meditasi dapat dilaksanakan. .
Aspek unik dari sistem ini adalah mengenal tanggung jawab duniawi dan membuat seimbang dengan praktek meditasi kita. Kita tidak diminta untuk meninggalkan harta milik tetapi dibantu untuk mengembangkan ketidak-terikatan di dalam pikiran kita. Sistem ini hanya meminta waktu dan penggunaan tenaga yang paling sedikit dan dirancang secara khusus untuk kehidupan manusia modern dan kehidupan rumah tangga. Klub meditasi dengan tegas menyatakan bahwa kehidupan di dalam rumah tangga adalah sekolah yang paling baik untuk perkembangan spiritual.
Aspek unik dari sistem ini adalah mengenal tanggung jawab duniawi dan membuat seimbang dengan praktek meditasi kita. Kita tidak diminta untuk meninggalkan harta milik tetapi dibantu untuk mengembangkan ketidak-terikatan di dalam pikiran kita. Sistem ini hanya meminta waktu dan penggunaan tenaga yang paling sedikit dan dirancang secara khusus untuk kehidupan manusia modern dan kehidupan rumah tangga. Klub meditasi dengan tegas menyatakan bahwa kehidupan di dalam rumah tangga adalah sekolah yang paling baik untuk perkembangan spiritual.
Apa praktek harian yang telah ditentukan untuk seorang pengikut? Praktek ini terdiri dari 3 bagian :
1). Meditasi di pagi hari2). Pembersihan di malam hari
3). Doa malam sebelum tidur.
MEDITASI
Mengapa saya harus meditasi ?
Kata meditasi berarti terus menerus memberikan perhatian atau menghentikan pemikiran pada satu pokok pikiran. kwalitas atau keadaan atas obyek yang kita meditasikan. Oleh karena itu ketika kita meditasi pada sesuatu yang tidak kentara yaitu Tuhan, kita akan menghilangkan kekotoran kita dan mendapatkan kehalusanNYA. Sehingga tujuan tertinggi dalam kehidupan, jadi memungkinkan untuk dicapai.. Dan ini hanya bisa didapat melalui praktek terus menerus meditasi setiap hari dengan ketaatan yang tulus ikhlas.
Bagaimana saya menyiapkan diri untuk meditasi harian saya ? Cara menyiapkan diri untuk meditasi di pagi hari diberikan seperti di bawah ini :
1. Bangun sebelum matahari terbit.
2. Sikat gigi dan cuci muka.
3. Mandi jika kamu merasa kotor (disarankan bahwa kamu mulai meditasi sepagi mungkin tanpa menghabiskan waktu pada aktivitas-aktivitas rutin seperti minum teh, baca koran, olahraga dan sebagainya).
4. Pakai pakaian yang longgar dan enak dipakai.
5. Tentukan satu waktu dan tempat khusus untuk meditasi setiap hari.
6. Beritahu anggota keluarga yang lain untuk tidak mengganggumu selama meditasi.
7. Mulailah dengan meditasi selama 30 menit. Tambah waktunya setelah kamu merasa cocok dan lakukan itu menjadi satu jam. Kalau kamu membuka mata sebelum waktunya, kamu dapat menutup matamu lagi dan meneruskan meditasi.
8. Duduk yang enak, santai tetapi punggung dan kepala tetap tegak. Kamu bisa duduk di lantai, di bangku, dengan punggung (bukan kepala) bersandar pada tembok. Kalau kepalamu tertunduk setelah kamu mulai meditasi (disebabkan karena kehilangan kesadaran), kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Tiduran tidak diijinkan karena terlalu mengasyikkan sehingga dapat membuat kamu tidur.
Bagaimana saya meditasi?
Tutup mata dan mulai dengan suatu anggapan bahwa Cahaya Tuhan hadir di dalam hati. Setelah itu duduk santai dengan suatu sikap melihat ke dalam diri. Ini mudah sekali.
1. Tutup mata
2. Hadirkan cahaya tuhan didalam hati (niat/mencocokkan gelombang)
3. Duduk santai/rileks
4. Lihat ke dalam diri
5. Hilangkan pikiran pengalaman-pengalaman masa lalu dan atisipasi masa depan. Konsentrasi satu titik
6. Pasrah…. Pasif sepenuhnya
7.
Haruskah Saya Mengulang-ulang Anggapan Tentang Cahaya Tuhan ?
Tidak. Dengan satu niat saja sudah cukup. Dengan anggapan tersebut, alam pikir bawah sadar dihubungkan dengan Tuhan yang ada di dalam hati selama seluruh periode meditasi. Alam pikir yang sadar mungkin mulai menghasilkan pikiran-pikiran lain, bayangan-bayangan dan sebagainya, tetapi kita dianjurkan untuk tidak memperhatikan hal-hal tersebut, karena ini adalah satu cara untuk membuang banyaknya pemandangan.
Catatan : – Mohon dimengerti bahwa dalam sistem ini tidak ada yang harus dikerjakan oleh akal setelah kita memulai meditasi - tidak ada konsentrasi atau pengulangan pemikiran seperti mantera. Sistem sebelumnya yang rupanya menggunakan metode seperti itu hanya untuk mencegah atau menahan pikiran-pikiran.
Bagaimana Mungkin Meditasi Tanpa Akal Kita Melakukan Suatu Pekerjaan (Selama Meditasi)?
Bahwa pikiran sangat kuat. Oleh karena itu anggapan belaka pada saat mulai bahwa Cahaya Tuhan ada di dalam hati, sangat kuat untuk menghubungkan akal kita dengan Tuhan. Ini bisa dibandingkan dengan menyalakan sebuah lampu. Sambungannya akan terus menerus menyala dan tidak perlu harus terus menerus menekan tombolnya.
Haruskah Saya Mencoba Untuk Melihat Cahaya ILAHI Selama Meditasi ?
Tidak. bahwa ILAHI terlalu halus untuk ditangkap pancaindera. Meskipun cahaya masih bersifat kebendaan tetapi ILAHI tidak harus dilihat seperti sinar matahari, sinar bulan atau sinar listrik. Karena akal manusia tidak bisa meditasi pada sesuatu yang kosong. Kita menerima ILAHI sebagai suatu anggapan yang abstrak (tidak nyata) dan meditasi atas anggapan tersebut dan itu memberi gambaran yang jelas atas kesadaran kita di dalam diri.
Jadi Apa Yang Harus Saya Lakukan Selama Meditasi ?
Tidak harus mekukan apa-apa, kamu tidak aktif, kamu pasif selama meditasi. Meditasi adalah suatu keadaan menunggu KEBESARAN SANG MAHA / KEBESARAN ILAHI masuk kedalam diri kita. Ini cara yang paling alami, karena tidak ada aktivitas jasmani atau rohani dan kita mengambil suatu sikap PASRAH ATAU MENYERAH (pasif seluruhnya) .
Apa Yang Harus Saya Lakukan Jika Pikiran-Pikiran Saya Mengganggu Selama Meditasi ?
Kamu harus menganggapnya seperti pikiran tersebut adalah pikiran orang lain. Jadi ciptakan jarak antara dirimu dengan pikiran yang muncul.. Kalau anda mendapatkan dirimu terlalu terlibat dengan pikiran tersebut, anda disarankan untuk perlahan-lahan melepaskan pikiran tersebut dan membawanya kembali ke suasana awal (sebelum mulai meditasi), ucapkan lagi CAHAYA ILAHI / CAHAYA TUHAN / CAHAYA SANG MAHA ada di dalam hatimu. Bagaimanapun ini hanyalah persoalan yang sementara bagi siswa meditasi baru. Dengan meditasi setiap hari secara teratur, kamu akan menemukan bahwa pikiran tersebut kehilangan bebannya dan berhenti untuk mengganggu perasaan yang menginginkan ketenangan di dalam hatimu.
KEUNTUNGAN MEDITASI
Meditasi adalah suatu tingkatan dimana terjadi kedamaian dan ketenangan dalam pikiran kita, diam namun sepenuhnya siaga. Kekuatan utama dari meditasi adalah membawa kita secara nyata kedalam tingkatan kesadaran yang lebih tinggi yang akan membantu kita manusia untuk mendapatkan sebuah kebenaran dalam sebuah hal. Melalui Meditasi yang rutin, beberapa keuntungan yang akan kita peroleh antara lain:
1. Meningkatkan kesehatan dan memperkuat sistem pertahanan tubuh kita.
2. Menghilangkan stress, keterikatan, dan sifat kemarahan.
3. Meningkatkan konsentrasi dalam sekolah maupun kerja.
4. Melenyapkan segala hal negatif dan gaya hidup yang merugikan diri sendiri.
5. Memperkuat rasa percaya diri dan keyakinan diri.
6. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang berguna dalam membangun hubungan dengan orang lain.
7. Kebangkitan dari satu kesadaran yang lebih tinggi menuju sebuah dimensi kesadaran kolektif, didalam tahap ini dapat merasakan secara nyata perasaan diri sendiri dan orang lain.
8. Membuang segala prilaku yang tidak baik yang akan menyebabkan ketidak harmonisan hubungan antara individu, masyarakat dan budaya.
KEUNTUNGAN KESEHATAN
Bermacam-macam penyakit dan gangguan kesehatan erat kaitannya dengan ketidakseimbangan sistem energi yang sulit dipisahkan. Melalui meditasi, seseorang membangkitkan energi murni yang tidur dalam diri kita, melalui proses penyelarasan : dan segera memulai menerangi pusat energi yang sulit dipisahkan di dalam diri kita. kemudian bisa menyembuhkan, menyeimbangkan dan memelihara pusat energi yang sulit dipisahkan melalui teknik pembersihan sederhana yang diajarkan dalam klubmeditasi. Keseimbangan pusat energi akan meningkatkan status kesehatan dan kamu menjadi lebih kebal terhadap bermacam-macam penyakit. Keuntungan yang luar biasa, “ Sekali anda telah mengikuti penyelarasan dan melatihnya, kamu tidak perlu cemas dan khawatir akan kesehatanmu sama sekali.”
Kesehatan yang didapat dari klubmeditasi telah dibuktikan dari banyaknya anggota klub regular maupun online. Banyak orang juga telah mengobati diri mereka sendiri dari penyakit seperti tekanan darah tinggi, sakit asma, epilepsi, kencing manis, kanker dan lain-lain.
MENINGKATKAN KENYAMANAN TIDUR
Manfaat yang diperoleh secara nyata dari melatih Meditasi adalah seseorang akan mendapatkan tidur yang lebih baik, lebih dalam dan bangun dalam keadaan lebih segar. Banyak orang kesulitan untuk tidur, menderita penyakit atau tidurnya tidak memuaskan, yang mana mereka menyalahkan segalanya dari cuaca tidak baik, tempat tidur tidak baik dan lain-lain. Sesungguhnya, banyak hal yang menyebabkan seseorang susah tidur yaitu kesibukan pikiran, pengalaman masa lalu, cemas akan masa depan. Melalui Meditasi semua itu dapat diatasi dan anda akan mendapatkan tidur yang nyaman dan menyehatkan.
PENGENDALIAN STRESS
Hubungan antara sistem pusat energi dan emosi, phisik dan kesehatan mental, berhubungan dengan energi Yin (emosi, keinginan dan masa lalu) dan energi Yang (kegiatan kita dan pikiran masa depan). Stress adalah hasil dari ketidakseimbangan antara kedua energi tersebut, sebagai akibat dari kelebihan kerja dan pemaksaan terhadap sistem pusat energi kita. Melalui Meditasi, kita dapat belajar cara menyeimbangkan kedua energi tersebut dan menikmati keseimbangan dalam kehidupan, kedamaian dan ketenangan.
PENGEMBANGAN DIRI
Kebangkitan energi rohani yang tidur “Kundalini” menyempurnakan peningkatan dan perubahan positif di dalam kepribadian kita. Dengan praktek, seseorang akan menemukan bahwa banyak kualitas bawaan dari pusat energi kita yang menjadi nyata dalam hidup kita. Kita menjadi secara otomatis menjadi lebih dinamis, kreatif, yakin dan pada waktu yang bersamaan penuh kesederhanaan, berbelas kasih dan penuh kasih sayang. Banyak individu, yang praktek Sahaja Yoga, juga menemukan bakat bawaan mereka sendiri dan potensi dalam banyak hal ( contoh seni, musik, kemampuan pidato dll) dan secara berangsur-angsur berkembang pada tingkatan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Pelaksanaan Meditasi juga akan meningkatkan fokus mental, konsentrasi dan peningkatan tenaga. Dengan pikiran yang tenan dan waspada, tidak heran banyak praktisi Sahaja Yoga yang mampu menghadapi segala tantangan dalam kehidupannya.
PENINGKATAN EKONOMI
Banyak yang melaksanakan meditasi ini mendapatkan manfaat ekonomi, seperti peningkatan moralitas akan menyebabkan pengurangan konsumsi terhadap minuman, obat-obatan, kesenangan material berlebihan, keinginan yang berlebihan. Sehingga jelas akan menghemat pengeluaran dan akan meningkatkan kemampuan eknomi. Dan kemampuan sosial yang meningkat, kepercayaan diri jelas akan membawa dampak bagi orang sekelilinginya dan banyak relasi bisnis yang akan senang bergaul dengannya. Ini akan membuka banyak kesempatan dan peluang. Kedamaian dan ketenangan pikiran dan jiwanya akan membuka banyak peluang baru, dan orang-orang serta para relasi bisnis akan senang bergaul dengannya.
Jadi tidak mengherankan jika para praktisi meditasi dapat hidup penuh ketenangan, kedamaian dan mendapatkan banyak peluang-peluang yang menguntungkan hidupnya. Masih banyak keuntungan lainnya, yang dapat anda rasakan dan terlalu banyak untuk diceritakan. Mungkin sebaiknya anda mengalaminya sendiri, dan ini adalah keuntungan anda sendiri, anda tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk merubah dan memperbaiki hidup anda kearah yang lebih baik, cukup rutin melakukan meditasi.
Mengolah dan Mempertajam Nurani
Agar memiliki ketajaman nalar (daya cipta/intelegensia otak), nalar harus bisa menangkap makna yang terbersit dalam nurani.
Jangan sampai lengah anakku, sebab proses untuk menangkap gerataran nurani hanya berlangsung secepat kilat.
Jangan sampai lengah anakku, sebab proses untuk menangkap gerataran nurani hanya berlangsung secepat kilat.
Nurani milik siapapun pastilah setajam “sembilu”, jika dirasa tumpul, itu bukan berarti salah nuraninya, melainkan tugas nalar sebagai cipta panggraitaning rahsa telah mengalami kegagalan.
Tugu manik ing samodra ; menggambarkan daya cipta yang terus menerus berporos hingga pelupuk mata. Daya cipta akal budi manusia jangkauannya umpama luasnya samodra namun konsentrasinya terfokus pada mata batin.
Tugu manik ing samodra ; menggambarkan daya cipta yang terus menerus berporos hingga pelupuk mata. Daya cipta akal budi manusia jangkauannya umpama luasnya samodra namun konsentrasinya terfokus pada mata batin.
Melanjutkan thread terdahulu berjudul MEMBANGUN KESADARAN RAHSA SEJATI, tulisan berikut saya persembahkan bagi para pembaca yang budiman, para generasi penerus bangsa besar Nusantara, di manapun anda berada. Tulisan ini saya buat karena banyaknya pertanyaan baik melalui email maupun komentar-komentar di blog, tentang bagaimana teknik atau tata cara agar supaya individu mampu meraba, merasakan dan membedakan mana getaran nurani, mana pula getaran nafsu. Pertanyaan tersebut bukanlah sekedar latah, tetapi mengelola hati nurani merupakan hal yang signifikan untuk diupayakan dengan skala prioritas tinggi. Sebab ia menjadikan setiap pribadi mampu berdiri sebagai mandireng pribadi, yakni pribadi yang memiliki kemandirian dalam menentukan mana dan apa yang paling tepat, paling baik dilakukan. Bukankah nilai manusia terletak pada kejernihan isi kalbu atau suara hati nuraninya ?!! Nurani merupakan kesadaran aku akan tanggungjawab dan kewajiban aku sebagai makhluk bernama manusia dalam situasi yang sungguh-sungguh konkrit dan tepat. Itulah salah satu alasan mengapa suara hati nurani idealnya selalu dipatuhi dan diikuti. Hati nurani atau dalam terminologi Jawa disebut sebagai ALUSING PANDULU atau kehalusan daya cipta, yakni kekuatan yang atau kemampuan perasaan hati nurani untuk meraba, merasakan, membedakan, dan menentukan pilihan dan keputusan hidup. Alusing pandulu merupakan pangkal dari otonomi dan kemerdekaan batin setiap individu, sehingga melahirkan sikap kemandirian pribadi. Sumber kekuatan setiap orang berada di dalam hati nuraninya sendiri-sendiri. Sementara itu untuk mengidentifikasi apakah suatu tindakan termasuk baik atau buruk merupakan tanggungjawab setiap individu. Namun hanya nalar yang telah memiliki cara befikir terbuka atau open minded, yakni pemikiran terbuka dan bebas menentukan pilihan dan keputusan mana yang paling tepat.Lanjut Membaca…
NURANI ; JENDELA MENEMBUS UNINONG, ANING, UNONG
Nalar pun faktanya sangat riskan terperangkap ke dalam oleh suatu tembok yang bernama keyakinan membabi buta. Dengan kata lain, penghalang terbesar ketajaman nurani kita adalah doktrin-doktrin yang membelenggu nalar. Baik berupa doktrin militer, doktrin budaya, doktrin seni, doktrin ideologi, hingga doktrin agama. Sebab itu efek doktrinasi lebih bersifat pengungkungan kesadaran, agar individu memiliki LOYALITAS tanpa perlu nalar. Tanpa perlu menjawab PERTANYAAN-PERTANYAAN yang timbul dari HATI NURANI. Jika dianalogikan, doktrin merupakan alat yang serupa dengan KACAMATA KUDA, sementara “kuda” adalah perumpamaan insan. Supaya kuda tetap berjalan lurus ke depan maka diperlukan kacamata (baca: doktrin). Sebab doktrin (kacamata kuda) mempunyai prinsip keharusan/kewajiban bahwa jalan ”kebenaran” hanyalah jalan yang lurus yang hanya tampak di depannya saja. Sementara itu, adalah realitas dan fakta bahwa hidup ini banyak ditemukan “persimpangan jalan”, banyak sekali “jalan raya”, “jalan protokol”, “jalan daendels”, “jalan propinsi”, dan “jalan setapak”. Masing-masing “jalan” menuju ke satu tujuan yang sama yakni Sang Causa Prima atau Gusti (bagusing ati), Gusti ada di dalam aku. Setiap orang hendak mencari Gusti di dalam aku, agar supaya diri kita menjadi aku di dalam Gusti. Dalam istilah Ki Ageng Suryomentaram disebut sebagai “rasa; aku bukan kramadhangsa” atau “aku kang madeg pribadi” atau saya sebut sebagai rahsa sejati. Itulah paraning dumadi manusia, tak berada jauh di atas langit sana, tetapi ada dalam setiap pribadi kita masing-masing. Kesadaran ini dapat menjelaskan pula mengapa nenek moyang bangsa kita dulu jika berdoa tidak menengadah sambil menatap langit, melainkan cukup dengan telapak tangan memegang dada. Dalam maneges pun tersebutlah NIAT INGSUN, yang bermakna Ingsun ing sajroning aku, Aku ing sajroning Ingsun. Konsep KGPAA Mangkunegoro ke IV sebagai roroning atunggil, dwi tunggal, atau asas Manunggaling Kawula kalawan Gusti. Sebuah pelataran spiritual yang pernah pula digelar oleh Ki Ageng Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging) bersama Syeh Lemah Abang sebagai UNINONG ANING UNONG.
Sementara itu, hati nurani selalu mampu menembus berbagai tembok penghalang, yang menghalangi obyektivitas sesungguhnya akan suatu realitas kehidupan. Nurani adalah kekuatan yang TAK BISA dikelabuhi oleh imajinasi, ilusi, dan polusi getaran nafsu. Nurani yang terasah akan menjadi “mata hati”, “mata jiwa” yang mampu menguak “kebenaran sejati”. Hanya saja, untuk menggali dan menemukan hati nurani, kita harus menggalinya dari kubangan lumpur yang penuh bakteri, kuman dan penyakit. Tulisan berikut bertujuan untuk berbagi kawruh (pengetahuan) dan ngelmu (pengetahuan spiritual), bagaimana cara paling sederhana agar kita dapat menemukan nurani yang dapat diumpamakan sebagai “berlian” yang terendam di dalam “lumpur kotor”.
TEKNIK MEMBUKA JENDELA NURANI
Kita harus menutup panca indera untuk membuka mata batin yang berada dalam jiwa kita. Mata batin adalah mata yang dapat melihat sesuatu secara lebih cerah, jelas, dan gamblang. Kecermatan dan kemampuannya menjabarkan fakta gaib dan wadag jutaan kali melebihi panca indera. Paling tidak terdapat lima sarat agar supaya kita betul-betul mampu merasakan dan membedakan apakah sesuatu getaran merupakan getaran NURANI (kareping rahsa) ataukah hanya sekedar getaran nafsu (rahsaning karep).
- Beninging ati atau kejernihan kalbu. Antara suara hati dan nalar manusia selalu terjadi dialog, tarik menarik, bahkan masing-masing saling “berperang” untuk berebut pengaruh dan otoritas. Jika kekuatan keduanya berimbang gejalanya dapat kita rasakan pada saat terjadi kebimbangan dan keragu-raguan. Atau sikap ambigu, dan dualisme. Sementara itu, jika nalar memenangkan jadilah pribadi yang hanya mengandalkan kemampuan rasio semata. Sehingga bagi dirinya banyak sekali hal-hal di luar nalar yang dengan segera ia tepis sebagai sesuatu yang tidak ada, omong kosong ataungoyoworo. Hal-hal gaib dianggap sebagai sesuatu yangnon-sense, dan di luar logika. Maka gaib pun dianggap omong kosong. Menurut saya pribadi, gaib pun ternyata sangat logis dan masuk akal. Jika ada hal gaib yang dianggap tidak masuk akal, ada dua kemungkinan yakni,pertama; benar-benar dongeng atau mitologi yang digaib-gaibkan. Kemungkinan kedua, nalar kita belum cukup menerima informasi akan rumus-rumus yang ada dan berlaku di dimensi gaib. Sementara itu beninging ati atau weninging tyas, akan tercipta manakala dialog, tarik-menarik, dan peperangan antara suara hati nurani dengan nalar berhenti sejenak. Saat itulah hati kita menjadi jernih, karena saat itu hati menjadi bebas merdeka dari segala bentuk “penjajahan” nalar yang seringkali terkooptasi oleh kepentingan pribadi, persepsi atau penilaian diri terhadap suatu obyek, serta ilusi dan imajinasi. Dalam dimensi lebih luas hati pun menjadi bebas dari kepentingan politik, kekuasaan, egoisme aliran, dan segala macam keinginan yang belum tercapai.
Cara menghentikan dialog dan tarik-menarik antara hati dan nalar adalah dengan cara “mengalir mengikuti aliran air” atau (tapa ngeli). Yakni hidup dalam sikap kepasrahan. Konsentrasi pasrah bukan pada PROSES BERUSAHA atau saat berikhtiar, karena kepasrahan demikian ini merupakan konsep hidup yang salah kaprah. Pasrah yang dimaksud adalahpasrah akan ketentuan besar-kecil hasilnya akhir. Sementara itu dalam menjalani PROSESnya step by step kita tak boleh pasrah, tetapi harus berusaha secara maksimal, sekuat tenaga dan pikiran kita. Ada pepatah bola mengatakan,”Bermainlah bola secara cantik, soal menang kalah itu bukanlah urusan kita. Bila kalahpun, tetap akan menjadi “kesebelaasan” yang disegani dan dihormati orang lain. Jangan konsentrasi pada hasil akhir, tetapi konsentrasilah pada proses. Hal ini menjadi salah satu kiat sukses dalam olah semedi atau meditasi. Bila anda berkonsentrasi pada hasil, maka yang terjadi nalar kita akan dipenuhi oleh angan-angan.
- Sirnaning kekarepan atau sirnanya rahsaning karep. Atau lenyapnya semua maksud jahat, keburukan, dan tindakan hina-aniaya. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan perbuatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita menyakiti hati orang lain, baik sadar apalagi tanpa sadar. Jangan sampai mencelakai, merugikan, menyerobot hak orang lain. Untuk menuntun perilaku demikian diperlukan sebuah kesadaran kosmologis yakni sikap eling dan waspada.
- Lereming pancadriya atau ketenangan panca indera. Ketenangan panca indera. Dalam spiritual Jawa dikenal sebagai BABAHAN HAWA SANGA atau babahan hawa (nafsumu), kosongna !(bersihkanlah/kendalikanlah hawa nafsumu). Dapat pula diartikan 9 lubang pancaindera (2 lubang telinga, 2 lubang hidung, 2 lubang mata, 1 lubang kemaluan, 1 lubang silit/anus, dan 1 lubang mulut = 9 lobang) kesemuanya menjadi pintu masuk hawa nafsu hendaknya dikendalikan atau “dikosongkan”. Keberhasilan mengendalikan panca indera akan memperoleh ketenangan pancaindera. Sebaliknya, kegagalan lereming pancadriya seseorang akan tersiksa dalam kegelisahan panjang oleh karena gejolak nafsu syahwat (ngacengan/konakan/nafsuan), nafsu makan (mudah lapar, ngileran, ngelihan, kemaruk, rakus), nafsu tidur (ngantukan, moloran dst), dan banyaknya karep atau kemauan yang diinginkan (tidak pernah puas diri, sulit bersyukur), nafsu angkara(Penyakit Hati ; panasten, suka panas hatinya, mudah iri hati, drengki, serba pamrih, congkak, sombong, takabur, egois. Emosi yang Labil ; tersinggungan, mudah sedih, mudah marah, kagetan, gumunan), nafsu halus (suka gede ndase, gemar dipuji, pamrih pahala). Pola bekerjanya panca indra yang lebih dominan dalam merespon obyek kehidupan justru akan mengaburkan getaran atau bisikan nurani. Salah-salah, getaran nafsunya dianggap sebagai getaran nurani. Sementara itu lereming pancadira akan mengistirahatkan bekerjanya otak. Hal ini seperti halnya kita melakukan olah semedi atau meditasi.
- Jatmikaning solah bawa atau perilaku lahir dan batin yang santun. Perilaku lahiriah (solah) merupakan refleksi dari perilaku batin (bawa). Jatmikaning solah bawa, merupakan wujud kekompakan perilaku yang melibatkan empat unsur yakni; hati, ucapan, pikiran dan perbuatan atau tindakan nyata. Berbekal dengan hati yang jernih akan mampu menuntun nalar kita supaya lebih cermat dalam menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk. Selanjutnya bermodalkan kecermatan nalar dapat mengendalikan keinginan, dan memilah memilih serta mempertimbangkan secara arif dan bijak terhadap sesuatu yang dipikirkan, diucapkan, dan diperbuat. Solah dan bawa yang keluar dari nurani memiliki karisma besar sehingga dapat menselaraskan apa yang ada di sekelilingnya dengan apa yang diinginkan dan diharapkan. Dengan kata lain,jatmikaning solah bawa, menebarkan aura yang kuat, bagaikan medan magnet yang akan menyedot segala sesuatu yang senyawa dan sejenis. Kebaikan dan keburukan akan terkumpul dalam kumparan yang sejenis, terkonsentrasi dalam kelompoknya masing-masing. Maka kebaikan akan berbalas dengan kebaikan yang berlipat. Welas asih akan berbalas kasih sayang yang berlimpah ruah. Kejahatan akan berbalas kejahatan berlipat. Limpahan itu bagaikan suara yang bergema, terucap dengan volume 7, akan berbalik menjadi suara dengan volume 14. Sebagaimana pernah saya singgung dalam thread terdahulu dalam LAKSITA JATI. Begitulah rumus-rumus yang terjadi dalam hukum alam semesta. Pribadi yang menghayati jatmikaning solah bawa gerak-gerik, tingkah laku, watak wantun, sifat tabiatnya selalu enak dilihat dan membuat nyaman di hati (nuju prana). Pribadi yang pembawaan sifatnya selalu nuju prana bagai gayung bersambut, di mana-mana selalu menciptakan ketentraman, kenyamanan, kebahagiaan bagi ornag-orang di sekelilingnya. Selalu membuat enak di hati, kinaryo karyenak ing tyas sesama. Perilaku nuju prana menjadikan pribadi yang penuh aura positif. Jika wanita maka inner-beauty-nya akan memancar kuat dari dalam sanubari. Jika seorang pria perilakunya selalu anggawe reseping pancadriya. Barangkali hal ini ada kaitannya, mengapa seseorang dengan tingkat spiritual yang sudah mapan dan matang akan memancarkan daya tarik yang kuat, terlebih terhadap lawan jenis. Selanjutnya kita sebut sebagaigoda. Resiko menjadi besar, apabila libidonya tidak tersalurkan dengan penuh tanggungjawab, baik tanggungjawab terhadap diri pribadi, keluarga, maupun tanggungjawab publik.
- Ke empat poin di atas merupakan teknik yang harus dihayati dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Selain ke empat langkah di atas, ada pula tata cara yang lebih pragmatis berupa ketrampilan untuk mempertajam indentifikasi mata hati, sekaligus kemahiran membedakan apakah getaran yang dirasa merupakan bisikan nurani (tuhan) atau kah bisikan nafsu (“setan”).
Di antaranya adalah olah semedi, meditasi,maladihening, atau mesu budi. Olah semedi dan meditasi, bertujuan untuk mencapai keadaan lereming pancadriya, sirnaning kekarepan, sarehing pangganda, dan beninging ati. Pencapaian ke empat keadaan diri tersebut pada gilirannya memicu ujung-ujung syaraf pancaindera menjadi lebih peka dalam mendeteksi segala sesuatu yang ada di sekitar diri kita, baik yang wadag maupun gaib. Kepekaan ini disebut sebagai sad-indra atau indera ke-enam (six sense). Dalam khasanah spiritual Jawa, berfungsinya sad-indra disebut juga rasa rumangsa, atau krasa nanging ora rumangsa.
Kepekaan rasa mampu mendeteksi lebih awal namun tidak disadari oleh akal. Misalnya perkiraan anda sangat meyakinkan walau belum ada bukti apakah sesungguhnya yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Setelah dibuktikan secara faktual dan ilmiah ternyata benar adanya, sesuai apa yang semula anda yakini. Nah, rasa yakin yang ternyata benar itu adalahrasa rumangsa. Bahkan terhadap hal-hal yang tidak tampak oleh mata pun dapat ditangkap singnal-signalnya melalui ujung syaraf perasa di seluruh permukaan tubuh. Diperkuat oleh pengendalian pusat (sentral) syaraf yakni otak (nalar), yang telah lebih peka pula karena sudah dapat membedakan yang NURANI dan yang bukan. Sehingga anda akan hafal betul dengan gejolak nurani anda sendiri. Hal itu membuat diri anda kadang-kadang mampu weruh sak durunge winarah. Anda tahu persis akan terjadi sesuatu peristiwa, sebelum suatu peristiwa itu terjadi. Tampaknya sulit sekali kita mencapai kebisaan seperti di atas. Tetapi setelah kita MAU membiasakan diri menghayati semua tata laku tersebut, semuanya dapat kita raih dengan mudahnya. Anda akan mampu dengan sendirinya melalui beberapa tahap neng, ning, nung, nang. Yakni jumeneng, wening, sinung, dan menang. Kemenangan hidup bilamana kita bisa menjadi manusia yang merdeka lahir dan batinnya.Kemenangan diperoleh setelah kita kesinungan. Supaya kesinungan, kita harus selalu wening. Agar supaya bisa wening kita musti mau untuk jumeneng.Kemenangan hidup menjadi jalan setapak untuk menggapai uninong aning unong.
MANFAAT LAIN DARI NURANI
Dengan landasan pemahaman dan pengelolaan seluk-beluk nurani seperti telah saya uraikan di atas, membuat setiap individu dapat mengendalikan DAYA PANGARIBAWA. Daya pangaribawa adalah sebuah kekuatan besar berasal dari getaran nurani. Berupa kewibawaan atau pengaruh kekuatan yang besar yang memancar dari tatapan mata, air muka, solah dan bawa (perilaku lahir dan batin). Sementara itu tutur kata yang bersumber dari nurani, sangat berguna untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkannya. Daya pangaribawa akan memancar, beresonansi ke sekelilingnya, bahkandaya pangaribawa yang getaran “resonansinya” kuat sekali akan membahana memencar ke penjuru semesta alam. Mampu mewujudkan apa yang yang diharapkan. Apa yang dipikirkan dan diucapkannya mudah menjadi kenyataan. Belum lagi kita berdoa, harapannya sudah terkabul lebih dulu.
Metode ini menjelaskan pula bagaimana seseorang dapat memiliki kekuatan IDU GENI, sabdo pandito ratu, apa yang diucapkan pasti terwujud. Getaran alam akan selaras, sinergis dan harmonis dengan getaran nurani, demikian pula sebaliknya getaran nuraninya akan selaras dengan getaran (kodrat/hukum) alam. Di situlah letak “kesaktian” seseorang, manakala menjadi mandireng pribadi, berarti pula aku adalah alam semesta, kekuatan alam semesta adalah kekuatanku. Yang ini menjelaskan pula bagaimana orang-orang zaman dulu, seperti Ki Ageng Selo, Ki Ageng Mangir Wonoboyo, para Ratugung Binatara menjadi seorang pribadi yang sakti mandraguna. Di antaranya mampu menangkap dan mengendalikan petir, mampu menjebol dan memuntahkan lahar gunung berapi dll. Ini bukan sekedar dongeng atau mitologi, beliau-beliau bukanlah orang yang gegulangan ilmu karang, tetapi hanya karena berhasil menjadi manusia yang (dengan tingkat kesadaran) KOSMOLOGIS, lebih dari sekedar kesadaran spirit (untuk hal ini akan saya jabarkan dalam topik selanjutnya). Siapapun anda, pasti bisa melakukan, asal ada kemauan.
Secara teknis, proses daya pangaribawa menjadi hasil karya nyata, atau menjadi kalimat bertuah setelah melalui tahapan-tahapan berikut ini.
- Panggraitaning cipta batin (bisikan nurani) yang secara tepat menentukan target dan memotivasi kepada pencapaian suatu tujuan (mligining cipta). Seseorang tidak akan merencanakan dan melakukan sesuatu di luar kehendak nurani. Sebaliknya keinginan yang bukan kehendak nurani tidak akan terwujud. Maka seseorang tidak akan berharap-harap selain yang berasal dari bisikan nuraninya sendiri.
- Ketepatan Bertindak. Setelah suatu target dan tujuan secara tepat dapat ditentutan oleh nurani, dituntut konsistensi tata lahir atau gerak ragawi untuk mewujudkan target dan tujuan tersebut. Dengan diipandu oleh nalar budi pekerti (intelegensia nurani) atau kejernihan nalar membuat diri kita lebih cermat membaca sinyal-sinyal dari panggraitaning cipta atau bisikan nurani. Akan tetapi kejernihan nalar baru dapat kita ciptakan apabila kita mampu cara meletakkan pikiran pada sudut yang netral dan obyektif. Hal ini tidak mudah dilakukan, sebab nalar manusia selalu penuh dengan intrik, imajinasi, pengandaian, ilusi dan penuh dengan data-data mentah yang tidak mudah dicerna. Untuk itu hendaknya cyclon atau gelombang otak sering-sering diturunkan pada level bheta dantetha. Jangan terus-terusan memforsir otak selalu bekerja pada level alpha. Sebab daya kecermatan gelombang alpha hanyalah berkisar 0,0000035 dibanding kecermatan gelombang theta.
- Tekad Bulat atau Kemantaban Hati. Ketepatan bertindak merupakan langkah konkrit dalam pencapaian tujuan. Namun hal itu belum cukup untuk mewujudkandaya pangaribawa, masih diperlukan adanyaKETANGGA, atau keketeg ing angga, yakni kuatnya kehendak dari dalam jiwa atau tekad bulat. Untuk mencapai satu tujuan kita tak boleh mencla-mencle, plin-plan, ragu-ragu akan apa yang kita tetapkan sebagai tujuan. Tetapi harus konsentrasi penuh melibatkan batin (hati nurani), tata lahir atau gerak ragawi yang termaktub dalam kecermatan penalaran, dan sebuah tekad yang bulat yang bersumber dari kekuatan jiwa.
- NING. Ketiga sumber kekuatan pribadi di atas belumlah lengkap. Masih harus melibatkan ning atau wening, hening cipta. Ning merupakan bentuk konsentrasi yang lebih tinggi daripada ketiga konsentrasi di atas. Ningmerupakan full consentration, konsentrasi penuh, menjadi satu KARYO LEKSONO. Atau lebih mudah saya istilahkan NYAWIJI yakni melibatkan kekompakan seluruh elemen daya kekuatan dalam diri pribadi untuk satu tujuan. Atau hanya bertujuan tunggal dan mengerahkan segala daya dari dalam diri secara KOMPAK. Individu yang nyawiji menyatukan beberapa komponen sebagai satu kesatuan gerak langkah. Komponen tersebut meliputi 4 unsur yakni ; hati, pikiran, ucapan, dan tindakan nyata yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang satu.
Contoh paling mudah, pada saat anda membidik agar mengenai sasaran, anda perlu full konsentrasi yakni harus menciptakan keheningan, ketenangan, percaya diri, kesabaran dalam tekad yang bulat, yang disatukan dalam setiap hela nafas. Keadaan full consentrationakan mudah dicapai saat menahan nafas beberapa saat lamanya. Nafas adalah kendali dan tali yang bisa mengikat konsentrasi anda. Hal ini menjelaskan juga mengapa olah pernafasan menjadi pelajaran utama dalam latihan meditasi, olah semedi, maladihening, mesu budi. Termasuk di dalamnya sebagai sarana menyatukan diri (aku) dengan dzat sifat, afngal tuhan (Ingsun). Dalam tradisi tasawuf Jawa-Islam ala Syeh Siti Jenar disebut sebagai shalat dhaim. Sepadan pula dengan apa yang termaktub dalam Serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegoro ke IV sebagai sembah cipta, atausembah kalbu.
Pada intinya ning adalah upaya mewujudkan pencapaian kehidupan yang meditatif. Yakni tercapainya kesadaran di atas kesadaran nalar (higher consciousness). Secara intuitif manusia dapat mengetahui apa yang akan terjadi di alam. Karena kita dapat menangkap seluruh vibrasi yang ada di alam semesta. Setiap akan terjadi peristiwa, selalu terjadi perubahan vibrasi yang sebetulnya bisa dirasakan jika kita mau mencermati pancaran gelombang vibrasi tersebut. Di sinilah salah satu fungsi ning. Layaknya meditasi, ning membuat kita lebih peka, lebih memahami apapun yang sedang dan akan terjadi di sekeliling kita, bahkan apa yang terjadi pada belahan bumi yang lainnya.
Akhir kalam, selamat mencoba dan menghayatinya. Semogaberkahing Gusti Moho Agung selalu berlimpah kepada seluruh para pembaca yang budiman. Salam karaharjan, rahayu.
Penghayatan Kebatinan
Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam, dan terjadi pada siapa saja dalam kehidupan sehari-hari.
Kebatinan tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, atau keagamaan dan aliran kepercayaan, tetapi bersifat universal, berkaitan dengan segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam. Di dalam kebatinan masing-masing orangterkandung keyakinan dan kepercayaan pribadi, pandangan dan pendapat pribadi, prinsip dan sikap hidup pribadi. Kebatinan melandasi kehidupan manusia sehari-hari, menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang tercermin dan melandasi perbuatan dan perilakunya sehari-hari.
Setiap manusia di dalam peradabannya masing-masing memiliki sikap kebatinan dan spiritual sendiri-sendiri, bukan hanya yang bersifat pribadi, tetapi juga segala sesuatu yang dipercaya oleh sekelompok masyarakat setempat. Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, kepercayaan tentang hal-hal gaib, mitos dan legenda, atau kepercayaan keagamaan atau kerohanian, tetapi lebih dari itu. Kebatinan dan spiritual tidak boleh dipandang secara sempit dan dangkal yang hanya dianggap sama dengan keilmuan kebatinan, atau aliran-aliran kepercayaan, dsb.
Setiap manusia di dalam peradabannya masing-masing memiliki sikap kebatinan dan spiritual sendiri-sendiri, bukan hanya yang bersifat pribadi, tetapi juga segala sesuatu yang dipercaya oleh sekelompok masyarakat setempat. Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, kepercayaan tentang hal-hal gaib, mitos dan legenda, atau kepercayaan keagamaan atau kerohanian, tetapi lebih dari itu. Kebatinan dan spiritual tidak boleh dipandang secara sempit dan dangkal yang hanya dianggap sama dengan keilmuan kebatinan, atau aliran-aliran kepercayaan, dsb.
Kebatinan dan spiritual termasuk juga mengenai apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sangat tekun dalam beribadah dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati dan batin, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb, dan di dalam setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin itu sendiri tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan kebatinan menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.
Sebagian besar penghayatan kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan dengan Sang Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan laku keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang dan menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak Tuhan.
Dan di dalam sikap hidup berkebatinan itu ada laku-laku dan ritual yang dilakukan manusia, seperti laku dan ritual peribadatan agama, laku-laku yang dilakukan dalam kepercayaan dan tradisi, seperti laku-laku dalam budaya dan kepercayaan kejawen, atau laku memperingati / merayakan hari-hari besar agama, atau laku-laku pribadi sesuai kepercayaan kebatinan masing-masing orang, seperti puasa mutih, puasa senin - kamis, wirid dan zikir sesudah sholat, dsb. Sikap dan laku dalam berkebatinan tidak selalu harus ditunjukkan dengan laku-laku tertentu yang kelihatan mata, karena kebatinan terutama berisi sikap hati dan pandangan-pandangan pribadi yang semuanya tidak selalu terwujud dalam laku dan ritual yang kelihatan mata. Termasuk sikap hidup rasional manusia yang hidup di negara-negara maju dan modern, itu adalah sikap kebatinan mereka dalam hidup mereka sehari-hari.
Seringkali orang memandang istilah kebatinan secara dangkal dan mempertentangkannya dengan agama, padahal pengertian kebatinan ini bersifat luas. Kebatinan terutama berisi pengimanan / penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaannya, dan di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung suatu kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Di dalam setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Tetapi sikap kebatinan dalam berkeagamaan ini sudah banyak yang meninggalkannya, digantikan dengan ajaran tata ibadah saja dan dogma / doktrin ke-Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan formal agamis dan hanya menjalankan sisi peribadatan yang bersifat formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari agamanya seringkali tidak ditekuni.
Walaupun pengertian kebatinan bersifat luas, tetapi dunia kebatinan pada masa sekarang memang sudah termasuk "haram" untuk diperbincangkan, karena orang berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Kebatinan dalam berkeagamaan saja jarang orang yang menekuni, karena orang lebih suka menjalani yang bersifat formal saja dan hanya mengikuti dogma dan doktrin dalam agama. Sekalipun banyak orang hafal dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak banyak yang mengerti sisi kebatinan dan spiritualnya, akibatnya pengkultusan dan dogma dalam kehidupan beragama sangat mendominasi kehidupan beragama, sehingga banyak sekali terjadi perbedaan pandang dan pertentangan di kalangan mereka sendiri. Banyaknya aliran dan sekte dalam suatu agama adalah bentuk dari ketidak-seragaman kebatinan dan spiritual dari para penganut agama itu sendiri.
Perilaku kebatinan (misalnya kejawen) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama, seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama, atau bahkan dianggap sebagai ajaran / aliran sesat atau dianggap sebagai ajaran / aliran yang bisa merusak keimanan seseorang. Padahal, penghayatan kebatinan pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama, tetapi seseorang beragama yang menjalaninya, justru bisa mendapatkan pemahaman yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah mempelajari kebatinan tersebut, dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.
Perilaku berkebatinan, termasuk berkebatinan dalam beragama, apapun agama dan kepercayaannya, baik sekali untuk dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya atau hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus dicermati dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam, tidak mudah dibodohi atau dihasut, apalagi disesatkan.
Memang perlu bahwa manusia memiliki keyakinan dan prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat. Dan seorangpenganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami kebatinan dalam agama dan kepercayaannya akan memiliki keyakinan dan kekuatan batin yang lebih, dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.
Sebenarnya aspek kebatinan ada dalam semua sisi kehidupan manusia dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang, bukan hanya ada dalam keilmuan kebatinan atau kepercayaan / keagamaan. Tetapi yang dominan menambah nilai pada kekuatan kebatinan seseorang adalah keyakinan terhadap sesuatu hal dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyaknya godaan / gangguan, jika ia mampu menolaknya, maka akan semakin bertambah kekuatan dan kekerasan batinnya.
Aspek kebatinan itu akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, maka itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan kebatinan seseorang adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti ketekunan dan keyakinan pada agama, atau keyakinan kepercayaan kerohanian, atau keyakinan pada suatu keilmuan.
Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, dari sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam ajaran agama kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang di dalam hati (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaibantersendiri.
Manusia yang menekuni dan memperdalam kebatinan tertentu, termasuk kebatinan agama, akan memiliki lebih banyak penghayatan dan pemahaman tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, akan memiliki kepekaan dan kekuatan batin tertentu, atau kegaiban-kegaiban tertentu. Dalam laku manusia menekuni dan memperdalam kebatinan itu, secara pribadi maupun melalui suatu perkumpulan atau kelompok keagamaan, manusia menemukan suatu kekuatan yang bersifat batin, kekuatan kebatinan, suatu kekuatan sugesti yang berasal dari ketekunan dan kekuatan kepercayaan, yang setelah ditekuni, diolah secara khusus dan diamalkan, akan dapat mewujudkan suatu kegaiban atau mukjizat tersendiri, dan dapat disugestikan menjadi ilmu-ilmu kebatinan.
Jadi, di dalam laku olah kebatinan ada 2 hal pokok di dalamnya, yaitu pengolahan keyakinan kebatinan (pemahaman / penghayatan) dan pengolahan kekuatan kebatinan. Tetapi dalam kehidupan jaman sekarang perilaku kehidupan berkebatinan sudah digantikan dengan kehidupan agamis formal, dan olah batin sudah digantikan dengan hanya membaca (dan menghafal) ayat-ayat suci dan firman-firman saja. Orang lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah batin, hanya menghapalkan dan mewirid amalan ilmu gaib dan amalan ilmu khodam saja.
Olah Kebatinan dan Spiritual
Olah Kebatinan dan Spiritual
Olah Kebatinan berkaitan dengan ketekunan penghayatan kerohanian, kekuatan keyakinan dan kekuatan batin, kegaiban kebatinan, dan disertai dengan landasan filosofi kebatinan spiritual, misalnya cerita-cerita keagamaan, atau dalam kebatinan kejawen ada cerita saudara kembar sedulur papat kalima pancer, filosofi dalam cerita pewayangan, ilmukasampurnan (kesempurnaan), konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.
Dalam menekuni kebatinan, berbagai cerita dalam filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), tuntunan pemahaman kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita spiritual kebatinan.
Orang-orang yang menekuni kebatinan biasanya juga mengerti tentang kegaiban, memiliki kepekaan tertentu mengenai kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam, dapat membedakan suatu rasa yang merupakan pertanda dari akan terjadinya suatu kejadian, atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, yang selain berasal dari pengetahuannya sendiri, biasanya juga didapatkannya dari ilham atau bisikan gaib (wangsit).
Secara sederhana batin diartikan sebagai sesuatu yang dirasakan manusia pada hatinya yang paling dalam.
Istilah batin dalam konteks keilmuan tidak sama persis dengan kosa kata pengertian umum, karena pengertian batin dalam konteks keilmuan lebih banyak arahnya kepada kebatinan dan ilmu kebatinan.
Pada jaman sekarang konotasi pemahaman orang tentang ilmu kebatinan adalah sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, sejenis ilmu kegaiban yang penuh dengan amalan gaib dan mantra, yang konotasinya dianggap sama dengan ilmu perdukunan, dan pada prakteknya juga mengandalkan wiridan / pembacaan amalan dan mantra-mantra. Apalagi banyak pelaku ilmu gaib dan ilmu khodam yang sering mengatakan ilmu mereka adalah ilmu batin / kebatinan. Tetapi ternyata tidak begitu sebenarnya. Ilmu kebatinan tidaklah sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam. Mengenai ilmu gaib dan ilmu khodam silakan dibaca tulisan berjudul : Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam.
Sebagai pemahaman dasar, keilmuan kebatinan adalah jenis keilmuan berdasarkan olah kebatinan, jangan disamakan dengan aliran ilmu gaib yang hanya mengedepankan amalan gaib dan mantra, dan jangan disamakan konotasinya seperti cerita perdukunan di televisi.
Ilmu kebatinan adalah jenis keilmuan yang mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukmanya, rohnya. Dan itu tidak selalu mudah bagi semua orang, karena tidak semua orang mampu "masuk" ke dalam dirinya yang terdalam, lebih banyak orang yang hanya mampu mengolah apa yang ada di luar, kulitnya saja, bukan yang ada di dalam. Dan jangan berharap ada jalan pintas atau belajar cara mudah dengan hanya menghapalkan dan mewirid amalan gaib dan mantra atau mengedepankan keampuhan khodam ilmu, jimat dan pusaka.
Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan seseorang harus bisa mengedepankan batinnya, bukan pikirannya, untuk bisa peka rasa merasakan apa yang ada di dalam batinnya yang terdalam, dan dengan olah kebatinan potensi kegaiban kebatinan / sukma manusia itu digali dan ditingkatkan kualitasnya, yang jika berhasil mencapai tingkatan tertentu kegaiban sukma manusia itu akan dapat melebihi kegaiban roh-roh gaib yang ada di bumi ini.
Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan dan kegaiban jangan sekali-kali menyombongkan nalar dan logika, kepintaran dan kejeniusan berpikir. Tidak semua orang dengan pikirannya mampu mencerna sesuatu yang hanya bisa diinderai dengan rasa dan batin, sesuatu yang nyata ada, tetapi tidak kelihatan mata, sehingga banyak hal-hal gaib dan kegaiban sering dikatakan orang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, dan hanya akan dianggap mitos, pengkultusan atau klenik.
Dalam olah kebatinan dan kegaiban yang lebih banyak berperanadalah rasa dan batin (olah rasa dan batin, bukan olah pikiran) dan kecerdasan batin (bukan kejeniusan). Jika terlalu mengedepankan sikap berpikir, maka sesuatu yang mudah diinderai oleh orang yang peka rasa akan sulit sekali diinderai oleh orang yang terlalu mengedepankan sikap berpikirnya. Dalam hal ini semua kegaiban itu bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi akalnya saja yang tidak sampai, akalnya saja yang tidak mampu mencerna. Mampu mencerna saja tidak, apalagi menciptakan alat-alat modern untuk membuktikan kebenaran atas hal-hal gaib.
Dalam hal ini sudah terjadi kesalahan metode dan sikap berpikir. Hal-hal kegaiban hanya bisa diinderai dengan rasa dan kecerdasan batin, bukan dengan pikiran atau kejeniusan berpikir atau sok berlogika.Secara logis semua fakta-fakta dan bukti-bukti empiris harus didapatkan dengan olah rasa dan batin, sesudahnya barulah dinalar dengan pikiran. Seharusnya orang bisa peka rasa untuk menginderai kegaiban, sesudahnya barulah dinalar dengan pikiran. Itulah metodenya sehingga kemampuan gaib dan ilmu-ilmu gaib bisa dikembangkan.
Sebenarnya tidak harus seseorang menjadi seorang yang mumpuni dalam hal kegaiban, karena semuanya tergantung pada unsur interest dan aspek manfaat bagi masing-masing orang, tetapi sebaiknya minimal bisa peka rasa supaya bisa merasakan dan mengetahui sesuatu yang sifatnya negatif yang akan atau sedang terjadi pada dirinya sendiri maupun keluarga dan orang-orang terdekatnya, supaya kemudian bisa melakukan tindakan preventif yang diperlukan. Jangan membodohi diri dengan menganggap semua kejadian di dunia manusia bisa dinalar dan bisa ditangani dengan cara-cara dan peralatan modern, apalagi cara-cara dan peralatan modern pun masih mempunyai keterbatasan, tidak mampu untuk digunakan mendeteksi, apalagi menangani, hal-hal yang terkait dengan kegaiban. Kebatinan / kegaiban dan cara-cara modern tidak saling menggantikan, tidak saling menghapuskan, tetapi saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Memang ada hal-hal yang dulu dianggap gaib, sekarang tidak lagi menjadi hal gaib setelah bisa dibuktikan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern. Misalnya saja ada sebuah sendang, mata air atau sungai yang walaupun airnya kelihatan bening dan bersih, tetapi akan membuat orang sakit perut bila meminum langsung air mentahnya. Pada jaman dulu dianggap tempat-tempat tersebut adalah angker, berpenghuni gaib, tidak boleh didatangi manusia, yang bahkan jika mengambil dan meminum airnya saja akan membuat orang sakit (dianggap kesambet). Tetapi pada jaman sekarang hal di atas bukan rahasia lagi, karena sudah diketahui penyebabnya, yaitu adanya unsur kuman di dalam air, yang tidak akan menyebabkan orang sakit meminumnya setelah airnya dimasak terlebih dahulu.
Memang ada hal-hal yang dulu dianggap gaib, sekarang tidak lagi menjadi hal gaib setelah bisa dibuktikan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern. Misalnya saja ada sebuah sendang, mata air atau sungai yang walaupun airnya kelihatan bening dan bersih, tetapi akan membuat orang sakit perut bila meminum langsung air mentahnya. Pada jaman dulu dianggap tempat-tempat tersebut adalah angker, berpenghuni gaib, tidak boleh didatangi manusia, yang bahkan jika mengambil dan meminum airnya saja akan membuat orang sakit (dianggap kesambet). Tetapi pada jaman sekarang hal di atas bukan rahasia lagi, karena sudah diketahui penyebabnya, yaitu adanya unsur kuman di dalam air, yang tidak akan menyebabkan orang sakit meminumnya setelah airnya dimasak terlebih dahulu.
Tetapi ada juga kegaiban yang sampai sekarang belum bisa ditemukan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern. Misalnya sampai sekarang manusia belum bisa menemukan rahasianya mengapa air sungai Gangga di India bisa bersih dari kuman (bakteri, virus, amuba), padahal airnya keruh dan sehari-harinya sungai itu diisi oleh mayat-mayat dan bangkai manusia yang mengambang (sungai Gangga menjadi tempat ritual melabuh jenazah dan abu kremasi). Secara kebatinan / spiritual diketahui bahwa penyebabnya adalah Dewi Gangga yang dengan kegaibannya menjaga kesucian sungai Gangga, tetapi dengan sikap berpikir dan peralatan modernnya manusia belum bisa menemukan rahasianya. Sekalipun bisa menemukan unsur yang membersihkan sungai Gangga dari kuman, tetapi tidak ada manusia yang mampu meniru membuatnya, walaupun sudah banyak dilakukan penelitian dengan peralatan modernnya.
Atau dengan seketika manusia bisa menghilangkan kuman dan virus dari tubuh manusia yang sedang sakit dengan menggunakan tenaga dalam, kekuatan kebatinan atau khodam, yang dengan kejeniusannya manusia belum bisa menciptakan alat untuk menirunya. Yang masih dilakukan sampai sekarang adalah membunuh kuman dan virus dengan obat-obatan medis dan antibiotik.
Kemampuan berpikir dan peralatan canggih dan modern masih mempunyai keterbatasan. Jika dengan cara itu manusia belum bisa menemukan rahasia dari hal-hal gaib, maka janganlah dipaksakan, berarti cara-cara itu tidak cukup ampuh untuk digunakan membuktikan dan menemukan rahasia dari hal-hal gaib. Dan atas terjadinya suatu fenomena gaib, karena manusia tidak bisa membuktikan / menemukan rahasianya, janganlah membodohi diri dengan mengatakan klenik / mitos / pengkultusan, kecuali fenomenanya memang tidak ada.
Olah batin, yang bersifat keilmuan, adalah tingkatan selanjutnya dari olah rasa. Kekuatan yang dihasilkan juga bukan lagi tenaga fisik atau tenaga dalam, tetapi tenaga batin. Dalam olah batin ini, orang hanya sedikit melakukan olah gerak atau olah nafas. Yang banyak dilakukan adalah mempertajam kepekaan dan kekuatan batin dengan perenungan-perenungan, berpuasa, menyepi, tirakat dan laku prihatin, amalan-amalan dan doa-doa kebatinan, semadi, tapa brata, dsb. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di bawah pusar sampai ke dahi.
Mereka yang mendalami suatu olah kebatinan biasanya memahami aspek spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual lain yang lebih tinggi biasanya tidak ditekuni, karena biasanya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual yang terkait dengan apa yang sedang dijalaninya saja sesuai yang diajarkan kepadanya. Tetapi para tokoh kebatinan, yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang kemudian mengajarkannya kepada murid-murid atau para pengikutnya, biasanya telah menguasai aspek spiritual dari kebatinannya secara mendalam dan memiliki spiritualitas yang tinggi.
Dalam olah batin kita mengolah kekuatan kebatinan, yaitu kekuatan roh kita, sukma kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan roh sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah sugesti, firasat, olah kekuatan, kepekaan dan ketajaman kebatinan, penghayatan keyakinan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.
Seperti yang sudah kita ketahui, ada roh gaib di dalam diri kita sendiri, yaitu sukma kita, atau kesatuan roh sedulur papat dan pancer kita (baca: Sedulur Papat Kalima Pancer). Kekuatan dari roh gaib kita sendiri itulah yang diolah dalam olah batin. Jadi Inti dari olah kebatinan, yang bersifat keilmuan, adalah mengolah kekuatan kita sendiri, yaitu kekuatan dari roh / sukma / batin. Kegaiban yang kemudian dihasilkan adalah kegaiban dari diri kita sendiri, bukan kegaiban dari gaib lain seperti jin atau gondoruwo (khodam ilmu).
Unsur penting dalam ilmu kebatinan adalah rasa dan sugesti (untuk meng-sugesti diri sendiri atau orang lain). Olah rasa dan olah sugesti biasanya diawali dengan melatih kepekaan batin (olah rasa) yang dilatih dengan mempelajari kegaiban alam dan kegaiban benda-benda pusaka dan jimat dan melatih mengsugesti kegaibannya, seperti dengan cara yang dicontohkan dalam tulisan Ilmu Tayuh / Menayuh Keris atau mendatangi tempat-tempat yang angker / wingit, bertirakat, melatih peka lingkungan, seperti dalam tulisan Olah Rasa dan Kebatinan.
Olah Spiritual berkaitan dengan pengolahan kekuatan spiritual manusia, kemampuan mengetahui sesuatu yang gaib, asal-usul tentang sesuatu, kejadian-kejadian pada masa lalu atau kejadian-kejadian yang akan datang, sampai pada kemampuan mengetahuisesuatu yang tidak tampak mata dan berdimensi gaib tinggi. Dalam mempelajari sesuatu, dengan olah laku spiritual orang akan mempelajari bukan hanya sebatas kulitnya saja, tetapi juga sampai kepada hakekat kesejatiannya.
Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan, menjadi satu kesatuan yang dilakukan bersama-sama.Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.
Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya, biasanya adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian ketuhanan. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai sekaligus kekuatan kebatinan dan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.
Biasanya walaupun proses laku yang dijalani oleh seseorang adalah olah kebatinan, hasilnya akan merupakan kombinasi dari kebatinan dan spiritual, dan aspek pengetahuan yang dicapainya adalah juga pengetahuan yang bersifat kebatinan dan pengetahuan spiritual. Dalam setiap sisi kebatinan yang ditekuni seseorang selalu terkandung makna spiritual yang juga harus dikuasai. Dan dalam penggunaan kekuatan kebatinan biasanya juga disalurkan melalui kekuatan pikiran, sehingga biasanya orang-orang yang menekuni kebatinan, laku kebatinannya itu bukan hanya membentuk kekuatan kebatinan, tapi juga membentuk kekuatan gaib spiritual. Dan biasanya para tokoh kebatinan dan para praktisi kebatinan, orang-orang yang benar-benar menekuni kebatinan, biasanya mempunyai kemampuan spiritual juga.
Seseorang yang menjalani laku kebatinan akan merasakan kekuatan kebatinannya di dada. Sesuai penguasaan dan pencapaiannya kekuatan kebatinannya itu akan mengisi kekuatan tangan, kaki, tubuh, menjadi kekuatan gaib yang melipatgandakan kesaktian seseorang. Selain itu kegaiban sukma dari laku kebatinannya akan membentuk dirinya menjadi seorang yang linuwih dan waskita. Pada penggunaannya selain kekuatan itu digunakan sebagai kekuatan yang mengisi tubuh, kekuatan itu juga dipusatkan di kepala, menjadi kekuatan spiritual.
Dalam proses awal laku kebatinan-spiritual, seseorang memusatkan perhatiannya secara batin, mengedepankan rasa dan kebatinan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan perhatiannya di kepala, mempertegas apa yang ada di "awang-awang", untuk menindaklanjuti ide / ilham dan bisikan gaib / wangsit untuk mempelajari lebih lanjut kesejatian spiritual dari sesuatu yang sedang dijalani. Selanjutnya berdasarkan semua ide / ilham tersebut ia akan melanjutkan pencariannya sampai ke dimensi spiritual yang lebih tinggi. Karena itu kebanyakan laku kebatinan dan spiritual seseorang akan menciptakan suatu kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya tinggi bagi orang kebanyakan, yang mengantarkannya menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Begitu juga dalam laku melatih energi kekuatan spiritual, biasanya juga dijalani dengan kombinasi kebatinan. Pada jaman dulu orang-orang yang sedang khusus menjalani laku kebatinan dan spiritual biasanya akan melakukannya dengan jalan menyepi, berpuasa, semadi, atau tapa brata. Selain dilakukan dengan tujuan mendapatkan pencerahan spiritual yang terkait dengan kesaktian atau dunia spiritual, kekuatan dari laku kebatinan dan spiritual mereka itu akan menambah tinggi kekuatan kesaktian mereka dan sekaligus juga menambah tinggi kekuatan gaib kebatinan dan spiritual mereka.
Dengan demikian laku olah spiritual biasanya dijalani seseorang bersama-sama atau merupakan kelanjutan dari laku kebatinan, sehingga olah spiritual itu sebenarnya bukanlah suatu jenis ilmu yang berdiri sendiri yang dipelajari secara tersendiri (seperti yang diajarkan pada masa sekarang dalam pelajaran praktis meditasi kundalini), tetapi sebenarnya berhubungan dan menjadi satu kesatuan dengan olah kebatinan dan merupakan tindak lanjut dari laku kebatinan. Dengan demikian seseorang yang menjalani laku spiritual biasanya adalah bagian dan kelanjutan dari laku kebatinannya dan seseorang yang menjalani laku kebatinan biasanya juga menguasai tingkat spiritualitas tertentu sesuai pencapaian spiritualnya pada bidanginterest-nya masing-masing. Baca juga : Olah Spiritual dan Kebatinan.
Ada tips sederhana untuk melatih kekuatan batin dan mental, sbb :
Di tempat yang berpenghuni mahluk halus, bila kita merinding, itu biasa. Tetapi bila kita bisa merasakan adanya tekanan di dada sampai merasa seperti sulit bernafas, berarti kita bisa merasakan keberadaan mahluk halus itu dengan rasa, ada semacam perbenturan energi di dada. Kondisi inilah yang kita inginkan untuk melatih kekuatan batin.
Tetapi bila kita merinding dan merasakan takut yang mencekam, berarti si mahluk gaib memancarkan sinyal tidak menghendaki keberadaan kita di situ. Sebaiknya kita jangan menunjukkan perilaku yang tidak pantas, misalnya sok berani tidak takut, dsb, apalagi menantang. Sebaiknya kita berhati-hati dan menghormati keberadaan mereka. Lebih baik kita menyingkir saja, cari aman. Yang penting sama-sama selamat.
Ada banyak jenis mahluk halus dan wujudnya pun bermacam-macam. Ada yang menyerupai manusia, ada juga yang menyerupai binatang. Ada yang menyeramkan, ada juga yang cantik / ganteng, enak dipandang. Tetapi walaupun sosoknya cantik / ganteng, tetap saja membuat takut. Sebenarnya yang membuat takut bukan semata-mata penampilannya, tetapi terutama adalah pancaran psikologisnya yang sengaja membuat takut manusia, sehingga walaupun manusia tidak melihat sosoknya secara jelas, tetapi pancaran psikologis itu telah dapat membuat manusia lemas ketakutan atau bahkan pingsan.
Untuk melatih membangun kekuatan rasa dan batin, pada saat kita merasa dada tertekan seperti disebut di atas (dan tidak merinding ketakutan), cobalah tenangkan batin, tetapi jangan menenangkan nafas, biarkan nafas tetap tertekan. Rasa tertekan di dada itulah yang kita cari. Lebih bagus lagi bila pada saat itu kita juga merasakan tangan dan seluruh tubuh bergetar kencang. Itu adalah gerakan perlawanan dari sukma kita plus kundalini (sejenis tenaga dalam murni). Cobalah rasa dada tertekan itu dilawan, bukan dengan menenangkan nafas, tetapi dengan menekan nafas, sampai rasa tertekan di dada hilang. Bila perlu, lakukan sedikit gerakan tangan untuk bantuan (tangan mengepal dan badan dikeraskan). Dengan beberapa kali melakukan cara sederhana seperti itu saja kita sudah melatih membangun kekuatan rasa dan kekerasan batin. Setelah beberapa kali latihan, anda bisa merasakan sendiri adanya perbedaan pada diri anda.
Cara latihan di atas tujuannya adalah untuk menguatkan mental dan keyakinan bahwa secara roh kita juga bisa berdiri berdampingan dengan mahluk halus lain. Harus ditekankan bahwa cara di atas tidak dimaksudkan sebagai sikap menantang, tetapi untuk menumbuhkan suatu keyakinan bahwa bumi ini milik semua mahluk, sehingga selama kita tidak bersikap mengganggu atau menantang, maka kita akan hidup berdampingan secara roh dengan mahluk halus lain. Cara di atas selain akan meningkatkan keyakinan / kekuatan batin, juga akan meningkatkan kekerasan batin, kekuatan sukma dan kundalini yang akan menguatkan dan menyegarkan tubuh kita.
Cara latihan di atas bisa diibaratkan seperti kita latihan bulu tangkis dengan mencari lawan latihan. Dengan sering melakukan latihan tanding dengan sendirinya kemampuan kita juga akan meningkat, sehingga yang awalnya kita belum mahir, lama-kelamaan kita bisa mengimbangi permainan lawan.
Harus diperhatikan : cara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan melawan mahluk halus tersebut (atau adu kuat dan tidak takut, apalagi menantang), tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar menguasai / mengendalikan diri. Jika selama berada di tempat tersebut kita merasakan merinding dan rasa takut yang mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan kehadiran kita. Untuk amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting:sama-sama selamat.
Sejalan dengan latihan di atas, orang-orang yang tinggal di pedesaan atau di lingkungan yang sepi yang masih banyak tempat / pohon yang angker dan wingit, orang-orang yang terbiasa melewati atau mengunjungi tempat-tempat angker dan menakutkan, dan selalu berhasil menekan rasa takutnya, akan mempunyai kekuatan sukma dan kekerasan batin yang lebih dibandingkan orang-orang yang tidak berani mendatangi atau melewati tempat-tempat yang angker.
Untuk meningkatkan kekuatan batin dan keimanan juga harus disertai dengan usaha meningkatkan kekerasan batin dan kekerasan watak, sehingga kegaiban kebatinannya menjadi bulat menyatu dengan kepribadian kita, tidak mengambang dan tidak mudah melemah.
Dengan mengimani kebersamaan Tuhan dengan kita dan mengimani kuasaNya yang mengisi tubuh dan roh kita, jangan lagi kita merasa takut dengan kegelapan, roh-roh halus dan tempat-tempat angker, tetapi jangan juga bersikap sombong dan menantang (jika kita masih merasa takut dengan kegelapan / kesunyian, berarti kita tidak mengimani kebersamaan kita dengan Tuhan).
Kita bisa melatih kekerasan batin untuk tidak takut dengan kegelapan / kesunyian, tidak takut dengan keberadaan sosok-sosok halus, tetapi harus ditekankan bahwa cara ini tidak dimaksudkan untuk menantang atau sok berani, hanya sebagai usaha untuk meningkatkan kekerasan batin dan kekuatan batin untukketahanan jiwa.
Rasa takut itu alami dan bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang-orang sakti dan yang sudah menekuni kebatinan. Tetapi harus disadari bahwa kalau kita masih takut dengan kegelapan / kesunyian dan masih takut dengan kehadiran sosok-sosok halus, berarti kekerasan batin kita lemah.
Untuk tujuan melatih kekerasan batin, untuk menekan rasa takut itu jangan digunakan amalan-amalan gaib atau doa-doa pengusir mahluk halus, tetapi tekankan pada kekerasan hati dan batin dan penghayatan dan kedekatan hati dengan Tuhan, yakin bahwa Tuhan memberikan kuasa dan kekuatan kepada kita untuk menjadi lebih kuat daripada sosok-sosok halus yang ada di sekitar kita.
Setelah mendalami pemahaman-pemahaman, dasar-dasar dan tujuan kerohanian / kebatinan, tahapan laku selanjutnya dalam olah keilmuan kebatinan adalah melakukan laku-laku tertentu, tirakat dan amalan-amalan tertentu untuk meningkatkan kekuatan sugesti, kekuatan kebatinan, mendapatkan pencerahan-pencerahan, dan memahami sisi kegaiban (sisi yang tidak tampak mata) dalam kerohanian. Tirakat dan amalan-amalan juga dilakukan untuk memperdalam ilmu-ilmu tertentu, seperti untuk kekuatan, kesaktian gaib, kekebalan, terawangan gaib, pengobatan gaib, berkomunikasi dengan roh halus, mengambil pusaka dari alam gaib, bahkan gendam, pelet dan santet. Seringkali dalam mengolah ilmu kebatinan ini tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena semuanya berkaitan dengan kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya bisa juga berasal dari roh lain (dari khodam ilmu).
Pada jaman dulu, di Jawa, mayoritas keilmuan kesaktian tingkat tinggi, baik keilmuan orang-orang dari golongan putih maupun yang dari golongan hitam, dominan didasari oleh kekuatan kebatinan, bukan semata-mata olah kanuragan dan tenaga dalam. Tetapi jenis dan aliran kebatinan yang ditekuni / dijalani oleh masing-masing orang tidak sama, tergantung tujuannya masing-masing dan tergantung juga pada jenis keilmuannya masing-masing.
Sebagian orang yang mendalami ilmu kebatinan juga mempunyai khodam pendamping atau khodam ilmu yang berfungsi sebagai penambah kekuatan kegaiban ilmu kebatinannya. Dalam mengolah ilmu-ilmu kebatinan memang seringkali tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena semuanya berkaitan dengan kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya bisa juga berasal dari roh lain (dari khodam ilmu). Tetapi kegaiban ilmu pada orang-orang kebatinan tersebut terutama berasal dari kekuatan sugesti dan kekuatan kebatinannya sendiri, sedangkan kekuatan gaib dari roh-roh lain hanyalah sebagai penambah kekuatan kegaibannya.
Bila kita sudah mengerti dan menguasai suatu laku kebatinan, maka kita akan memiliki kekuatan gaib tertentu dari kebatinan kita sendiri untuk bermacam-macam keperluan. Bahkan penggunaan tenaga dalam pun akhirnya akan bermuara menjadi tenaga batin, karena dalam menggunakan tenaga dalam tidak lagi menggunakan perasaan atau pikiran, tetapi menggunakan batin.
Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan batin ini dapat mewujudkan suatu energi yang bahkan lebih kuat dibandingkan kekuatan tenaga dalam dan melakukannya pun tidak perlu lagi dibantu dengan amalan-amalan, gerakan-gerakan tangan atau kaki atau mengatur nafas, tetapi dilakukan dengan konsentrasi batin saja, bahkan dalam posisi tiduran atau duduk bersemedi pun bisa dilakukan. Bahkan ucapan-ucapan yang dilambari niat batin untuk terjadi, akan dapat benar terjadi, saking kersaning Allah. Kegaiban sukma dari kekuatan kebatinan itulah yang mewujudkan itu terjadi. Orang yang sudah menjadi sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur). Tetapi pewujudan kata-kata ini bisa juga dilakukan oleh orang-orang berkhodam, yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam (dan perdukunan). Kemampuan itu bukan berasal dari kekuatan kebatinan, tetapi dari khodamnya yang mewujudkan kata-katanya.
Kegaiban Batin dan Sukma
Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, ada 2 jenis kekuatan gaib yang berasal dari penghayatan kebatinannya, yaitu kekuatan kebatinan dan kekuatan sukma, tetapi dalam sehari-harinya kedua jenis kekuatan gaib itu saling mengisi sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang secara keseluruhan akan menjadi kegaiban sukma yang memampukan seseorang melakukan banyak perbuatan gaib dan mengantarkan seseorang menjadi linuwihdan waskita.
Kekuatan kebatinan akan dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang dapat disalurkan menjadi getaran yang mengisi kekuatan tangan / tubuh dan dapat disalurkan menjadi seperti penggunaan tenaga dalam atau menjadi kekuatan pikiran atau melalui sorot mata sebagai kekuatan gaib yang tajam untuk menusuk menembus benteng pagaran gaib atau menyerang menusuk sukma manusia lain atau mahluk halus. Dengan kekuatan dan kepekaan batin seseorang juga akan dapat mengetahui kegaiban-kegaiban alam, kegaiban hidup, mendeteksi keberadaan mahluk halus, peka rasa, firasat dan bisikan gaib (peka sasmita) dan weruh sak durunge winarah.
Kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, menyelimuti dan mengisi tubuh, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi. Energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah. Selimut energi ini melindungi seseorang dari berbagai bentuk serangan fisik dan gaib, dapat difungsikan seperti penggunaan tenaga dalam murni, bisa digunakan untuk kekuatan fisik, membuat pagaran gaib atau mengusir / menyerang mahluk halus, menghapuskan (menghilangkan) keilmuan seseorang, mengendalikan pikiran / kesadaran seseorang (hipnotis / gendam), dan dapat juga disatukan dengan tenaga dalam yang dimiliki, sehingga akan melipat-gandakan kekuatan keilmuan kanuragan seseorang.
Kegaiban sukma merupakan gabungan dari kekuatan batin dan kekuatan sukma dan kegaibannya akan mendatangkan banyak ilham dan wangsit, dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih danwaskita dan mengenal rasa mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi, peka sasmita dan weruh sak durunge winarah.
Seseorang yang tajam batinnya akan dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya cukup untuk mewujudkan suatu kehendak perbuatan gaib, dapat mengukur kekuatan orang lain, atau mengukur apakah kekuatan sukmanya dan keilmuannya lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan dengan mahluk halus tertentu.
Getaran perbawa kebatinan seseorang akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya) dan kegaiban sukma mereka akan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang linuwih dan waskita.
Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan dengan Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, yaitu menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menyelaraskan hidup mereka dengan sifat-sifat dan kehendak Tuhan.
Dengan laku kebatinan manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada tujuan kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat sejati manusia sesuai kehendak Tuhan, supaya nantinya setelah selesainya kehidupan manusia di dunia, manusia dapat kembali dan menyatu dengan Tuhan.
Di dalam pemahaman kebatinan dan spiritual yang tinggi, pemahaman kebatinan mereka akan sampai pada pemahaman yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman yang dalam tentang sifat-sifat dan jati diri manusia yang sejati. Puncak-puncak ajaran keilmuan kebatinan tersebut seringkali diwujudkan dengan nama-nama ajaran kebatinan seperti ajaran Kasampurnan (kesempurnaan),Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.
Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen dan diajarkan dalam banyak aliran kepercayaan kebatinan di Jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.
Orang-orang yang mendalami kebatinan di atas menemukan suatu kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati , roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia. Mereka merasakan adanya suatu energi yang menyelimuti tubuh mereka, suatu kekuatan yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah. Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga, mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang paling dalam, dari sukmanya, dari jiwa yang menyembah Tuhan.
Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan dengan pikiran, hanya dibiarkan saja mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa dikendalikan secara batin. Kekuatan ini jelas bukan bagian dari kekuatan fisik, tenaga dalam atau pun kanuragan, karena kekuatan ini adalah kekuatan sukma seseorang. Kekuatan ini terkendalikan dengan menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan hati, menjadi kekuatan sukma.
Sesuai tingkat kedalaman keyakinan pada kesejatian diri dan pencapaian kekuatan kebatinan masing-masing penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai Sukma Sejati seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam diri seseorang, menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain, dan menempatkan dirinya tidak di bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain, bahkan roh-roh gaib kelas atas seperti dewa dan buto pun tidak berani datang mendekat untuk maksud menyerang. Bahkan banyak di antara mereka yang selain mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, walaupun sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).
Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri seseorang, maka kekuatan dari niat dan kehendaknya bisa menjadikan suatu kejadian gaib hanya dengan mengkonsentrasikan batinnya saja, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji, sekti tanpo aji ! Kegaiban seorang yang linuwih dan waskita. Dan semua perkataannya jadi !saking kersaning Allah. Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktian fisiknya, maka sulit sekali ada orang yang dapat menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya dan dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam, kegaiban mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Kemampuan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah mendapatkannya. Seseorang harus menempa dirinya, mesu ragapenuh keprihatinan untuk menempa batin dan sukmanya (puasa hati dan batin). Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah yang disebut puasa ngebleng. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat disamakan dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).
Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini biasanya memiliki kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal darikeselarasan batin dan sukmanya dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikannya memiliki kegaiban tinggi, dan menjadikannya orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan, membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan berprihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuanmelolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, kemampuan melihat gaib secara batin dan terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan gaib mereka, merupakan suatu kemampuan yang menyatu dalam diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.
Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan kegaiban sukma mereka menjadikan mereka berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib.
Orang-orang yang menekuni kebatinan dan spiritual, terutama kebatinan yang bersifat kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain, sehingga akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dengan kemampuan sendiri, menyandarkan dan menyelaraskan kebatinannya dengan penghayatan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang menyelaraskan diri dengan roh-roh dan kegaiban duniawi.
Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan laku kebatinan menjadikan kekuatan sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.
Banyak orang yang benar mendalami penghayatan kebatinan, misalnya yang mengikuti pendalaman kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya menjadi tidak dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan kegaiban sukmanya bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri, dsb. Kegaiban sukma mereka memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar dirinya sudah seperti itu, maka istilah-istilah sekti tanpo aji, digdaya tanpa japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti, menang tanpo ngasorake, dsb, bukan hanya menjadi slogan-slogan filosofis, tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan diterapkan dalam kehidupan mereka yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan akan luluh dan tunduk oleh perbawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati.
Perguruan Kebatinan
Umumnya kelompok-kelompok kebatinan dalam bentuk aliran-aliran kebatinan tidak secara langsung mengajarkan kesaktian, biasanya hanya murni mengajarkan penghayatan ketuhanan saja. Tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan ketuhanan itu dapat juga dipergunakan untuk keilmuan gaib dan kesaktian. Karena itu di dalam aliran-aliran kebatinan, selain diajarkan penghayatan keTuhanan, juga diajarkan hal-hal yang bersifat keilmuan, sebagian berupa amalan-amalan untuk mengsugesti / menggerakkan kegaiban sukma untuk menciptakan kejadian-kejadian gaib seperti dalam keilmuan gaib dan khodam. Dalam hal ini sumber kekuatannya adalah kekuatan sukma mereka sendiri. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.
Sebagian besar aliran kebatinan tidak mengajarkan hal-hal yang langsung bersifat mengagungkan kesaktian. Yang diajarkan biasanya hanyalah kemampuan-kemampuan tertentu saja sebagai bekal ilmu dalam kehidupan sehari-hari, seperti ilmu pengobatan (sakit fisik maupun gangguan gaib), ilmu menangkal dan menaklukkan serangan gaib, membuat perisai pagaran gaib dari berbagai macam bentuk serangan, dan membentuk perbawa dan karisma kebatinan untuk menaklukkan sifat-sifat dan perilaku jahat manusia (menundukkan kejahatan dengan wibawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati). Dengan demikian, selain mereka memiliki kegaiban yang murni berasal dari penghayatan keselarasan sukmanya dengan keillahian Tuhan, mereka juga memiliki kemampuan lain sebagai bekal menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Di sisi lain, ada pelajaran kebatinan untuk orang-orang yang bergerak di dunia kesaktian (persilatan). Dalam hal ini perkumpulan mereka bukanlah aliran kebatinan yang mengajarkan ilmu-ilmu kesaktian, tetapi adalah perguruan kanuragan yang berlatar belakang kebatinan. Contoh yang terkenal adalah perguruan silat Shaolin.
Sebelum berkembangnya agama Islam, di Jawa juga banyak perguruan silat seperti itu. Selain mengajarkan hal-hal yang bersifat kesaktian, mereka juga mengajarkan hal-hal yang bersifat kebatinan kerohanian untuk membentuk kepribadian yang berbudi pekerti dan berwatak ksatria. Cerita awal terbentuknya perguruan-perguruan tersebut juga mirip dengan perguruan Shaolin di atas.
Perguruan-perguruan itu mengajarkan keilmuan persilatan dan keilmuan gaib, didasari dengan ajaran kebatinan kerohanian. Adanya unsur olah batin menyebabkan kekuatan batin dan sukma mereka menjadi tinggi, yang juga berguna sebagai unsur kegaiban yang melipatgandakan kekuatan fisik kanuragan dan tenaga dalam. Dalam hal ini selain mereka mempunyai kesaktian kanuragan, diri mereka sendiri juga mengandung kegaiban dari kebatinan yang menyebabkan kekuatan gaib dan kanuragan mereka menjadi tinggi, yang jelas berbeda dengan yang hanya mempelajari olah kanuragan saja atau ilmu gaib saja.
Perguruan-perguruan tersebut di Jawa biasanya bermula dari adanya seorang Panembahan / Biksu / Begawan yang membangun sebuah padepokan kecil. Karena seorang Panembahan adalah juga seorang spiritualis agama, maka kemudian banyak orang yang datang untuk mengabdi, belajar agama, ngenger menjadi cantrik-cantrik yang melayani keperluan sang Panembahan sehari-hari.
Seiring berjalannya waktu yang datang belajar di padepokan itu bukan hanya rakyat biasa, tetapi juga para ksatria dunia persilatan, prajurit, senopati dan pejabat-pejabat kerajaan. Ketika tidak sedang bertugas mereka menyempatkan diri untuk tinggal di padepokan dan belajar agama (agama pada waktu itu). Mulailah disitu ada yang belajar dan ada yang mengajarkan ilmu beladiri dan keprajuritan. Sang Panembahan sendiri biasanya hanya mengajarkan penghayatan kebatinan keagamaan, tetapi kepada murid-murid yang sudah senior Panembahan itu juga membentuk watak ksatria dan membimbing keilmuan kanuragan mereka sehingga kesaktian mereka menjadi meningkat tajam. Dengan demikian selain pelajaran penghayatan kebatinan keagamaan, para murid juga mendapatkan bimbingan dalam olah kanuragan dan keilmuan batin sebagai landasan keilmuan kanuragan mereka. Laku prihatin dan puasa / tirakat, semadi dan tapa brata akan mengisi laku olah kebatinan mereka.
Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga) adalah salah satu tokoh kebatinan jawa, sekaligus juga tokoh dunia persilatan pada masanya. Beliau adalah cucu raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya. Ketika Prabu Brawijaya memilih lengser dari keprabuannya, Ki Ageng Pengging kembali ke daerah asalnya di Pengging, menjadi Kepala / Penguasa Kadipaten Pengging sebagai warisan dari ayahnya yang menjadi menantu Prabu Brawijaya.
Selain dihormati sebagai seorang keturunan raja Majapahit, Ki Ageng Pengging juga dihormati karena kesaktian kanuragannya yang sangat tinggi dan juga seorang yang linuwih dan waskita dalam hal spiritual dan kerohanian, seorang tokoh manusia yang sangat sulit dicari tandingannya pada jamannya.
Di tempat tinggalnya Ki Ageng Pengging mendirikan sebuah padepokan kebatinan sendiri. Para prajurit yang setia mengabdi kepadanya bersama keluarga mereka tinggal di sekitar rumah dan padepokan itu, membentuk sebuah desa baru di sekitar tempat tinggalnya. Selain selalu berlatih beladiri dan keprajuritan, mereka juga menekuni penghayatan kerohanian bersama Ki Ageng Pengging.
Di Pengging itu pula Syech Siti Jenar berkenan mendirikan sebuah padepokan / pesantren di tempat yang disediakan oleh Ki Ageng Pengging. Di tempat itu seringkali Ki Ageng Pengging dan Syech Siti Jenar saling bercakap bertukar pikiran. Mereka saling belajar seorang kepada yang lain. Ki Ageng Pengging belajar agama Islam kepada Syech Siti Jenar, sebaliknya Syech Siti Jenar belajar penghayatan kebatinan ketuhanan cara jawa kepada Ki Ageng Pengging. Masing-masing tidak menempatkan diri sebagai guru atau murid, tetapi masing-masing saling menghormati dan saling bersikap sebagai "orang tua" yang "menularkan" pengetahuan kepada yang lain.
Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan, yang kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau Jawa. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama. Agama bisa apa saja, tetapi masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama Hindu dan Budha yang lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan spiritualisme Jawa.
Syech Siti Jenar pada dasarnya adalah seorang ulama / pengajar agama Islam yang datang dari luar Jawa. Pengetahuan kebatinan jawa dipelajarinya dari Ki Ageng Pengging dan yang dipelajarinya hanyalah intisarinya saja, untuk menambah wawasan kebijaksanaannya tentang kejawaan dan menambah kedalaman kebatinan ketuhanannya sendiri. Ajaran kejawen itu pada dasarnya adalah ajaran penghayatan ketuhanan dari sudut pandang orang Jawa. Dan atas pemahamannya pada ajaran kebatinan ketuhanan jawa itu Syech Siti Jenar menemukan banyak pencerahan mengenai agamanya sendiri, agama Islam, mendapatkan sudut pandang lain tentang pemahaman ketuhanan yang tidak akan didapatkannya jika hanya mengikuti tata cara Islam seperti yang selama ini dijalaninya.
Pemahaman yang dalam mengenai ketuhanan Islam setelah menjalani laku penghayatan kebatinan ketuhanan cara Jawa telah memperkaya wawasan ketuhanan Syech Siti Jenar dan menjadi bahan untuk mengajarkan agama Islam di pulau Jawa. Semua pengetahuan itu berguna dalam mengadaptasikan ajaran Islam kepada masyarakat jawa pada saat itu yang mayoritas adalah penganut kejawen, dan berguna untuk bertukar pikiran atau berdebat tentang ketuhanan dan agama, tetapi selain itu laku penghayatan kebatinan itu juga telah menambah tinggi kekuatan kebatinan dan kegaiban sukma Syech Siti Jenar sendiri.
Pada jaman dulu kehidupan manusia kental berhubungan dengan kesaktian. Pada tingkat kesaktian yang tinggi seseorang tidak hanya melatih keilmuannya dengan olah kanuragan dan tenaga dalam, tetapi juga dengan laku kebatinan. Laku prihatin, berpuasa bahkan tapa brata akan mengisi lakunya. Karena itu orang-orang jaman dulu yang menekuni kebatinan biasanya adalah juga orang-orang yang berilmu kesaktian tinggi, yang sudah melewati masa-masa pelatihan olah kanuragan dan tenaga dalam. Bahkan banyak kemudian yang pada masa tuanya mengaso meninggalkan keduniawiannya, mandito, danmenepi, menjadi seorang panembahan atau pertapa, untuk lebih menekuni dunia kerohanian ketuhanan.
Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.
Orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan dan spiritual, terutama keilmuan yang berasal dari kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari kekuatan gaib lain, sehingga mereka akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan sendiri, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang.
Karena itu seringkali kesaktian gaib dari orang yang benar menekuni olah kebatinan dan spiritual hasilnya akan jauh lebih tinggi dibandingkan yang menekuni ilmu gaib dan khodam. Contohnya seperti para Pandawa, selama hidupnya di dunia ataupun sukmanya sekarang di alam roh, kesaktiannya lebih tinggi daripada bangsa buto. Atau Budha Gautama yang kesaktiannya berada jauh sekali di atas para Pandawa. Atau dari tanah jawa, ada Prabu Airlangga yang kesaktiannya setingkat buto. Atau Ki Ageng Pengging yang ternyata jauh lebih sakti daripada para Pandawa. Atau juga Resi Mayangkara yang bahkan berhasil meningkatkan kesaktian Dewa Hanoman menjadi dua kali lipat daripada sebelumnya. Selain itu masih ada banyak orang yang kesaktiannya tinggi, tetapi sayangnya mereka tidak dikenal umum.
Sifat kekuatan yang mendasari kesaktian tingkat tinggi manusia jaman dulu, baik keilmuan aliran putih maupun aliran hitam, adalah dominan dari kebatinan, bukan semata-mata berasal dari kanuragan dan tenaga dalam saja atau ilmu gaib dan khodam. Contoh di atas adalah contoh tokoh-tokoh pelaku kebatinan yang dianggap berwatak baik, tetapi selain mereka, ada banyak tokoh-tokoh kebatinan yang berwatak jahat, yang dulunya hidup sebagai tokoh-tokoh kebatinan dan persilatan golongan hitam.
Dengan demikian harus kita sadari bahwa masih banyak sosok-sosok jahat sukma manusia di alam gaib yang berkesaktian tinggi, hanya saja sosok-sosok sakti dari jenis sukma manusia secara umum lebih jarang diketahui interaksinya oleh manusia. Yang paling sering diketahui berinteraksi dengan manusia adalah dari jenis bangsa jin. Dengan demikian kita menjadi paham bahwa tidak semua pelaku kebatinan adalah tokoh-tokoh manusia yang baik, dan tidak semua laku kebatinan bersifat baik, karena ada juga laku kebatinan dari aliran hitam, dan laku kebatinan itu adalah jalan yang ditempuh untuk ambisinya mendapatkan kekuatan, kesaktian dan kekuasaan.
Pemahaman yang dalam mengenai ketuhanan Islam setelah menjalani laku penghayatan kebatinan ketuhanan cara Jawa telah memperkaya wawasan ketuhanan Syech Siti Jenar dan menjadi bahan untuk mengajarkan agama Islam di pulau Jawa. Semua pengetahuan itu berguna dalam mengadaptasikan ajaran Islam kepada masyarakat jawa pada saat itu yang mayoritas adalah penganut kejawen, dan berguna untuk bertukar pikiran atau berdebat tentang ketuhanan dan agama, tetapi selain itu laku penghayatan kebatinan itu juga telah menambah tinggi kekuatan kebatinan dan kegaiban sukma Syech Siti Jenar sendiri.
Pada jaman dulu kehidupan manusia kental berhubungan dengan kesaktian. Pada tingkat kesaktian yang tinggi seseorang tidak hanya melatih keilmuannya dengan olah kanuragan dan tenaga dalam, tetapi juga dengan laku kebatinan. Laku prihatin, berpuasa bahkan tapa brata akan mengisi lakunya. Karena itu orang-orang jaman dulu yang menekuni kebatinan biasanya adalah juga orang-orang yang berilmu kesaktian tinggi, yang sudah melewati masa-masa pelatihan olah kanuragan dan tenaga dalam. Bahkan banyak kemudian yang pada masa tuanya mengaso meninggalkan keduniawiannya, mandito, danmenepi, menjadi seorang panembahan atau pertapa, untuk lebih menekuni dunia kerohanian ketuhanan.
Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.
Orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan dan spiritual, terutama keilmuan yang berasal dari kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari kekuatan gaib lain, sehingga mereka akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan sendiri, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang.
Karena itu seringkali kesaktian gaib dari orang yang benar menekuni olah kebatinan dan spiritual hasilnya akan jauh lebih tinggi dibandingkan yang menekuni ilmu gaib dan khodam. Contohnya seperti para Pandawa, selama hidupnya di dunia ataupun sukmanya sekarang di alam roh, kesaktiannya lebih tinggi daripada bangsa buto. Atau Budha Gautama yang kesaktiannya berada jauh sekali di atas para Pandawa. Atau dari tanah jawa, ada Prabu Airlangga yang kesaktiannya setingkat buto. Atau Ki Ageng Pengging yang ternyata jauh lebih sakti daripada para Pandawa. Atau juga Resi Mayangkara yang bahkan berhasil meningkatkan kesaktian Dewa Hanoman menjadi dua kali lipat daripada sebelumnya. Selain itu masih ada banyak orang yang kesaktiannya tinggi, tetapi sayangnya mereka tidak dikenal umum.
Sifat kekuatan yang mendasari kesaktian tingkat tinggi manusia jaman dulu, baik keilmuan aliran putih maupun aliran hitam, adalah dominan dari kebatinan, bukan semata-mata berasal dari kanuragan dan tenaga dalam saja atau ilmu gaib dan khodam. Contoh di atas adalah contoh tokoh-tokoh pelaku kebatinan yang dianggap berwatak baik, tetapi selain mereka, ada banyak tokoh-tokoh kebatinan yang berwatak jahat, yang dulunya hidup sebagai tokoh-tokoh kebatinan dan persilatan golongan hitam.
Dengan demikian harus kita sadari bahwa masih banyak sosok-sosok jahat sukma manusia di alam gaib yang berkesaktian tinggi, hanya saja sosok-sosok sakti dari jenis sukma manusia secara umum lebih jarang diketahui interaksinya oleh manusia. Yang paling sering diketahui berinteraksi dengan manusia adalah dari jenis bangsa jin. Dengan demikian kita menjadi paham bahwa tidak semua pelaku kebatinan adalah tokoh-tokoh manusia yang baik, dan tidak semua laku kebatinan bersifat baik, karena ada juga laku kebatinan dari aliran hitam, dan laku kebatinan itu adalah jalan yang ditempuh untuk ambisinya mendapatkan kekuatan, kesaktian dan kekuasaan.
Karakteristik Ilmu Kebatinan dan Ilmu Gaib / Khodam
Di dalam semua jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual. Yang pertama adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual yang mendasari suatu keilmuan (yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang). Yang kedua adalah ilmu-ilmu / kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang).
Dalam laku mengolah kekuatan kebatinan dan sukma banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang panjang dan membosankan, seperti laku puasa (puasa mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni), menyepi, laku prihatin dan tirakat, semadi / meditasi, tapa brata, pembacaan amalan / doa kebatinan, dsb. Seringkali laku-laku tersebut dianggap hanya sebagai keharusan / formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang dapat merasakan manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang yang dapat mengukur kekuatan kebatinan yang telah dicapai. Akibatnya, mereka yang mempelajari kebatinan, terutama kalangan muda, akan membelokkan perhatiannya untuk tidak menekuni olah kekuatan kebatinan, tetapi menekuni pengolahan ilmu-ilmu kebatinan saja, seperti ilmu-ilmu untuk kekuatan / kesaktian, pengasihan, pelet, pelaris dagangan, pengobatan gaib, bahkan teluh dan santet. Pelajaran ilmu-ilmu itu memang lebih menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat dipraktekkan / dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian kemudian mereka berbelok menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam saja, termasuk yang berlatar belakang kebatinan atau agama.
Tujuan dalam mempelajari ilmu gaib penekanannya adalah langsung pada hasil yang ingin dicapai, yaitu keberhasilan dalam menguasai dan mempraktekkan ilmu-ilmu gaib tertentu, bukan mengoptimalkan potensi diri atau mengolah kebatinan, juga dalam pembelajarannya tidak diperlukan filosofi-filosofi kebatinan untuk membentuk kerohanian / kebatinan pelakunya.
Dengan kata lain, ilmu gaib adalah jenis ilmu terapan, yaitu ilmu yang tujuan mempelajarinya adalah untuk langsung bisa mempraktekkan kegaiban, untuk melakukan perbuatan-perbuatan gaib, dengan membacakan mantra-mantra atau amalan gaib.
Jenis keilmuan ini tidak dijalani dengan laku kebatinan seperti yang dilakukan oleh orang-orang kebatinan. Kebanyakan jenis keilmuan ini dilakukan orang sebagai jalan pintas untuk bisa cepat memiliki kemampuan gaib dan langsung mempraktekkannya, dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan gaib.
Karena tujuannya adalah bukan untuk mengolah potensi kebatinan dan laku yang dijalani juga tidak persis sama dengan laku kebatinan, maka jenis ilmu gaib dan ilmu khodam ini tidaklah sama dengan ilmu kebatinan. Kepekaan rasa dan batin, peka sasmita / wangsit, kekuatan kebatinan / spiritual, dsb, yang bisa mengantarkan seseorang menjadi mumpuni dalam hal kebatinan dan kegaiban,linuwih dan waskita, tidak akan dicapai dengan menjalani keilmuan ini.
Dalam keilmuan gaib dan khodam ada juga mantra-mantra seperti dalam ilmu kebatinan yang terkait dengan pendayagunaan roh sedulur papat sebagai khodam bagi seseorang. Tetapi ilmu itu hanya akan bekerja jika sedulur papat seseorang sudah cukup kuat, sehingga bisa menjadi khodam baginya. Tetapi pada masa sekarang kondisi kuatnya sedulur papat itu, sekalipun seseorang mengikuti perkumpulan kebatinan, kelihatannya akan sulit dicapai, karena pembelajarannya dan orientasi pesertanya sudah banyak berubah, tidak lagi berorientasi pada laku memperkuat kebatinan, tetapi mengarah pada keinginan untuk menguasai ilmu gaib, yang di Jawa bisa mewujud dalam bentuk aliran ilmu gaib kejawen atau aliran Islam kejawen.
Pada jaman dulu orang mengikuti perkumpulan kebatinan seperti yang sekarang dikenal seperti Sapto Darmo, Pangestu, dsb, bukan semata-mata sebagai olah keilmuan kebatinan, tetapi juga merupakan laku ketuhanan, sehingga para peserta yang menekuninya bisa memiliki kebatinan yang kuat. Sedangkan pada masa sekarang orang sudah menganut agama sendiri-sendiri, sehingga kepengikutannya dalam perkumpulan-perkumpulan kejawen seperti itu tidak lagi ditekuni dengan semestinya, bukan lagi menjadi sarana laku ketuhanan, tetapi mengarah pada keinginan atas keilmuan gaib saja. Akibatnya para pesertanya tidak lagi memiliki kebatinan yang tinggi seperti yang seharusnya.
Karena itu lakunya kemudian bukan lagi untuk kebatinan, tetapi mengarah pada keilmuan gaib saja, dan kekuatan gaibnya, walaupun juga ada menggunakan mantra-mantra sedulur papat, tetapi yang bekerja bukanlah sedulur papatnya, tetapi adalah khodam ilmu yang dibekali kepada masing-masing pesertanya.
Orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam juga bisa peka rasa dan mengerti kegaiban, dan mempunyai kekuatan gaib, tetapi kebanyakan kadarnya rendah, hanya akan sama dengan tingkatan pemula dalam olah kebatinan. Kelebihan utama ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada usaha yang lebih mudah dalam mempelajarinya, yaitu dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib saja. Dalam tempo yang relatif cepat orang akan sudah bisa mempraktekkan kemampuannya dalam keilmuan gaib, dengan hanya membacakan / mewirid amalan dan mantra ilmu gaib atau dengan menggunakan khodam ilmu saja.
Sebenarnya, ilmu gaib dan ilmu khodam adalah bagian dari ilmu kebatinan, yaitu bagian dari ilmu kebatinan yang menekankan padakekuatan sugesti (disebut ilmu sugesti, yaitu praktek ilmu yang menekankan pada kemampuan bersugesti pada kekuatan pikiran, atau kekuatan mengsugesti amalan gaib dan mantra dan kekuatan mengsugesti khodamnya). Dalam mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan batin untuk mengsugesti amalan-amalan gaib dan mantra dan untuk mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni untuk keberhasilan mempraktekkan keilmuan tersebut, bukan dalam rangka laku kebatinan atau spiritual, walaupun ada yang berlatar belakang kebatinan atau agama.
Ada juga perguruan dan orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan keilmuan gaib. Sekalipun juga mengajarkan kerohanian / agama, tapi tidak mengajarkan olah batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal ini perguruan tersebut tidak termasuk sebagai aliran / perguruan kebatinan, tetapi tergolong sebagai perguruan silat saja, atau perguruan ilmu gaib dan ilmu khodam saja, walaupun ada yang berlatar belakang kebatinan atau agama.
Tujuan utama orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk laku kebatinan atau untuk kesaktian kanuragan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan kesaktian. Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah kegaiban sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan kekuatan keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang tersebut terutama adalah berasal dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah dengan olah kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti ilmu gaib dan khodam.
Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya adalah murni untuk keberhasilan menguasai / mempraktekkan keilmuannya tersebut, bukan dalam rangka laku kebatinan dan spiritual. Dengan demikian ilmu gaib dan ilmu khodam ini bersifat ilmu terapan yang menekankan pada keberhasilan prakteknya. Sekalipun dalam pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau pun agama, tetapi kekuatan keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan sugesti mereka pada amalan gaib dan mantra dan kekuatan mereka mengsugesti kegaiban khodamnya.
Karena perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan ini dilakukan pembedaan antara keilmuan yang berdasar pada kebatinan dan spiritual dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan, perbedaan ilmu gaib dan ilmu khodam dengan ilmu kebatinan sangat tipis, karena semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan karena di dalamnya juga ada mantra-mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat, maka pengertian dan istilah kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda.
Tetapi ada satu hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :
Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan laku kebatinan menjadikan kekuatan sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.
Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan mereka lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk mengsugesti amalan-amalan dan mantra ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka, sehingga tidak membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Walaupun proses laku mereka itu juga menambah kekuatan sukma mereka, tetapi tidak banyak.
Karena adanya perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka benar merupakan ilmu batin / kebatinan.
Jika tidak mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau lupa dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni kebatinan tetap dapat melakukan keilmuan gaib mereka dengan mengandalkan kemampuan mengsugesti kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak).
Sedangkan para praktisi ilmu gaib, kekuatan ilmunya ada pada kekuatan mengsugesti amalan ilmu dan mantra, sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa dengan amalan ilmunya seringkali mereka tidak dapat berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan kalau tidak punya amalannya atau lupa pada bunyi mantranya).
Namun praktisi ilmu gaib berkhodam (dan yang mempunyai khodam pendamping), tanpa amalan ilmunya atau lupa pada mantranya, kemampuan gaibnya akan bergantung pada khodamnya apakahkhodamnya itu akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Sedangkan para praktisi ilmu gaib, kekuatan ilmunya ada pada kekuatan mengsugesti amalan ilmu dan mantra, sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa dengan amalan ilmunya seringkali mereka tidak dapat berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan kalau tidak punya amalannya atau lupa pada bunyi mantranya).
Namun praktisi ilmu gaib berkhodam (dan yang mempunyai khodam pendamping), tanpa amalan ilmunya atau lupa pada mantranya, kemampuan gaibnya akan bergantung pada khodamnya apakahkhodamnya itu akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Masing-masing amalan gaib dan mantra mempunyai sifat dan latar belakang sendiri-sendiri, apakah bersifat kebatinan ataukah hanya bersifat kekuatan mantra saja. Untuk lebih menjamin keampuhannya maka dalam mengamalkan sebuah amalan gaib kita harus bisa menentukan apakah harus murni mengandalkan kekuatan mengsugesti mantra / amalan gaib, ataukah harus dengan mengsugesti kebatinan kita sendiri (menggerakkan kekuatan kebatinan), ataukah amalan itu harus langsung ditujukan kepada khodam ilmu / pendamping.
Dalam mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti dalam melakukannya :
Yang pertama adalah sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam.
Dengan model pendekatan ini sugestinya ditekankan pada bentuk dan bunyi amalan gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau membacanya salah bunyinya, seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau sekalipun ilmunya bekerja, biasanya tidak besar kegaibannya.
Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam mendasarkan kekuatan ilmunya pada kemampuan mengsugesti amalan gaib dan mantra, sehingga dalam membacakan amalan gaibnya tidak boleh salah, dan tidak boleh lupa dengan bunyi amalannya (apa yang harus diwirid kalau lupa amalannya ? ).
(Karena fokusnya pada kemampuan mengsugesti amalan gaib, seringkali kegaiban yang terjadi tidak diketahui darimana asalnya, dari batinnya sendiri, dari khodam ilmu / pendamping, ataukah dari mahluk halus lain yang datang (juga tidak tahu mahluk halus yang datang itu apa, siapa, dan perwatakannya baik ataukah tidak). Yang dipentingkan adalah keampuhannya. Selama ilmunya itu bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan ampuh, begitu juga sebaliknya, jika ilmunya tidak bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan tidak ampuh).
Yang kedua adalah sugesti kebatinan.
Dengan model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yaitu ke dalam batin sendiri, sukmanya sendiri, atau ditujukan kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan amalan gaibnya. Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan kontak batin antara kebatinannya dengan sosok-sosok tersebut, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya salah atau salah membaca amalannya, selama ia bisa bersugesti batin seperti itu, bisa kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena batinnya dan khodamnya mengerti maksud dan tujuan sugestinya.
Dengan sugesti kebatinan, walaupun lupa bunyi amalannya, kita tetap bisa menjalankan ilmunya dengan cara mengsugesti batin kita sendiri, atau sambat saja kepada khodam ilmu / pendamping.
(Dengan cara-cara kebatinan kita akan tahu sendiri kegaibannya berasal darimana, apakah berasal dari sukma kita sendiri (roh pancer dan sedulur papat), ataukah dari khodam ilmu / pendamping, khodam keris / jimat, atau dari mahluk halus lain. Jika berasal dari mahluk halus lain kita juga akan tahu apakah perwatakannya baik ataukah tidak).
Amalan keilmuan yang bersifat kejawen sebaiknya kita lakukan dengan sugesti kebatinan untuk mengsugesti sukma kita (roh pancer dan sedulur papat) dan adanya kembangan-kembangan dalam amalan gaibnya akan memperkaya sugesti kebatinan kita.
Amalan keilmuan yang berbahasa arab dilakukan dengan sugesti ilmu gaib / khodam, tidak boleh salah membacanya, dan tidak boleh lupa bacaan amalannya.
Amalan keilmuan yang bekerjanya menggunakan khodam, dalam membacakan amalannya sebaiknya ditujukan langsung kepada khodamnya (atau benda gaibnya).
Ilmu-ilmu dalam ilmu kebatinan dapat sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya. Kegaiban yang dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dengan amalan-amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-ilmu kebatinan. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.
Sedangkan kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam terutama berasal dari kekuatan mengsugesti amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan mengsugesti kegaiban khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma.
Dalam mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan arti amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut.
Karena bersifat kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati isi dan arti suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukannya sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah kekuatan sukma dan penghayatan dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan sukmanya menjalankan ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan seseorang pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya. Dan sugesti ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman / keselarasan sukmanya dengan ilmunya itu tidak melemah.
Salah satu kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah rasa dan sugesti, sehingga seseorang yang sudah menguasai ilmu rasa dan sugesti, maka dia akan dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan sukmanya sesuai penghayatan pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bunyi mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah rasa, terutama ditujukan pada rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib.
Secara kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak amalan ilmu, tidak perlu mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama adalah kemampuan sugesti dan pemahaman / penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal bunyi mantranya, tapi harus tahu isi / sifat bentuk dan tujuan keilmuannya. Dia juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham yang didapatnya. Dan bila menemukan / menerima suatu amalan ilmu baru, dia akan dapat mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun tidak memiliki khodam ilmunya.
Untuk memperkuat keilmuannya, secara kebatinan orang tersebut harus memperdalam penghayatan dan menguatkan keyakinan kebatinannya dan meningkatkan kepekaan rasa dan kemampuan sugestinya pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan kebatinannya. Untuk maksud itu para penganut kebatinan akan banyak melakukan perenungan-perenungan, laku tirakat dan puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa brata.
Amalan tersebut di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang yang menganut ilmu gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, maka orang tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja ilmu itu diamalkan, ilmu itu akan bekerja. Orang tersebut tidak mengandalkan kekuatan sukmanya, karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan ilmu dan khodamnya, bukan sukmanya, dan tidak perlu tahu arti kalimat-kalimat dalam amalannya, hanya perlu menghapalkannya dan mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan bekerja kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan (konsentrasi) sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mempraktekkannya, orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya.
Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah menerima transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan). Bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya / transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya orang-orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu.
Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan.
Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya bergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya). Mereka harus hapal dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak hapal bunyi mantranya ? ).
Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hapal dengan bunyi mantranya (kalau tahu dan hapal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus mengerti maksud ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka lakukan adalah mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).
Tujuan dari dilakukannya pembedaan antara ilmu-ilmu kebatinan dengan yang asli ilmu gaib dan ilmu khodam adalah supaya kita dapat dengan benar membedakan pengertiannya, mengetahui sisi spiritual keilmuannya, mengetahui masing-masing kelebihannya (untuk ditingkatkan) dan kekurangannya (untuk dilengkapi), dan untuk mengetahui cara-cara mengembangkannya atau untuk meningkatkan kualitas keilmuannya, sesuai jenis keilmuan masing-masing yang digeluti. Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah menerima transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan). Bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya / transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya orang-orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu.
Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan.
Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya bergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya). Mereka harus hapal dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak hapal bunyi mantranya ? ).
Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hapal dengan bunyi mantranya (kalau tahu dan hapal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus mengerti maksud ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka lakukan adalah mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).
Kelebihan utama ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada kekuatan gaib batin dan sukma mereka yang biasanya jauh melebihi kekuatan gaib ilmu gaib dan ilmu khodam. Kegaiban batin dan sukma mereka juga menyebabkan mereka tidak bergantung pada adanya sosok khodam ilmu dan khodam pendamping, karena kegaiban batin dan sukma mereka sendiri sudah menjadi "khodam" bagi mereka (roh pancer dan sedulur papatnya bisa menjadi khodam bagi mereka).
Kelebihan lainnya adalah pada kekuatan batin dan kemampuan olah rasa dan sugesti untuk menggerakkan kegaiban batin dan sukma mereka untuk melakukan banyak kegaiban seperti dalam ilmu-ilmu gaib dan khodam, tanpa perlu harus berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid suatu amalan gaib.
Misalnya, sekalipun seorang praktisi ilmu kebatinan tidak membutuhkan adanya khodam gaib, tetapi jika memang dibutuhkan, dengan kekuatan kebatinannya, dan kekuatan rasa dan sugesti, dan kontak batin, mereka dapat menghadirkan sesosok khodam dengan seketika, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk mendatangkan sesosok gaib, atau hanya untuk mengisikan khodam gaib ke dalam sebuah benda jimat. Atau jika sudah mengetahui sosok gaib yang diinginkannya, dengan kekuatan kebatinannya dia dapat menariknya dengan seketika dan memasukkannya ke dalam benda gaibnya.
Begitu juga untuk melakukan pembersihan gaib, dengan kekuatan kebatinannya mereka hanya perlu bersugesti untuk membuat bola pagaran gaib dengan kekuatan tertentu atau memancarkan energi untuk mengusir roh-roh jahat, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk pembersihan gaib atau untuk membuat pagaran gaib yang juga belum tentu bagus keampuhannya.
Khodam-khodam ilmu dan pendamping yang kekuatannya tinggi bagi para pelaku keilmuan gaib, akan terlalu rendah kekuatannya bagi yang benar menekuni kebatinan yang akan dapat dengan mudah mereka hapuskan keberadaannya. Dan untuk keperluan pembersihan gaib orang akan bisa mengukur kekuatannya sendiri ketika berhadapan dengan sosok-sosok gaib tertentu. Jika seseorang sudah mempunyai kekuatan kebatinan yang cukup tinggi, melakukannya tidak perlu dengan bisa melihat gaib, cukup dengan cara kontak rasa untuk mendeteksi sasarannya (keberadaan gaibnya), kemudian memancarkan energi kebatinan untuk mengusirnya.
Dalam hal kejadian di atas, para praktisi kebatinan dapat mengukur tingkat kekuatan gaib yang dibutuhkannya dan dapat menilai karakter sosok gaibnya. Misalnya dalam mengisikan khodam ke dalam benda gaib, para praktisi ilmu kebatinan biasanya dapat mengukur kekuatan khodamnya dan dapat menilai baik-tidaknya karakter sosok gaib tersebut, sedangkan para praktisi ilmu gaib seringkali malah tidak tahu apa dan siapa sosok gaib yang masuk ke dalam benda gaibnya itu, karena bisanya hanya mewirid amalannya saja.
Kelebihan lainnya adalah kombinasi dari kegaiban batin dan sukma mereka dan kemampuan olah rasa dan sugesti dapat mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita, mengerti kegaiban hidup dan kegaiban alam.
Sedangkan kelemahan utama ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada usaha yang lebih berat dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi tidak tertarik untuk menjalaninya. Kelemahan lainnya adalah kurangnya variasi dalam keilmuan gaib mereka dibandingkan yang dipelajari dalam ilmu gaib dan ilmu khodam, karena tujuan mereka biasanya bukan untuk keilmuan gaib / khodam, tetapi untuk penghayatan kebatinan dan spiritual.
Kelebihan utama ilmu yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual adalah pada usaha yang lebih ringan dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi lebih tertarik untuk menjalaninya. Kelebihan lainnya adalah pada banyaknya variasi dalam keilmuan gaib mereka (banyaknya variasi amalan-amalan dan mantra) dan hasilnya bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka memang untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan gaib / khodam.
Sedangkan kelemahan utama ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual terutama adalah pada kekuatan gaib ilmunya yang jauh lebih rendah (pada ilmu yang sejenis). Orang lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah kebatinan, hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib dan mantra / amalan ilmu khodam saja.
Walaupun variasi ilmunya banyak, tetapi karena kekuatan gaibnya lebih rendah, biasanya praktek keilmuan mereka dapat dengan mudah dilunturkan keampuhannya (dan seringkali tidak dapat digunakan untuk menyerang orang-orang kebatinan dan spiritual).
Masing-masing jenis keilmuan mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Segala bentuk keilmuan batin / gaib akan sangat bergantung pada sumber kekuatan ilmunya dan perbendaharaan jenis ilmu. Untuk dapat menguasai suatu keilmuan secara sempurna dengan daya kekuatan yang tinggi seseorang juga harus mengenal sumber kekuatan keilmuannya, meningkatkan kekuatan ilmunya dan melengkapi kekurangannya.
Kemampuan untuk mengsugesti batin / sukma, kemampuan untuk bersugesti pada amalan gaib, dan kemampuan mengsugesti kegaiban khodamnya adalah hal-hal pokok yang harus dikuasai dalam keilmuan batin / gaib. Tetapi untuk meningkatkan kekuatan keilmuannya jangan hanya berfokus pada praktek sugesti amalan gaib saja, sumber kekuatan ilmunya harus juga diketahui dan harus ditingkatkan kualitasnya supaya kekuatan keilmuannya menjadi tinggi.
Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan batin / sukma (kebatinan dan spiritual), untuk meningkatkan kekuatan ilmunya, orang tersebut harus meningkatkan kekuatan batin / sukmanya dan penghayatan pada ilmunya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi, dan menambah perbendaharaan jenis-jenis keilmuan gaib (menambah pengetahuan pada jenis-jenis ilmu dan amalan ilmu).
Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan roh pancer dan sedulur papat, harus meningkatkan kekuatan dan ketajaman batin / sukma dan meningkatkan penyatuannya dengan kekuatan roh sedulur papatnya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.
Orang-orang yang menekuni ilmu gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan sugesti amalan gaib atau mantra, harus meningkatkan kekuatan sugestinya ( / konsentrasi), meningkatkan kekuatan kebatinannya, atau mencari mantra / amalan ilmu gaib yang lebih tinggi kekuatannya.
Orang-orang yang menekuni ilmu gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan khodam ilmu, harus meningkatkan kekuatan khodamnya (mencari sosok gaib lain yang lebih tinggi kekuatan gaibnya) dan meningkatkan kemampuan mengsugesti khodam ilmunya itu, atau mencari mantra / amalan gaib yang lebih tinggi kadar kekuatannya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan gaib tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.
Kekuatan Rasa dan Sugesti
Di dalam semua jenis keilmuan dan aktivitas manusia, ada satu hal mendasar yang seringkali pengertiannya dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, bukan hanya dalam mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan batin, tetapi juga dalam semua aktivitas keseharian dan pekerjaan teknis modern. Unsur kebatinan itu adalah apa yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat hubungannya dengan rasa dan sugesti.Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan, mengolah tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual, ataupun dalam mempelajari keilmuan modern seperti ilmu kimia dan fisika, ataupun ilmu teknik dan sistem komputer, selalu terkandung di dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada masing-masing hal yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan ini akan sangat membedakan hasil / prestasi yang diperoleh seseorang dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.
Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri seringkali secara dangkal dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu memang ada orang-orang tertentu yang secara khusus mempelajari keilmuan kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat umum, tetapi juga secara khusus dan mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu sendiri.
Ilmu Tenaga Dalam, Kebatinan dan Spiritual, sejatinya menggunakan potensi kekuatan dari diri sendiri, yaitu kekuatan tenaga dalam, kekuatan sukma dan kekuatan spiritual diri sendiri. Ilmu yang mendayagunakan potensi kekuatan diri sendiri inilah yang disebut ilmu sejati. Sejatinya kesempurnaan penguasaan ilmu seseorang ada pada menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang. Artinya, untuk mengetrapkan suatu ilmu, dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang, orang tersebut bisa melakukannya secara spontan, atau cukup dengan kehendak dan konsentrasi batinnya saja untuk mewujudkannya, dan bisa dilakukan kapan saja. Dengan demikian orang tersebut bisa dikatakan sudah sempurna menguasai suatu ilmu, bukan sekedar memiliki koleksi ilmu, karena ilmu-ilmu tersebut sudah merasuk, menyatu dengan dirinya, tinggal niatnya saja untuk mengetrapkannya. Dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan seseorang, maka orang itu bisa kapan saja mengetrapkannya, dan keilmuannya itu tidak akan hilang hanya karena lupa dengan bunyi mantranya, atau karena hilang khodam ilmunya, atau karena lupa membawa jimat dan pusaka.
Menyatunya ilmu itu akan menjadi suatu perbawa yang bisa dirasakan oleh orang lain yang juga berilmu atau peka batinnya, sehingga masing-masing akan saling menghormati dan menjaga jarak. Dan dengan kepekaan rasa seseorang akan dapat mengukur kekuatan dirinya ketika sedang berhadapan dengan kekuatan orang lain atau ketika sedang berhadapan dengan kekuatan suatu mahluk halus.
Karena itu dalam filosofi Jawa dikatakan, ilmu tertinggi manusia adalah digdoyo tanpo aji, digdaya tanpa perlu tambahan jimat dan senjata dan tidak perlu menunjukkan ilmu kesaktian yang kelihatan mata, karena semua kekuatan bersumber dari dirinya sendiri dan dengan perbawa kebatinan, menang tanpa harus mengalahkan atau unjuk kesaktian. Seandainya pun terpaksa harus mengetrapkan ilmunya, dengan kekuatan batinnya seseorang hanya perlu mengkonsentrasikan suatu kejadian, atau mengkonsentrasikan kemauan terlaksananya suatu perbuatan gaib, tanpa harus bergantung pada suatu bentuk amalan ilmu atau mantra, jimat atau pusaka.
Orang-orang yang menekuni suatu kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan dan ketajaman batin mereka bersifat umum dalam segala bidang, tidak semata-mata dimaksudkan untuk melihat gaib. Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya peka untuk melihat tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, tetapi juga dapat untuk mendeteksi keberadaan sosok mahluk gaib, peka dalam menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kekuatan batinnya juga dapat digunakan untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.
Kekuatan dari olah kebatinan ini dapat dilakukan untuk tujuan perbuatan yang sama dengan penggunaan tenaga dalam atau ilmu gaib dan ilmu khodam. Dengan kekuatan kebatinan dan sugestimereka mewujudkan kehendak-kehendaknya, dengan kepekaan dan ketajaman rasa mereka juga dapat mengukur apakah kekuatanmereka cukup untuk mewujudkan suatu kejadian yang merekakehendaki.
Secara alami, kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar berupa getaran rasa dan tekanan rasa di dada, dan sebagai kekuatan yang menyelimuti tubuh, merasuk sampai ke hati, dan tergantung pada tingkat penguasaan masing-masing orang, selain melalui amalan kebatinan, kekuatan sukma dapat diwujudkan menjadi kekuatan tangan dan tubuh, kekuatan kehendak perbuatan dan kata-kata, dan getaran perbawa kebatinannya juga akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya).
Tergantung pada kekuatan kebatinan dan tingkat penguasaan masing-masing orang, ketika kekuatan rasa dan sugesti sudah menyatu dengan kekuatan fisik, seseorang dapat memecahkan batu, mematahkan kayu atau besi. Kekuatan kebatinan ini juga bisa digunakan untuk menguatkan tubuh dan kebal senjata tajam, untuk menggerakkan tubuh dan batin / pikiran seseorang (gendam / hipnotis / ilmu sugesti) dan bisa diwujudkan menjadi seperti ilmu sihir. Tergantung pada kekuatan kegaiban sukma masing-masing pelakunya, kekuatan gaib dari kebatinan akan bisa melebihi kekuatan tenaga dalam, kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, ataupun kekuatan susuk dan jimat. Pada tingkatan keilmuan yang tinggi dalam olah kanuragan, kekuatan kebatinan dapat menggantikan kekuatan tenaga dalam.
(Hati-hati bagi yang menggunakan kekuatan kebatinan untuk kekebalan. Kekuatan kebatinan yang berhasil digunakan untuk kekebalan kekuatannya jauh melebihi kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, ataupun susuk dan jimat kebal, sehingga dapat menyebabkan seseorang yang sudah meninggal jasadnya tidak dapat hancur dan membusuk seperti layaknya jasad manusia pada umumnya dan rohnya sendiri tidak dapat lepas keluar dari tubuhnya, terkunci di dalamnya. Jasad dengan roh di dalamnya tersebut akan menjadi mumi dan beratus-ratus tahun kemudian akan dapat menjadi yang sekarang disebut jenglot atau batara karang. Lebih baik bila kekuatan kebatinan itu dijadikan ilmu lembu sekilan saja, yaitu ilmu kekuatan dan pertahanan tubuh dengan memadatkan kekuatan batin / sukma / tenaga dalam menjadi hanya setebal sejengkal dari tubuh, selain menjadikan tubuh berkekuatan besar, juga menjadi perisainya dari pukulan ataupun senjata tajam).
Ketika lambaran kekuatan kebatinan digunakan untuk membentak orang lain, akan membuat orang lain tersebut menjadi sangat ketakutan. Secara alami ini bisa terjadi pada seseorang yang sedang marah. Tetapi bentakan kemarahan yang dilambari dengan kekuatan sukma akan sangat berbeda pengaruhnya, karena menjadi seperti pengaruh ajian senggoro macan atau ajian gelap ngampar atau ajian gelap seketi, yang membuat orang lain luar biasa ketakutan, walaupun orang lain itu mempunyai kekuatan fisik yang lebih besar.
Kekuatan batin / sukma bisa juga digunakan untuk membuat pagaran gaib atau untuk pembersihan gaib, cukup dengan bersugesti mengeluarkan energi untuk membuat bola pagaran gaib saja atau memancarkan energi gaib untuk mengusir roh-roh halus. Kekuatan gaib dari kebatinan ini jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga dalam, sehingga bukan hanya dapat untuk menghadapi mahluk gaib kelas bawah, tetapi juga bisa untuk menghadapi mahluk gaib kelas menengah dan yang kelas atas.
Untuk mengusir mahluk halus dari dalam suatu rumah / pohon misalnya, bila kita sudah terbiasa olah rasa dan batin, kita akan dapat mengukur apakah kekuatan kebatinan kita lebih tinggi ataukah lebih rendah dibandingkan kekuatan gaib para mahluk halus yang ada di rumah / pohon tersebut.
Bila kekuatan kebatinan kita lebih rendah, akan bijaksana bila kita tidak memaksakan kekuatan untuk mengusir mereka. Lebih baik bila kita memberi sesaji untuk "merayu" mereka supaya mau pindah. Tetapi bila kekuatan kebatinan kita jauh di atas mereka, dengan menyalurkan kekuatan kebatinan, dengan menekan rasa di dada, kita tepuk saja beberapa kali rumah / pohon tempat mereka tinggal dengan niat menyuruh mereka pergi (seperti mengusir burung di pohon). Lebih bijaksana bila mereka kita arahkan untuk pergi ke tempat tertentu yang jauh dari pemukiman manusia, supaya tidak bubar begitu saja dan malah akan mengganggu orang lain yang tidak tahu-menahu.
Untuk membantu kerejekian dalam perdagangan (penglaris dagangan) dengan cara kebatinan cukup dilakukan dengan mengsugesti sukma untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).
Atau ketika kita ingin menyembuhkan seseorang dari sakitnya, maka kita mewujudkan kehendak kita, niat batin menyembuhkan, supaya orang itu sembuh dari sakitnya, dengan cara mengkonsentrasikan kekuatan sukma kita ke dalam segelas air, si sakit diberi sugesti untuk sembuh dengan meminum air putih yang kita berikan, di sisi lain kita mengkonsentrasikan batin tertuju kepada si sakit untuk menyingkirkan semua sakit- penyakit orang tersebut, maka dia akan dapat benar sembuh. Dengan cara itu kita memberikan sugesti kepercayaan supaya si sakit membangkitkan sugesti energi positif dalam dirinya untuk kesembuhannya sendiri, dan di sisi lain kekuatan sukma kita dikonsentrasikan kepadanya untuk membersihkan energi-energi penyakit di dalam dirinya, termasuk energi negatif yang berasal dari mahluk halus di dalam tubuhnya, jika ada. Dengan kepekaan batin kita dapat mengukur kekuatan yang dibutuhkan untuk pengobatan tersebut, sehingga kita tahu bahwa mungkin proses pengobatan tersebut harus dilakukan beberapa kali bila memang diperlukan.
Cara penyembuhan dengan memberikan air putih di atas biasanya dilakukan untuk sakit-penyakit yang kadarnya ringan. Untuk yang kadarnya berat biasanya dilakukan dengan langsung memberikan energi positif untuk kesembuhan si sakit, ditambah dengan ramuan-ramuan dan obat-obatan.
Cara memberi air putih seperti di atas juga banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempelajari ilmu gaib dan ilmu khodam. Tetapi banyak kejadian, dengan cara meminumkan air putih tersebut ternyata si sakit tidak berhasil disembuhkan. Ini terjadi karena si penyembuh tidak dapat mengsugesti si sakit. Walaupun memiliki ilmu gaib, tetapi dia tidak memiliki kepekaan batin yang cukup untuk dapat mengukur kekuatan yang cukup yang dibutuhkan untuk dapat menyembuhkan si sakit. Dan bila penyebab sakit orang tersebut adalah karena perbuatan mahluk halus, seringkali si penyembuh menjadi celaka karena mahluk halus tersebut berbalik menyerang si penyembuh tersebut.
Ketika langit sedang dalam kondisi mendung tebal dan hujan kita dapat meredakan hujan dan membubarkan konsentrasi mengumpulnya awan dengan sugesti kekuatan rasa yang dilandasi dengan kekuatan kebatinan (ditambah visualisasi). Dengan menekan rasa di dada kita visualisasikan kita mengeluarkan segulungan energi yang besar yang mendorong awan-awan ke belakang dan ke samping kiri-kanan, sehingga kemudian konsentrasi awan itu menjadi berkurang dan hujannya mereda.
Rahasia kekuatan rasa adalah adanya penyatuan kekuatan roh sedulur papat dengan roh pancer kita (secara satu kesatuan menjadi kekuatan sukma). Dengan bersugesti menggunakan kekuatan rasa itu berarti kita sudah menyatukan kekuatan roh sedulur papat dan pancer kita, menjadi satu kesatuan kekuatan sukma, sehingga menjadi satu kesatuan perbuatan yang mempunyai efek kegaiban tersendiri, yang hasilnya akan berbeda dibanding hanya menggunakan kekuatan fisik saja walaupun dilakukan sepenuh tenaga.
Kekuatan rasa menjadi dasar dari kekuatan kebatinan.
Contoh-contoh di atas adalah contoh-contoh penggunaan sugesti kekuatan rasa dan batin pada tingkatan dasar yang pada tingkatan kemampuan kebatinan yang tinggi (dengan olah kebatinan) kekuatan rasa ini dapat digunakan untuk segala perbuatan yang berhubungan dengan kegaiban, untuk menyembuhkan / mengusir sakit / penyakit seseorang, mengusir / menyerang / menundukkan / menangkap mahluk halus tingkatan rendah sampai yang kelas atas, untuk mempengaruhi / mengendalikan pikiran seseorang atau mahluk halus,untuk memusnahkan keilmuan gaib, khodam dan tenaga dalam seseorang, dan untuk mendatangkan ide / ilham dan wangsit dan pengetahuan spiritual tingkat tinggi yang mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita.
Contoh-contoh penggunaan sugesti di atas dapat juga dilakukan dengan sugesti ilmu gaib dan khodam, yaitu dengan merapal mantra ilmu gaib dan ilmu khodam atau dengan memerintahkan khodam seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sama dengan di atas.
Kelebihan ilmu gaib dan ilmu khodam memang adalah pada banyaknya variasi dalam keilmuan gaib mereka (banyaknya variasi amalan gaib dan mantra) dan hasilnya bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka memang untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan gaib / khodam, hanya saja biasanya kekuatan gaib ilmunya lebih rendah daripada kekuatan kebatinan, karena tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib dan mantra / amalan ilmu khodam saja.
Selain keilmuan yang bersifat kebatinan dan praktek ilmu gaib dan khodam, ada banyak bentuk keilmuan batin dan keilmuan gaib yang mengolah potensi diri, yang merupakan praktek ilmu sugesti, yang digandrungi orang dan dikembangkan dengan metode pembelajaran modern, sehingga tidak dianggap klenik dan bisa dipelajari oleh banyak orang. Bentuk keilmuan ini berfokus pada pemusatan kekuatan pikiran manusia, dalam bentuknya seperti ilmu hipnotis (mengendalikan pikiran manusia), ilmu telekinetik (memindahkan/ menggerakkan benda-benda dengan kekuatan pikiran), ilmu telepati (komunikasi pikiran), illusionis (mengelabui penglihatan dan pikiran / kesadaran seseorang), dsb. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra di dahi dan sebagian cakra di ubun-ubun kepala. Ilmu-ilmu ini harus dipelajari dan dipraktekkan dengan sangat hati-hati. Pemusatan kekuatan pada pikiran saja atau cakra tubuh tertentu saja dapat berakibat terjadinya ketidak-seimbangan energi tubuh dan harus diperhatikan efeknya dalam jangka panjang.
Ada salah satu ciri yang membedakan penggunaan tenaga dalam dengan kebatinan dalam mendeteksi keberadaan sesosok mahluk halus. Dengan menggunakan tenaga dalam, kita mendeteksi keberadaan sesosok mahluk halus dengan cara mendeteksi getaran / bentuk energinya. Sedangkan bila kita terbiasa dengan olah rasa dan batin, dari jarak yang jauh secara insting / rasa kita akan mengetahui apakah di suatu lokasi ada berpenghuni gaib atau tidak. Dan bila adasesosok mahluk gaib, apalagi si mahluk gaib mempunyai kekuatan yang besar, kita dapat merasakan kehadirannya secara otomatis, dari jarak yang lebih jauh, karena dada kita akan terasa berat dan sesak seolah-olah ada yang menekan dada kita sampai kita merasa sulit bernafas. Artinya ada perbenturan kekuatan antara kekuatan energi yang dipancarkan oleh keberadaan gaib itu dengan energi sukma kita, dan kita akan bisa mengukur kekuatan mahluk itu apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari kekuatan kita dan secara otomatis kita juga dapat mengetahui posisi keberadaan sosok gaib tersebut.
3. Olah Rasa dan Kebatinan
Di dalam semua jenis keilmuan, ada satu hal mendasar yang seringkali pengertiannya dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dalam aktivitas manusia dalam mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan. Unsur kebatinan itu adalah apa yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat hubungannya dengan rasa dan sugesti.
Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan, mengolah tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual, atau dalam hal pekerjaan teknis modern sekalipun, selalu terkandung di dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada masing-masing hal yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan seseorang akan sangat membedakan hasil dan prestasi yang diraihnya dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.
Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dalam pekerjaan-pekerjaan teknis di jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri seringkali secara dangkal dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu memang ada orang-orang tertentu yang secara khusus mempelajari keilmuan kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat umum, tetapi juga secara khusus dan mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu sendiri.
Kemampuan menayuh gaib (baca: Ilmu Tayuh / Menayuh Keris) dan kemampuan olah rasa kami harapkan dapat anda kuasai, karena ini akan berguna sekali sebagai kemampuan dasar dalam hal kegaiban dan dapat menjadi dasar untuk kemampuan yang lebih tinggi lagi bagi anda yang ingin bisa berinteraksi atau interest dengan hal-hal gaib, atau jika anda memiliki benda-benda gaib dan khodam pendamping.
Kepekaan dan kekuatan rasa adalah dasar dari kebatinan dan kekuatan batin / spiritual. Kekuatan yang dibangun dalam olah rasa adalah kekuatan rasa (bersifat gaib), dihasilkan oleh cakra tubuh di bagian dada. Tetapi pembukaan cakra energi di dada tidak ditujukan untuk yang bersifat gaib, biasanya untuk tujuan kanuragan. Begitu juga dengan pengolahannya. Untuk tujuan kebatinan dan kegaiban, cakra energi di dada tidak diolah dengan teknik pernafasan, tetapi dengan cara olah rasa dan kebatinan (ada juga yang menyebut sebagai ilmu rahsa atau ilmu rasa sejati).
Pada orang awam, kekuatan rasa biasanya timbul secara spontan, misalnya saat panik, histeris atau lari ketakutan, dan kekuatannya bisa berkali-kali lipat dibandingkan kemampuannya dalam kondisi normal. Dalam hal ini kekuatan rasa muncul sebagai kekuatan bawah sadar manusia. Kekuatan bawah sadar ini tidak sengaja terjadi, tetapi bagi yang terbiasa peka rasa dan batin, kekuatan seperti itu dapat dengan sengaja dimunculkan.
Pada orang awam, sebagian kekuatan rasa muncul tidak disengaja, misalnya dalam kondisi ketakutan yang sangat, panik, histeris, dsb. Kekuatan rasa juga bisa muncul dalam kondisi gembira dan bersemangat, sehingga saat seseorang beraktivitas berat akan terasa lebih ringan dan tidak cepat lelah (banyak dialami manusia pada masa kanak-kanak, yang pada saat bergembira bermain berlari-larian tidak cepat merasa lelah. Sekalipun lelah, akan cepat pulih kembali. Berbeda dengan yang sudah dewasa, biasanya akan cepat lelah dan kalau sudah lelah akan lebih lama pulihnya, karena di dalam aktivitasnya banyak menggunakan pikiran, bukan rasa). Sebagian lagi kekuatan rasa muncul dalam kondisi marah dan benci, sehingga perbuatan yang dilambari perasaan marah dan benci kekuatannya akan menjadi berlipat-lipat.
Inti dari kekuatan rasa adalah kekuatan yang dilambari rasa hati, spontan, tidak dipikir-pikir dulu, sehingga perbuatan yang dilakukan dengan sepenuh rasa (sepenuh rasa, bukan sepenuh hati) akan berlipat-lipat kekuatannya, tidak cepat lelah, dan kelelahannya akan cepat pulih kembali. Kekuatan rasa yang dilatih dengan sengaja kekuatannya akan lebih besar daripada kekuatan rasa manusia biasa.
Seseorang yang sudah melatih olah nafas, biasanya juga akan merasakan bagian dari olah rasa (kepekaan rasa), walaupun hanya dasarnya saja. Saat menggunakan energi dari olah pernafasan biasanya juga dilakukan dengan ‘rasa’, bukan lagi dengan pikiran atau perasaan.
Dalam mempelajari olah rasa biasanya dilakukan dengan cara yang mirip dengan olah batin, yaitu banyak menyepi / tirakat, puasa, laku prihatin, meditasi, membaca amalan-amalan, dsb. Dalam kehidupan jaman sekarang cara-cara tersebut tidak praktis untuk dilakukan. Bila anda ingin mencoba mempelajarinya, ada beberapa cara praktis yang bisa anda lakukan tanpa perlu banyak mengganggu aktivitas anda sehari-hari sbb:
1. Menyepi.
Pengertian menyepi ini bukan berarti anda harus pergi menyepi ke tempat-tempat sepi di gunung, dsb. Cukup anda luangkan waktu untuk berdiam diri, di rumah, di kantor atau di manapun anda berada, untuk merasakan suasana batin anda (lebih baik bila dilakukan di tempat terbuka pada malam hari). Biarkan ilham mengalir dalam pikiran anda. Perhatikan, mungkin akan ada ide-ide tertentu atau jawaban-jawaban dari masalah anda yang tidak terpikirkan sebelumnya. (Secara sederhana proses ini mirip seperti orang melamun / merenung).
Menyepi ini juga bisa anda lakukan di tempat yang ramai. Artinya anda belajar menemukan suasana sepi (hening) di dalam keramaian tanpa harus pergi keluar dari keramaian. Tujuan dari menyepi ini adalah untuk membiasakan diri menciptakan suasana hening di dalam rasa dan pikiran, sebagai dasar untuk peka batin, untuk memperhatikan munculnya ide / ilham, dsb, yang mengalir dari batin anda sendiri.
2. Peka suasana batin.
Belajar peka terhadap bisikan-bisikan hati dan nurani, firasat, dsb. Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan ber-ilusi. Peka terhadap ilham yang mengalir di dalam pikiran dan rasa. Kalau bisa, carilah sumbernya darimana ilham itu berasal.
Cara ini bermanfaat untuk "mendengarkan" mengalirnya ide dan ilham, yang dapat bermanfaat untuk membantu pemecahan masalah-masalah yang sedang dihadapi, atau informasi tentang kondisi keluarga anda, dsb, yang sebelumnya anda tidak tahu.
3. Peka suasana alam.
Belajar peka terhadap suasana alam di manapun anda berada. Cobalah sesekali pergi ke tempat yang wingit atau angker. Rasakan suasana kegaiban di tempat tersebut. Bila merasakan keberadaan sesuatu roh halus atau energi gaib, dengan getaran di dada atau dengan merasakan getaran di telapak tangan, cobalah tentukan dimana posisinya berada. Kalau bisa, coba rasakan / bayangkan seperti apa sosok wujudnya.
Bila anda sudah dapat merasakan suasana alam di suatu tempat, mungkin anda juga akan dapat merasakan bila ada sesuatu yang mengancam, dimana pun anda berada, misalnya ada mahluk halus atau binatang berbahaya, ada orang jahat yang sedang mengincar anda, dsb, akan menambah kebijaksanaan anda untuk bersikap hati-hati tidak sembrono di tempat-tempat yang "sensitif", atau anda juga dapat merasakan sesuatu kejadian yang akan terjadi di suatu tempat (misalnya di rumah anda, mungkin anda akan bisa merasakan bahwa akan ada anggota keluarga yang akan mengalami musibah, akan ada kebakaran, dsb).
Ke 3 cara di atas dapat diterapkan bukan hanya di tempat sepi, tetapi juga di tempat ramai, di manapun anda berada, tanpa harus banyak membuang ongkos, tenaga dan waktu. Bila anda sudah terbiasa melakukan ke 3 cara di atas, berarti anda sudah melakukan olah rasa dan dasar-dasar kebatinan. Belajarlah untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari anda dalam berbagai bidang. Rasa / feeling / intuisi anda akan lebih tajam, dapat mengira-ira hasil (berhasil atau tidak) dari sesuatu yang anda lakukan, atau merasakan sesuatu kejadian (baik atau buruk) yang akan terjadi, dan akan lebih mudah mendapatkan ide-ide / ilham atas jawaban permasalahan yang sedang anda hadapi.
Dalam semua proses meditasi dan perenungan usahakan supaya tidak mengedepankan pikiran. Biarkan ide / ilham / bisikan gaib mengalir sampai lengkap, jangan bereaksi dengan berpikir yang dapat menyebabkan aliran ide / ilham itu terputus.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, apalagi dalam kehidupan modern ini, rasa dan firasat seringkali diabaikan. Namun bila seseorang memperhatikan rasa dan firasatnya, dia sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya. Rasa dan firasat seringkali muncul berupa perlambang rasa. Misalnya, seseorang yang akan bepergian ke luar kota, karena merasa tidak enak hati kemudian membatalkan keberangkatannya. Ternyata kemudian dia mendapat berita bahwa kendaraan yang seharusnya ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untunglah dia tidak jadi berangkat. Apakah ini kebetulan saja ?
Mungkin kita tidak akan terburu-buru berangkat kerja, walaupun sudah terlambat / kesiangan, seandainya saja sebelumnya kita tahu atau dapat merasakan bahwa pada hari itu ada anggota keluarga kita yang akan mengalami musibah.
Kadangkala mungkin kita mengalami suatu kejadian yang persis sama seperti yang dahulu sudah pernah terjadi. Tetapi kita tidak tahu kejadian yang dahulu itu apakah kejadian nyata ataukah kejadian di dalam mimpi. Biasanya kejadian yang dahulu itu adalah kejadian di dalam mimpi. Sedulur Papat kita sendiri yang memberikan mimpi tersebut. Kita saja yang tidak tanggap.
Kadangkala kita melamun atau ilham mengalir begitu saja, hanya kita saja yang tahu, atau mungkin secara spontan kita mengucapkan sesuatu tanpa dipikir dahulu, tentang sesuatu kejadian yang akan datang atau tentang seseorang (biasanya seorang tokoh manusia) yang akan mengucapkan / berbuat sesuatu, dan ternyata kemudian kejadian tersebut benar-benar terjadi. Dalam hal ini, Sedulur Papat kitalah yang memberitahukan hal tersebut. Sayang sekali kalau kita tidak mengasah kedekatan dengan para sedulur tersebut. Kedekatan itu juga dapat merupakan suatu potensi besar kemampuan kebatinan yang sayang sekali jika tidak diasah dengan benar. Mungkin potensi untuk bisa meramal, atau merasakan suatu kejadian yang akan terjadi, atau potensi kemampuan mengobati, dsb, akan dilewatkan begitu saja.
Beberapa tanda yang bila dilatih / dipertajam akan menjadi suatu potensi kemampuan tersendiri :
- merasa tahu apa yang akan dikatakan seseorang saat mendengarkan seseorang sedang berbicara.
- cepat mengenal kepribadian terdalam seseorang walaupun baru kenal.
- banyak ilham tentang kejadian yang akan terjadi (kejadiannya kemudian benar-benar terjadi).
- mengenal firasat, atau bisa membedakan suatu kejadian yang merupakan tanda dari akan terjadinya
suatu kejadian lain yang entah baik atau buruk. Dan ketika kejadian itu terjadi dia tahu bahwa
sebelumnya dia sudah menerima tanda tentang akan terjadinya kejadian itu.
Kemampuan-kemampuan di atas, jika sudah terlatih, sering disebut sebagai daya linuwih yang merupakan dasar-dasar dari kemampuan seseorang yang waskita.
Dalam halaman ini digunakan beberapa istilah sbb :
Rasa adalah sesuatu yang langsung dirasakan, berdasarkan kepekaan rasa / batin, dan tidak melalui proses perenungan atau analisa.
Batin lebih dalam lagi, ada proses mengendapkan, merenungkan dan menganalisa.
Rasa berhubungan dengan kepekaan rasa batin dan indra ke 6 manusia.
Secara awam rasa bisa diartikan sebagai feeling.
Rasa adalah awal sebelum masuk ke proses yang lebih dalam untuk direnungkan atau dianalisa secara kebatinan.
Misalnya kita kedatangan orang sakit yang minta disembuhkan sakitnya.
Pada pertemuan pertama kita sudah langsung bisa me-rasa-kan bahwa sakitnya bukanlah sakit biasa, sakitnya berhubungan dengan gaib.
Sesudah itu barulah di-batin, direnungkan, dianalisa, apa yang menjadi penyebabnya, apakah sakitnya yang karena pengaruh gaib itu adalah karena ketempelan mahluk halus, ataukah kesambet, ataukah karena diguna-guna.
Kalau diguna-guna, apa penyebab awalnya, apakah orang itu menyalahi orang lain ?
Siapakah yang menjadi lawannya itu ? Apakah obatnya ?
Contoh lain, ada orang yang sudah berbulan-bulan sakit kepala berat, vertigo,
Sudah bolak-balik ke dokter dan rumah sakit, tapi tidak sembuh juga.
Pada pertemuan pertama kita sudah ada rasa, sudah bisa mendeteksi, berdasarkan kepekaan rasa, bahwa sakitnya adalah karena pengaruh gaib.
Sesudah itu barulah dilakukan proses lebih lanjut, dianalisa dengan batin, yang kemudian diketahui ternyata sakitnya adalah karena ada sesosok gondoruwo yang bersemayam di kepalanya.
Jadi rasa adalah proses awal yang dirasakan, sebelum masuk proses selanjutnya untuk dianalisa secara batin.
Begitu juga bedanya antara kekuatan rasa dan kekuatan kebatinan.
Misalnya penggunaan secara fisik :
Kekuatan rasa dilakukan secara spontan setelah merasakan adanya desakan kekuatan di dada.
Kekuatan batin dilakukan setelah menghimpun kekuatan kebatinan, sampai terasa energinya seperti aliran tenaga dalam atau tubuh terasa tebal berselimut energi, dan setelah mantap batinnya barulah kekuatan kebatinan itu digunakan.
Jadi, rasa adalah proses awal sebelum proses selanjutnya secara batin.
Ilham itu seperti ide-ide pemikiran yang terbersit di dalam pikiran, yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan. Tapi ide-ide pemikiran itu bisa juga merupakan jawaban dari suatu permasalahan.
Firasat adalah rasa tentang suatu kejadian yang merupakan pertandaakan terjadinya kejadian yang lain. Biasanya ditandai dengan rasa enak atau tidak enak di hati ketika kejadian pertanda itu terjadi. Jadi suatu kejadian yang merupakan pertanda / firasat ini bukanlah sekedar pengkultusan yang menyama-ratakan bahwa terjadinya suatu kejadian pasti berarti akan terjadi suatu kejadian yang lain.
Misalnya akan berangkat ujian pendidikan. Ketika sedang berbenah, pulpen kita jatuh. Seketika itu juga muncul rasa tidak enak di hati. Ternyata kemudian kita memang tidak lulus ujian.
Dalam hal ini, kejadian pulpen jatuh itu menjadi pertanda bahwa usaha kita akan gagal. Rasa tidak enak di hati merupakan sebuah tanda / firasat bahwa kita akan mengalami kejadian yang tidak mengenakkan.
Tetapi jangan dijadikan pengkultusan bahwa kalau pulpen kita jatuh berarti ujian kita akan gagal, sehingga kita akan berusaha supaya pulpen kita tidak jatuh.
Firasat itu ditandai dengan rasa di hati, bukan sekedar pada kejadiannya. Diperlukan kepekaan rasa untuk bisa merasakan kejadian yang merupakan sebuah pertanda. Firasat ini menjadi bentuk peringatan supaya kita lebih berhati-hati dan waspada dan mengusahakan yang terbaik, supaya kejadian yang tidak mengenakkan tidak sampai benar-benar terjadi pada kita. Baik atau buruk suatu kejadian yang akan kita alami, biasanya sebelumnya ditandai dengan adanya rasa di dada.
Intuisi adalah keseluruhan ide dan ilham, firasat, feeling, insting, wangsit, prediksi, dsb, yang mengalir di dalam pikiran yang biasanya digunakan untuk mengambil keputusan tertentu. Ada tipe orang-orang tertentu yang dalam mengambil keputusan tertentu lebih mengandalkan feeling / insting, yang keseluruhannya disebut intuisi, dan tidak mempertimbangkan bukti-bukti lain atau perhitungan tertentu sebagai dasar pertimbangan.
Wahyu, pengertiannya secara umum adalah diturunkannya restu Tuhan (Dewa) kepada seseorang yang kewahyon sesuai tujuan wahyunya. Wahyu ini hanya diturunkan kepada orang-orang tertentu yang para Dewa berkenan, bukan kepada sembarang orang, sehingga walaupun seseorang melakukan tapa brata atau bertirakat di tempat yang wingit, tidak pasti kemudian orang itu akan mendapatkan wahyu.
Wahyu, dalam bahasa sehari-hari di masyarakat ada yang diartikan sama dengan wangsit / wisik, yaitu suatu bentuk pemberitahuan / bisikan gaib kepada seseorang tentang akan terjadinya suatu kejadian tertentu.
Rasa dan firasat seringkali dianggap tahyul dan klenik, karena itu kita harus bisa membedakan sesuatu rasa, apakah itu hanya rasa biasa saja ataukah rasa yang merupakan suatu pertanda tentang suatu kejadian yang akan terjadi. Belajarlah peka terhadap bisikan-bisikan nurani. Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan melebih-lebihkan, jangan ber-ilusi.
Kekuatan batin dan kepekaan rasa berguna juga untuk mendeteksikeberadaan mahluk halus, bukan untuk melihat gaib. Tetapi kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga kita dapat mendeteksi sesuatu yang gaib dan bisa juga terbayang wujudnya seperti apa. Kalau fokus kita bisa kuat dan lama dengan kepekaan rasa, maka gambaran gaib yang kita terima juga akan lebih jelas. Dengan cara ini kita menjalin komunikasi dengan sukma kita (roh sedulur papat), sehingga pemberitahuan dari mereka berupa ide dan ilham dan gambaran-gambaran gaib bisa kita terima dengan baik sinyalnya.
Orang-orang yang menekuni kebatinan biasanya juga mengerti tentang kegaiban, memiliki kepekaan tertentu mengenai kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam, dapat membedakan suatu rasa yang merupakan pertanda dari akan terjadinya suatu kejadian, atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, yang selain berasal dari pengetahuannya sendiri, biasanya juga didapatkannya dari ilham atau bisikan gaib (wangsit).Dalam semua proses meditasi dan perenungan usahakan supaya tidak mengedepankan pikiran. Biarkan ide / ilham / bisikan gaib mengalir sampai lengkap, jangan bereaksi dengan berpikir yang dapat menyebabkan aliran ide / ilham itu terputus.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, apalagi dalam kehidupan modern ini, rasa dan firasat seringkali diabaikan. Namun bila seseorang memperhatikan rasa dan firasatnya, dia sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya. Rasa dan firasat seringkali muncul berupa perlambang rasa. Misalnya, seseorang yang akan bepergian ke luar kota, karena merasa tidak enak hati kemudian membatalkan keberangkatannya. Ternyata kemudian dia mendapat berita bahwa kendaraan yang seharusnya ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untunglah dia tidak jadi berangkat. Apakah ini kebetulan saja ?
Mungkin kita tidak akan terburu-buru berangkat kerja, walaupun sudah terlambat / kesiangan, seandainya saja sebelumnya kita tahu atau dapat merasakan bahwa pada hari itu ada anggota keluarga kita yang akan mengalami musibah.
Kadangkala mungkin kita mengalami suatu kejadian yang persis sama seperti yang dahulu sudah pernah terjadi. Tetapi kita tidak tahu kejadian yang dahulu itu apakah kejadian nyata ataukah kejadian di dalam mimpi. Biasanya kejadian yang dahulu itu adalah kejadian di dalam mimpi. Sedulur Papat kita sendiri yang memberikan mimpi tersebut. Kita saja yang tidak tanggap.
Kadangkala kita melamun atau ilham mengalir begitu saja, hanya kita saja yang tahu, atau mungkin secara spontan kita mengucapkan sesuatu tanpa dipikir dahulu, tentang sesuatu kejadian yang akan datang atau tentang seseorang (biasanya seorang tokoh manusia) yang akan mengucapkan / berbuat sesuatu, dan ternyata kemudian kejadian tersebut benar-benar terjadi. Dalam hal ini, Sedulur Papat kitalah yang memberitahukan hal tersebut. Sayang sekali kalau kita tidak mengasah kedekatan dengan para sedulur tersebut. Kedekatan itu juga dapat merupakan suatu potensi besar kemampuan kebatinan yang sayang sekali jika tidak diasah dengan benar. Mungkin potensi untuk bisa meramal, atau merasakan suatu kejadian yang akan terjadi, atau potensi kemampuan mengobati, dsb, akan dilewatkan begitu saja.
Beberapa tanda yang bila dilatih / dipertajam akan menjadi suatu potensi kemampuan tersendiri :
- merasa tahu apa yang akan dikatakan seseorang saat mendengarkan seseorang sedang berbicara.
- cepat mengenal kepribadian terdalam seseorang walaupun baru kenal.
- banyak ilham tentang kejadian yang akan terjadi (kejadiannya kemudian benar-benar terjadi).
- mengenal firasat, atau bisa membedakan suatu kejadian yang merupakan tanda dari akan terjadinya
suatu kejadian lain yang entah baik atau buruk. Dan ketika kejadian itu terjadi dia tahu bahwa
sebelumnya dia sudah menerima tanda tentang akan terjadinya kejadian itu.
Kemampuan-kemampuan di atas, jika sudah terlatih, sering disebut sebagai daya linuwih yang merupakan dasar-dasar dari kemampuan seseorang yang waskita.
Dalam halaman ini digunakan beberapa istilah sbb :
Rasa adalah sesuatu yang langsung dirasakan, berdasarkan kepekaan rasa / batin, dan tidak melalui proses perenungan atau analisa.
Batin lebih dalam lagi, ada proses mengendapkan, merenungkan dan menganalisa.
Rasa berhubungan dengan kepekaan rasa batin dan indra ke 6 manusia.
Secara awam rasa bisa diartikan sebagai feeling.
Rasa adalah awal sebelum masuk ke proses yang lebih dalam untuk direnungkan atau dianalisa secara kebatinan.
Misalnya kita kedatangan orang sakit yang minta disembuhkan sakitnya.
Pada pertemuan pertama kita sudah langsung bisa me-rasa-kan bahwa sakitnya bukanlah sakit biasa, sakitnya berhubungan dengan gaib.
Sesudah itu barulah di-batin, direnungkan, dianalisa, apa yang menjadi penyebabnya, apakah sakitnya yang karena pengaruh gaib itu adalah karena ketempelan mahluk halus, ataukah kesambet, ataukah karena diguna-guna.
Kalau diguna-guna, apa penyebab awalnya, apakah orang itu menyalahi orang lain ?
Siapakah yang menjadi lawannya itu ? Apakah obatnya ?
Contoh lain, ada orang yang sudah berbulan-bulan sakit kepala berat, vertigo,
Sudah bolak-balik ke dokter dan rumah sakit, tapi tidak sembuh juga.
Pada pertemuan pertama kita sudah ada rasa, sudah bisa mendeteksi, berdasarkan kepekaan rasa, bahwa sakitnya adalah karena pengaruh gaib.
Sesudah itu barulah dilakukan proses lebih lanjut, dianalisa dengan batin, yang kemudian diketahui ternyata sakitnya adalah karena ada sesosok gondoruwo yang bersemayam di kepalanya.
Jadi rasa adalah proses awal yang dirasakan, sebelum masuk proses selanjutnya untuk dianalisa secara batin.
Begitu juga bedanya antara kekuatan rasa dan kekuatan kebatinan.
Misalnya penggunaan secara fisik :
Kekuatan rasa dilakukan secara spontan setelah merasakan adanya desakan kekuatan di dada.
Kekuatan batin dilakukan setelah menghimpun kekuatan kebatinan, sampai terasa energinya seperti aliran tenaga dalam atau tubuh terasa tebal berselimut energi, dan setelah mantap batinnya barulah kekuatan kebatinan itu digunakan.
Jadi, rasa adalah proses awal sebelum proses selanjutnya secara batin.
Ilham itu seperti ide-ide pemikiran yang terbersit di dalam pikiran, yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan. Tapi ide-ide pemikiran itu bisa juga merupakan jawaban dari suatu permasalahan.
Firasat adalah rasa tentang suatu kejadian yang merupakan pertandaakan terjadinya kejadian yang lain. Biasanya ditandai dengan rasa enak atau tidak enak di hati ketika kejadian pertanda itu terjadi. Jadi suatu kejadian yang merupakan pertanda / firasat ini bukanlah sekedar pengkultusan yang menyama-ratakan bahwa terjadinya suatu kejadian pasti berarti akan terjadi suatu kejadian yang lain.
Misalnya akan berangkat ujian pendidikan. Ketika sedang berbenah, pulpen kita jatuh. Seketika itu juga muncul rasa tidak enak di hati. Ternyata kemudian kita memang tidak lulus ujian.
Dalam hal ini, kejadian pulpen jatuh itu menjadi pertanda bahwa usaha kita akan gagal. Rasa tidak enak di hati merupakan sebuah tanda / firasat bahwa kita akan mengalami kejadian yang tidak mengenakkan.
Tetapi jangan dijadikan pengkultusan bahwa kalau pulpen kita jatuh berarti ujian kita akan gagal, sehingga kita akan berusaha supaya pulpen kita tidak jatuh.
Firasat itu ditandai dengan rasa di hati, bukan sekedar pada kejadiannya. Diperlukan kepekaan rasa untuk bisa merasakan kejadian yang merupakan sebuah pertanda. Firasat ini menjadi bentuk peringatan supaya kita lebih berhati-hati dan waspada dan mengusahakan yang terbaik, supaya kejadian yang tidak mengenakkan tidak sampai benar-benar terjadi pada kita. Baik atau buruk suatu kejadian yang akan kita alami, biasanya sebelumnya ditandai dengan adanya rasa di dada.
Intuisi adalah keseluruhan ide dan ilham, firasat, feeling, insting, wangsit, prediksi, dsb, yang mengalir di dalam pikiran yang biasanya digunakan untuk mengambil keputusan tertentu. Ada tipe orang-orang tertentu yang dalam mengambil keputusan tertentu lebih mengandalkan feeling / insting, yang keseluruhannya disebut intuisi, dan tidak mempertimbangkan bukti-bukti lain atau perhitungan tertentu sebagai dasar pertimbangan.
Wahyu, pengertiannya secara umum adalah diturunkannya restu Tuhan (Dewa) kepada seseorang yang kewahyon sesuai tujuan wahyunya. Wahyu ini hanya diturunkan kepada orang-orang tertentu yang para Dewa berkenan, bukan kepada sembarang orang, sehingga walaupun seseorang melakukan tapa brata atau bertirakat di tempat yang wingit, tidak pasti kemudian orang itu akan mendapatkan wahyu.
Wahyu, dalam bahasa sehari-hari di masyarakat ada yang diartikan sama dengan wangsit / wisik, yaitu suatu bentuk pemberitahuan / bisikan gaib kepada seseorang tentang akan terjadinya suatu kejadian tertentu.
Rasa dan firasat seringkali dianggap tahyul dan klenik, karena itu kita harus bisa membedakan sesuatu rasa, apakah itu hanya rasa biasa saja ataukah rasa yang merupakan suatu pertanda tentang suatu kejadian yang akan terjadi. Belajarlah peka terhadap bisikan-bisikan nurani. Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan melebih-lebihkan, jangan ber-ilusi.
Kekuatan batin dan kepekaan rasa berguna juga untuk mendeteksikeberadaan mahluk halus, bukan untuk melihat gaib. Tetapi kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga kita dapat mendeteksi sesuatu yang gaib dan bisa juga terbayang wujudnya seperti apa. Kalau fokus kita bisa kuat dan lama dengan kepekaan rasa, maka gambaran gaib yang kita terima juga akan lebih jelas. Dengan cara ini kita menjalin komunikasi dengan sukma kita (roh sedulur papat), sehingga pemberitahuan dari mereka berupa ide dan ilham dan gambaran-gambaran gaib bisa kita terima dengan baik sinyalnya.
Secara sederhana batin diartikan sebagai sesuatu yang dirasakan manusia pada hatinya yang paling dalam.
Istilah batin dalam konteks keilmuan tidak sama persis dengan kosa kata pengertian umum, karena pengertian batin dalam konteks keilmuan lebih banyak arahnya kepada kebatinan dan ilmu kebatinan.
Sebagai pemahaman dasar, keilmuan kebatinan adalah jenis keilmuan berdasarkan olah kebatinan, jangan disamakan dengan aliran ilmu gaib yang mengedepankan amalan gaib dan mantra, dan jangan disamakan konotasinya seperti cerita perdukunan di televisi.
Ilmu kebatinan adalah jenis keilmuan yang mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukmanya, rohnya. Dan itu tidak selalu mudah bagi semua orang, karena tidak semua orang mampu "masuk" ke dalam dirinya yang terdalam, lebih banyak orang yang hanya mampu mengolah apa yang ada di luar, kulitnya saja, bukan yang ada di dalam. Dan jangan berharap ada jalan pintas atau belajar cara mudah dengan hanya menghapalkan dan mewirid amalan gaib dan mantra atau mengedepankan keampuhan khodam jimat dan pusaka.
Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan seseorang harus bisa mengedepankan batinnya, bukan pikirannya, untuk bisa peka rasa merasakan apa yang ada di dalam batinnya yang terdalam, dan dengan olah kebatinan potensi kegaiban kebatinan / sukma manusia itu digali dan ditingkatkan kualitasnya, yang jika berhasil mencapai tingkatan tertentu kegaiban sukma manusia itu akan dapat melebihi kegaiban roh-roh gaib yang ada di bumi ini.
Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan dan kegaiban jangan sekali-kali menyombongkan nalar dan logika, kepintaran dan kejeniusan berpikir. Tidak semua orang dengan pikirannya mampu mencerna sesuatu yang hanya bisa diinderai dengan rasa dan batin, sesuatu yang nyata ada, tetapi tidak kelihatan mata, sehingga banyak hal-hal gaib dan kegaiban sering dikatakan orang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, dan dianggap mitos, pengkultusan dan klenik.
Dalam olah kebatinan dan kegaiban yang lebih banyak berperan adalah rasa dan batin (olah rasa dan batin, bukan olah pikiran) dan kecerdasan batin (bukan kejeniusan). Jika terlalu mengedepankan sikap berpikir, maka sesuatu yang mudah diinderai oleh orang yang peka rasa akan sulit sekali diinderai oleh orang yang terlalu mengedepankan sikap berpikirnya. Dalam hal ini semua kegaiban itu bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi akalnya saja yang tidak sampai, akalnya saja yang tidak mampu mencerna. Mampu mencerna saja tidak, apalagi menciptakan alat-alat modern untuk membuktikan kebenaran atas hal-hal gaib.
Dalam hal ini sudah terjadi kesalahan metode dan sikap berpikir. Hal-hal kegaiban hanya bisa diinderai dengan rasa dan kecerdasan batin, bukan dengan pikiran atau kejeniusan berpikir atau sok berlogika. Semua fakta-fakta dan bukti-bukti empiris harus didapatkan dengan olah rasa dan batin, sesudahnya barulah dinalar dengan pikiran. Seharusnya orang bisa peka rasa untuk menginderai kegaiban, sesudahnya barulah dinalar dengan pikiran.
Sebenarnya tidak harus seseorang menjadi seorang yang mumpuni dalam hal kegaiban, karena semuanya tergantung pada unsur interestdan aspek manfaat bagi masing-masing orang, tetapi sebaiknya minimal bisa peka rasa supaya bisa merasakan dan mengetahui sesuatu yang sifatnya negatif yang akan atau sedang terjadi pada dirinya sendiri maupun keluarga dan orang-orang terdekatnya, supaya kemudian bisa melakukan tindakan preventif yang diperlukan. Jangan membodohi diri dengan menganggap semua kejadian di dunia manusia bisa dinalar dan bisa ditangani dengan cara-cara dan peralatan modern, apalagi cara-cara dan peralatan modern pun masih mempunyai keterbatasan, tidak mampu untuk digunakan mendeteksi, apalagi menangani, hal-hal yang terkait dengan kegaiban. Kebatinan / kegaiban dan cara-cara modern tidak saling menggantikan, tidak saling menghapuskan, tetapi saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Memang ada hal-hal yang dulu dianggap gaib, sekarang tidak lagi menjadi hal gaib setelah bisa dibuktikan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern. Misalnya saja ada sebuah sendang, mata air atau sungai yang walaupun airnya kelihatan bening dan bersih, tetapi akan membuat orang sakit perut bila meminum langsung air mentahnya. Pada jaman dulu dianggap tempat-tempat tersebut adalah angker, berpenghuni gaib, tidak boleh didatangi manusia, yang bahkan jika mengambil dan meminum airnya saja akan membuat orang sakit (dianggap kesambet). Tetapi pada jaman sekarang hal di atas bukan rahasia lagi, karena sudah diketahui penyebabnya, yaitu adanya unsur kuman di dalam air, yang tidak akan menyebabkan orang sakit meminumnya setelah airnya dimasak terlebih dahulu.
Tetapi ada juga kegaiban yang sampai sekarang belum bisa ditemukan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern.Misalnya sampai sekarang manusia belum bisa menemukan rahasianya mengapa air sungai Gangga di India bisa bersih dari kuman (bakteri, virus, amuba), padahal airnya keruh dan sehari-harinya sungai itu diisi oleh mayat-mayat dan bangkai manusia yang mengambang (sungai Gangga menjadi tempat ritual melabuh jenazah dan abu kremasi). Secara kebatinan / spiritual diketahui bahwa penyebabnya adalah Dewi Gangga yang dengan kegaibannya menjaga kesucian sungai Gangga, tetapi dengan sikap berpikir dan peralatan modernnya manusia belum bisa menemukan rahasianya. Sekalipun bisa menemukan unsur yang membersihkan sungai Gangga dari kuman, tetapi tidak ada manusia yang mampu meniru membuatnya, walaupun sudah dilakukan penelitian dengan peralatan modernnya.
Atau juga dengan seketika manusia bisa menghilangkan kuman dan virus dari tubuh manusia yang sedang sakit dengan menggunakan tenaga dalam atau khodam, yang dengan peralatan modernnya manusia belum bisa menciptakan alat untuk menirunya. Yang masih dilakukan sampai sekarang adalah membunuh kuman dan virus dengan obat-obatan medis dan antibiotik.
Belajar Olah Rasa
Dalam keilmuan kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin, bukan kemampuan melihat gaib, bukan juga pembukaan cakra-cakra tubuh. Kepekaan rasa itu juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide / ilham yang mengalir di dalam pikiran yang akan mengantarkan pada pengetahuan yang lebih tinggi.
Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat merasakan sesuatu yang bersifat gaib, yang tidak dapat diinderai dengan mata fisik, barulah kemudian dipertegas dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara kebatinan yang lain. Kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat juga mendeteksi keberadaan sesuatu yang gaib dan bisa terbayang sosok wujudnya seperti apa, termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa seringkali harus diasah melalui perkumpulan kebatinan / spiritual atau berkumpul dengan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Berikut ini kami tuliskan cara olah rasa sederhana yang diawali dengan meditasi sederhana untuk mempertajam kepekaan rasa pada ujung-ujung jari tangan kita. Meditasi ini untuk belajar merasakan adanya setruman listrik halus pada benda jimat / mustika / pusaka sebagai tanda bahwa benda itu berpenghuni gaib (ada kandungan energinya).
Ini adalah cara sederhana untuk mendeteksi apakah sebuah benda ada isi gaibnya ataukah kosong, bukan untuk mengetahui gambaran sosok gaibnya atau kegunaannya. Tetapi bila kepekaan batin / rasa sudah terbentuk, biasanya juga dapat terbayang sosok gaib dan kegunaan / tuahnya.
Meditasinya bisa dilakukan dengan duduk di kursi ataupun duduk bersila, bisa 5 menit atau lebih (terserah anda) dan bisa dilakukan sambil berdoa / zikir :
1. Duduklah santai dengan punggung ditegakkan, tetapi tidak tegang dan tidak juga terlalu santai.
Kedua tangan diletakkan di atas paha dan terbuka menghadap ke atas.
Ujung ibu jari (jempol) ditempelkan dengan ujung jari tengah.
Pejamkan mata. Dalam kondisi terpejam, pandangan mata diarahkan santai ke bawah.
2. Tariklah nafas panjang dengan halus dan lepaskan juga dengan halus. Lakukan dengan rileks.
Rasakan jalannya nafas. Rasakan detak jantung anda.
3. Tenangkan hati dan pikiran anda.
Sekalipun suasana tempat anda ramai, usahakan dapat mencari keheningan di dalam keramaian.
Bisa juga sambil berdoa / zikir.
4. Ulangi langkah-langkah di atas sampai anda dapat merasakan ketenangan dan keheningan dan
bisa merasakan setruman listrik halus di ujung ibu jari dan ujung jari tengah.
Bila setruman itu sudah dapat dirasakan, teruskan saja sampai setrumnya terasa kencang di jari-jari
tangan anda.
Jari tengah kemudian bisa diganti dengan jari telunjuk atau jari manis atau tangan mengepal, supaya
semua jari dan kepalan tangan mendapatkan ketajaman rasa yang sama.
5. Jika sudah dianggap cukup, sebagai penutup, bentangkan kedua tangan ke samping dan hiruplah udara
bersih yang panjang beberapa kali dan rasakan energi alam yang segar mengisi tubuh, hati dan pikiran
anda dan setelah itu anda merasa bersih, sehat dan segar dan siap kembali beraktivitas.
Setelah tahapan latihan di atas sudah anda kuasai, anda sudah bisa merasakan adanya setruman halus di ujung-ujung jari anda, maka anda sudah bisa lanjut ke latihan berikutnya untuk menggunakan hasil latihan tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut :
Tahap 1.
Benda yang akan kita rasakan keberadaan gaibnya kita pegang dengan ujung ibu jari dan jari tengah, atau digenggam. Untuk batu akik, bendanya kita pegang dengan ujung ibu jari dan jari tengah, atau digenggam. Untuk benda keris atau tombak dan sejenisnya, memegangnya harus dilakukan di bagian logam kerisnya, bukan di gagang kayunya, cukup sentuhkan ujung jari anda pada bagian logamnya. Lakukan dengan cara santai dan sopan. Pegangan tangan rileks, tidak kaku / keras menggenggam. Tenangkan hati dan pikiran. Gunakan kepekaan rasa, fokus pada benda yang sedang dipegang.
Bila benda tersebut berpenghuni gaib di dalamnya, biasanya akan terasa di tangan kita rasa setruman tipis. Bila rasa setrum itu kurang terasa, anda dapat berkata dalam hati tetapi diarahkan kepada benda tersebut, kontak batin, seolah-olah anda berkomunikasi dengannya : " Jika batu / keris ini ada isi gaibnya, tolong berikan getaran kencang di tangan saya ". Lakukan sugesti tersebut beberapa kali sampai anda yakin dengan rasa getaran di tangan anda.
Jika benda tersebut ada berpenghuni gaib, biasanya akan dapat dirasakan setruman energinya di tangan anda, bahkan ada yang sampai membuat genggaman tangan seperti terasa keras kesemutan. Bila kosong tidak berpenghuni gaib, maka tidak akan ada rasa setrumannya. Dalam hal ini kita harus teliti menentukan apakah rasa setruman yang kita rasakan di tangan kita, jika ada, apakah benar berasal dari benda tersebut ataukah berasal dari tangan kita sendiri, jangan sampai keliru. Dalam hal ini kita harus fokus pada setruman yang berasal dari benda tersebut, bukan sekedar pada rasa setruman di tangan kita.
Masing-masing benda yang berpenghuni gaib, akan memberikan rasa setruman yang berbeda-beda. Ada yang setrumannya halus tipis, ada yang keras terasa. Halus atau kerasnya rasa setruman itu tidak menandakan tingkat kesaktian atau kekuatan gaib di dalamnya, tetapi hanya menandakan perangainya yang halus ataukah berwatak keras. Sosok gaib yang berwatak keras akan memberikan rasa getaran / setruman yang lebih keras daripada sosok halus yang berwatak halus. Selain itu, benda gaib yang khodamnya sudah keluar dari bendanya mendampingi pemiliknya akan memberikan rasa setruman yang lebih halus dibanding benda gaib yang khodamnya tetap berada di dalam bendanya.
Cara ini juga dapat digunakan untuk merasakan keberadaan suatu mahluk gaib di dalam tubuh seseorang untuk mengetahui apakah sakit yang diderita oleh seseorang adalah sakit biasa ataukah karena adanya pengaruh energi negatif dari sesosok gaib di tubuhnya (ketempelan / kesambet / guna-guna). Dengan telapak dan ujung-ujung jari tangan kita coba merasakan posisi tempat keberadaan gaibnya. Bila cara ini dilakukan terhadap bagian tubuh seseorang, lakukanlah pendeteksian pada jarak beberapa sentimeter dari kulitnya.
Cara di atas juga dapat dilakukan pada jarak sejengkal atau dua jengkal dari tubuh seseorang untuk merasakan apakah seseorang ada diikuti oleh sesosok gaib (ketempelan / kesambet / guna-guna / khodam pendamping).
Jika anda sudah cukup mahir cara ini juga dapat digunakan untuk merasakan posisi keberadaan suatu mahluk gaib di dalam suatu ruangan atau lokasi tertentu. Dengan telapak dan ujung-ujung jari tangan kita coba merasakan posisi tempat keberadaan sosok gaibnya.
Pada bagian yang berpenghuni gaib kita akan merasakan bukan hanya rasa panas / hangat / dingin dari hawa energi si mahluk gaib, tetapi juga rasa setruman dari energinya di tangan kita. Cobalah beberapa kali di posisi lain di sekitarnya. Posisi dimana suatu mahluk halus berada akan memberikan rasa yang berbeda dengan posisi lain yang tidak berpenghuni mahluk halus.
Bila kepekaan batin / rasa sudah terbentuk, biasanya juga dapat terbayang sosok wujud gaibnya dan tujuan keberadaannya disitu dan anda juga dapat merasakan adanya rasa tertekan di dada.
Harus diperhatikan : cara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan melawan mahluk halus tersebut atau adu kuat dan tidak takut, apalagi menantang, tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar mendeteksi. Jika selama berada di tempat tersebut kita merasakan rasa merinding dan rasa takut yang mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan kehadiran kita. Untuk amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting : sama-sama selamat.
Tahap 2.
Bila kita sudah cukup mahir melakukan cara-cara di atas dan dapat mengsugesti diri kita sendiri untuk dengan pasti menentukan posisi keberadaan suatu mahluk halus, cara deteksi ini dapat ditingkatkan dengan melakukannya dari jarak yang cukup jauh dari target sasaran yang akan kita deteksi, tidak harus kita datang mendekat dan menyentuhnya.
Sebagai awal latihan tahap kedua ini, kita lakukan dahulu cara pertama di atas sampai mahir, yaitu mendeteksi keberadaan suatu mahluk gaib dengan mencari setrumannya di tangan kita. Cobalah kita bedakan dengan lokasi lain di dekatnya sampai kita yakin bahwa disitu benar terdapat sesuatu yang "gaib".
Kemudian kita coba dari jarak beberapa meter dari lokasi tersebut, julurkan tangan anda dan salurkan energi anda melalui tangan anda dan sugestikan atau bayangkan dalam pikiran bahwa tangan anda terjulur dan bisa mencapai target sasaran dan energi anda bisa bersentuhan dan bisa merasakan keberadaan energi gaibnya dan bandingkan dengan posisi lain di sekitarnya.
Perhatikan rasa di tangan dan rasa di dada mengenai jawaban keberadaan mahluk halus tersebut.
Pada tempat yang berpenghuni gaib kita akan merasakan ada setruman halus di jari-jari tangan kita dan adanya rasa berat tertekan di dada kita. Rasa itu tidak akan kita dapatkan dari lokasi / posisi lain yang tidak berpenghuni gaib.
Bila telah mendapatkan suatu posisi yang berpenghuni gaib, teruskanlah cara di atas dan cobalah untuk membayangkan sosok gaibnya seperti apa (biarkan ilham mengalir sendiri memberikan suatu bayangan gaib, jangan kita membayang-bayangkan sosoknya atau ber-ilusi). Latihlah terus sampai anda yakin berhasil menguasai tahap kedua ini.
Bila menggunakan benda-benda gaib seperti keris atau batu akik, dengan cara latihan sugesti di atas cobalah anda rasakan keberadaan energinya, dari jarak dekat, kemudian dicoba lagi sampai jarak yang lebih jauh, dari jarak sejengkal sampai jarak beberapa meter. Lebih baik kalau anda bisa merasakan persentuhan energi anda dengan energi bendanya.
Tahap 3.
Setelah cukup mahir dengan tahapan pertama dan kedua di atas, cobalah tahapan ketiga.
Pada tahapan ketiga ini cobalah untuk memperhatikan rasa di dadaketika anda melakukan cara pertama dan kedua di atas.
Jika dalam latihan di atas anda sudah dapat merasakan rasa berat tertekan di dada, jika anda berada di dalam suatu ruangan atau lokasi yang berpenghuni gaib, biasanya secara otomatis anda akan merasakan rasa berat tertekan di dada. Kendalikan rasa tertekan di dada itu dengan cara menekan nafas (bukan dengan cara mengatur nafas, tetapi dengan menekan nafas) dan otot perut dikeraskan. Setelah kondisi anda normal kembali, latihan berikutnya dapat dimulai kembali.
Latihan tahap ketiga dilakukan dengan tidak menjulurkan tangan. Cukup sugestikan / bayangkan tangan anda terjulur mencapai target sasaran dan bisa merasakan keberadaan energi gaibnya dengan memperhatikan rasa di dada. Latihan cara ini bisa juga dilakukan dengan mengedepankan rasa di dada, dengan menekan rasa di dada atau dengan membusungkan dada seolah-olah membenturkan rasa di dada dengan keberadaan energi mahluk halus di hadapan kita.
Dengan cara ini kita belajar peka terhadap suasana alam di sekitar kita. Di dalam suatu ruangan / lokasi, cobalah fokuskan rasa pada suatu tempat / posisi tertentu, kemudian dicoba lagi pada tempat / posisi lainnya. Ketika konsentrasi anda terfokus pada posisi yang berpenghuni gaib, anda akan merasakan getaran dan rasa berat di dada. Coba juga dibayangkan sosok gaibnya seperti apa.
Setelah anda cukup mahir dengan tahapan ketiga ini, anda akan dapat mendeteksi keberadaan mahluk gaib di sekitar anda, atau mendeteksi keberadaan mahluk halus di suatu tempat hanya dengan berdiam diri saja, atau dengan melihat lokasinya saja dari jauh, atau hanya dengan melihat fotonya saja, atau hanya dengan membayangkan suatu lokasi yang sudah pernah anda lihat sebelumnya, atau membayangkan lokasi yang disebutkan oleh orang lain yang bertanya kepada anda, dengan mengsugesti diri untuk fokus berkontak batin atau kontak rasa dengan mahluk gaibnya atau dengan lokasinya.
Tahap 4.
Pada tahapan ini kita tingkatkan kualitas kemampuan kita di atas, yaitu selain mempertajam kepekaan rasa tentang posisi keberadaan suatu mahluk halus dengan rasa tertekan di dada, juga mempertajam kepekaan rasa untuk mendapatkan informasi mengenai seperti apa wujud sosok gaibnya (melalui ilham gambaran gaib yang mengalir dalam benak kita) dan belajar berkomunikasi langsung dengan sosok gaibnya.
Usahakan untuk tidak mengedepankan pikiran, tetapi satukan rasa dengan keberadaan sosok gaibnya. Jika gambaran sosok gaibnyasudah didapatkan, terbayang di dalam pikiran anda, walaupun samar, fokuskan batin anda untuk bisa lama berfokus batin memperjelas gambaran sosok gaib itu. Jika dalam proses ini anda merasa takut, atau merasakan rasa yang tidak baik, sebaiknya jangan diteruskan. Mungkin kondisinya memang tidak baik dan berbahaya.
Cara yang lebih aman adalah menerawang sosok gaib dari sebuah benda gaib, seperti keris, batu akik atau mustika, atau bisa juga dilakukan kepada sosok khodam pendamping, jika anda memilikinya.Usahakan untuk tidak mengedepankan pikiran, tetapi satukan rasa dengan keberadaan energi dan sosok gaibnya. Jika gambaran sosok gaibnya sudah didapatkan, walaupun samar, fokuskan batin andakepada sosok gaib itu untuk mempertajam penglihatan batin anda.
Sambil kita fokuskan batin kepada sosok gaib itu sampaikan pertanyaan-pertanyaan kita mengenai benda gaib itu kepada sosok gaib itu, apa tuahnya, bagaimana kecocokkannya dengan seseorang, dsb, dengan cara berkata-kata di dalam hati tetapi ditujukan kepada sosok gaibnya. Dengan cara ini selain kita belajar "melihat" secara batin, juga kita belajar "mendengar" secara kontak batin jawaban komunikasi dari sosok gaib itu berupa ilham yang mengalir dalam benak kita. Lakukanlah dengan hormat.
Dalam semua laku kebatinan dan spiritual kita harus mengedepankan rasa dan batin, bukan pikiran. Karena itu dalam proses latihan di atas kita harus mengedepankan rasa dan batin, bukan pikiran. Biarkan ilham dan gambaran gaib mengalir di dalam pikiran kita. Jika dalam kondisi itu kita beralih menggunakan pikiran, maka kemudian aliran kontak batin itu akan terputus, sehingga terpaksa kita harus mengulang lagi dari awal. Kalau semuanya sudah dapat dimengerti dengan rasa dan batin, barulah kemudian dinalar dengan pikiran.
Bila kita berhasil menguasai tahapan ini berarti kita sudah belajar mempertajam kepekaan rasa batin, sehingga walaupun keberadaan suatu sosok mahluk halus tidak terasakan / terdeteksi kehadiran energinya dan tidak dapat dilihat dengan kemampuan melihat gaib (karena mahluk halus yang berdimensi tinggi semakin sulit dirasakan keberadaan energinya dan semakin sulit dilihat dengan penglihatan gaib mata ketiga), tetapi kita bisa mendeteksi keberadaannya dengan adanya rasa berat di dada pada jarak yang cukup jauh (sebelum muncul rasa merinding) dan bisa juga terbayang sosoknya seperti apa. Selain itu dengan kepekaan rasa kita juga bisa mengetahui tujuan keberadaan sesosok mahluk halus, sifatnya berbahaya atau tidak, dsb.
Jika dalam latihan olah rasa di atas anda menggunakan benda-benda gaib, misalnya keris atau batu akik berkhodam, jika anda memegang bendanya, akan lebih baik kalau anda menyalurkan energi di tangan untuk merasakan persentuhan dengan energi bendanya. Dengan cara itu biasanya kemudian akan ada kontak rasa dan akan terbayang sosok gaibnya seperti apa, termasuk tuah dan kekuatannya.
Untuk menayuh benda-benda gaib melalui fotonya, akan lebih baik jika dilakukan dengan cara sambil membayangkan benda aslinya anda menyalurkan energi di tangan untuk bersentuhan dengan energi benda aslinya, biasanya kemudian akan ada kontak rasa dan akan terbayang sosok gaibnya seperti apa, termasuk tuah dan kekuatannya. Dengan sambil membayangkan benda aslinya nantinya pada fotonya itu anda juga bisa merasakan rasa setruman halus di tangan anda yang menandakan apakah bendanya berkhodam. Begitu juga kalau melihat foto orang, cara di atas dilakukan sambil membayangkan orangnya, bukan sekedar memperhatikan fotonya.
Cara-cara latihan olah rasa di atas serupa dengan cara-cara olah rasa dalam menayuh keris. Untuk belajar olah rasa, selain mengikuti panduan seperti cara-cara di atas, sebaiknya anda juga belajar olah rasa dalam menayuh keris, panduan latihannya sudah dituliskan dalam halaman yang berjudul Ilmu Tayuh / Menayuh Keris.
Bila anda cukup mahir dengan tahapan keempat ini, berarti anda sudah melatih kepekaan dan ketajaman rasa batin, dan bila dengan cara ini anda juga dapat mengetahui wujud sosok-sosok gaib yang anda temui (dengan ilham gambaran gaib yang mengalir di pikiran anda), berarti anda sudah memasuki tahapan cara melihat gaib secara batin. Setelah anda mahir dengan semuanya itu, intuisi anda akan tajam dalam banyak hal. Anda juga dapat berperan sebagai konsultan supranatural untuk teman-teman anda.
Cara-cara latihan di atas juga akan melatih rasa kepekaan dan ketajaman batin kita dalam banyak hal, dan termasuk juga menjadi salah satu cara untuk belajar "mendengarkan" pikiran orang lain.
Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang tidak langsung, dan seringkali terjadi pada para pemula, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau hanya halusinasi saja. Kelemahan ini bisa diatasi kalau saja kita dapat kuat lama dalam fokus batin dan bisa berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat seperti dengan cara-cara di atas, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.
Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kegaiban batin dan sukma mereka selain bisa untuk mendeteksi suasana gaib di lingkungan mereka, mereka juga dapat menggerakkan kekuatan batin dan sukma mereka untuk mengusir / menyerang / menarik / menundukkan atau berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa dan batin saja, dan tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu.
Karena itu sebaiknya kita melatih olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau meditasi energi (baca: Meditasi dan Energi), atau cara-cara kebatinan lain yang ada. Satu hal yang harus diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Yang penting : sama-sama selamat.
Bagi anda yang sudah mengikuti pelatihan tenaga dalam murni, maka dalam rangka mendeteksi keberadaan mahluk halus di atas anda dapat memancarkan energi anda melalui telapak tangan dan usahakan peka rasa untuk merasakan adanya benturan energi anda dengan energi sosok mahluk halusnya (sugestikan bahwa energi anda tidak bersifat menyerang atau mengganggunya, hanya bersentuhan saja). Dari rasa benturan energi itu cobalah untuk menentukan bentuk wujud mahluk halus tersebut, besar-kecilnya, dsb.
Dalam penggunaan sehari-hari kepekaan rasa dapat digunakan untuk merasakan suasana alam di sekitar anda. Misalnya ada teman anda yang sedang sakit. Dengan kepekaan rasa anda bisa mengetahui apakah teman anda itu sakit biasa ataukah sakit karena gangguan / ketempelan mahluk halus. Rumah anda atau di suatu tempat lain anda bisa merasakan apakah tempat tersebut berpenghuni gaib.
Sama dengan melihat orang lain atau fotonya, kita bisa merasakan apakah orang tersebut berwatak baik atau jahat. Begitu juga dengan mahluk halus dan khodam, kita bisa merasakan hawa teduh atau panas, baik atau jahat, berbahaya atau tidak, dsb. Begitu juga dengan suasana alam di sekitar kita, rasanya akan berbeda kalau ada keberadaan sosok kuntilanak, atau jin, atau gondoruwo, atau ada keberadaan mustika dan pusaka di alam gaib, dsb. Sosok-sosok halus yang kita rasakan keberadaannya juga bisa dikenali perwatakannya, apakah berwatak baik atau jahat, dari golongan putih ataukah hitam.
Berarti tinggal ditambah lagi melatih kepekaan rasa supaya bisa jugamengenali hawa / rasa energi masing-masing sosok halus, karena masing-masing sosok halus mempunyai rasa sendiri-sendiri mengenai hawa / aura energinya, sesudah itu barulah dipertegas dengan melihat gaib untuk melihat rupa sosoknya.
Cara lain mengolah kepekaan rasa dan bagi anda yang memiliki benda-benda gaib, khodam pendamping atau ketempatan khodam leluhur, ada beberapa panduan yang berguna untuk mengoptimalkan fungsinya, seperti yang tertulis dalam :
- Ilmu Tayuh / Menayuh KerisMemang ada hal-hal yang dulu dianggap gaib, sekarang tidak lagi menjadi hal gaib setelah bisa dibuktikan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern. Misalnya saja ada sebuah sendang, mata air atau sungai yang walaupun airnya kelihatan bening dan bersih, tetapi akan membuat orang sakit perut bila meminum langsung air mentahnya. Pada jaman dulu dianggap tempat-tempat tersebut adalah angker, berpenghuni gaib, tidak boleh didatangi manusia, yang bahkan jika mengambil dan meminum airnya saja akan membuat orang sakit (dianggap kesambet). Tetapi pada jaman sekarang hal di atas bukan rahasia lagi, karena sudah diketahui penyebabnya, yaitu adanya unsur kuman di dalam air, yang tidak akan menyebabkan orang sakit meminumnya setelah airnya dimasak terlebih dahulu.
Tetapi ada juga kegaiban yang sampai sekarang belum bisa ditemukan rahasianya dengan sikap berpikir dan peralatan modern.Misalnya sampai sekarang manusia belum bisa menemukan rahasianya mengapa air sungai Gangga di India bisa bersih dari kuman (bakteri, virus, amuba), padahal airnya keruh dan sehari-harinya sungai itu diisi oleh mayat-mayat dan bangkai manusia yang mengambang (sungai Gangga menjadi tempat ritual melabuh jenazah dan abu kremasi). Secara kebatinan / spiritual diketahui bahwa penyebabnya adalah Dewi Gangga yang dengan kegaibannya menjaga kesucian sungai Gangga, tetapi dengan sikap berpikir dan peralatan modernnya manusia belum bisa menemukan rahasianya. Sekalipun bisa menemukan unsur yang membersihkan sungai Gangga dari kuman, tetapi tidak ada manusia yang mampu meniru membuatnya, walaupun sudah dilakukan penelitian dengan peralatan modernnya.
Atau juga dengan seketika manusia bisa menghilangkan kuman dan virus dari tubuh manusia yang sedang sakit dengan menggunakan tenaga dalam atau khodam, yang dengan peralatan modernnya manusia belum bisa menciptakan alat untuk menirunya. Yang masih dilakukan sampai sekarang adalah membunuh kuman dan virus dengan obat-obatan medis dan antibiotik.
Belajar Olah Rasa
Dalam keilmuan kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin, bukan kemampuan melihat gaib, bukan juga pembukaan cakra-cakra tubuh. Kepekaan rasa itu juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide / ilham yang mengalir di dalam pikiran yang akan mengantarkan pada pengetahuan yang lebih tinggi.
Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat merasakan sesuatu yang bersifat gaib, yang tidak dapat diinderai dengan mata fisik, barulah kemudian dipertegas dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara kebatinan yang lain. Kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat juga mendeteksi keberadaan sesuatu yang gaib dan bisa terbayang sosok wujudnya seperti apa, termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa seringkali harus diasah melalui perkumpulan kebatinan / spiritual atau berkumpul dengan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Berikut ini kami tuliskan cara olah rasa sederhana yang diawali dengan meditasi sederhana untuk mempertajam kepekaan rasa pada ujung-ujung jari tangan kita. Meditasi ini untuk belajar merasakan adanya setruman listrik halus pada benda jimat / mustika / pusaka sebagai tanda bahwa benda itu berpenghuni gaib (ada kandungan energinya).
Ini adalah cara sederhana untuk mendeteksi apakah sebuah benda ada isi gaibnya ataukah kosong, bukan untuk mengetahui gambaran sosok gaibnya atau kegunaannya. Tetapi bila kepekaan batin / rasa sudah terbentuk, biasanya juga dapat terbayang sosok gaib dan kegunaan / tuahnya.
Meditasinya bisa dilakukan dengan duduk di kursi ataupun duduk bersila, bisa 5 menit atau lebih (terserah anda) dan bisa dilakukan sambil berdoa / zikir :
1. Duduklah santai dengan punggung ditegakkan, tetapi tidak tegang dan tidak juga terlalu santai.
Kedua tangan diletakkan di atas paha dan terbuka menghadap ke atas.
Ujung ibu jari (jempol) ditempelkan dengan ujung jari tengah.
Pejamkan mata. Dalam kondisi terpejam, pandangan mata diarahkan santai ke bawah.
2. Tariklah nafas panjang dengan halus dan lepaskan juga dengan halus. Lakukan dengan rileks.
Rasakan jalannya nafas. Rasakan detak jantung anda.
3. Tenangkan hati dan pikiran anda.
Sekalipun suasana tempat anda ramai, usahakan dapat mencari keheningan di dalam keramaian.
Bisa juga sambil berdoa / zikir.
4. Ulangi langkah-langkah di atas sampai anda dapat merasakan ketenangan dan keheningan dan
bisa merasakan setruman listrik halus di ujung ibu jari dan ujung jari tengah.
Bila setruman itu sudah dapat dirasakan, teruskan saja sampai setrumnya terasa kencang di jari-jari
tangan anda.
Jari tengah kemudian bisa diganti dengan jari telunjuk atau jari manis atau tangan mengepal, supaya
semua jari dan kepalan tangan mendapatkan ketajaman rasa yang sama.
5. Jika sudah dianggap cukup, sebagai penutup, bentangkan kedua tangan ke samping dan hiruplah udara
bersih yang panjang beberapa kali dan rasakan energi alam yang segar mengisi tubuh, hati dan pikiran
anda dan setelah itu anda merasa bersih, sehat dan segar dan siap kembali beraktivitas.
Setelah tahapan latihan di atas sudah anda kuasai, anda sudah bisa merasakan adanya setruman halus di ujung-ujung jari anda, maka anda sudah bisa lanjut ke latihan berikutnya untuk menggunakan hasil latihan tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut :
Tahap 1.
Benda yang akan kita rasakan keberadaan gaibnya kita pegang dengan ujung ibu jari dan jari tengah, atau digenggam. Untuk batu akik, bendanya kita pegang dengan ujung ibu jari dan jari tengah, atau digenggam. Untuk benda keris atau tombak dan sejenisnya, memegangnya harus dilakukan di bagian logam kerisnya, bukan di gagang kayunya, cukup sentuhkan ujung jari anda pada bagian logamnya. Lakukan dengan cara santai dan sopan. Pegangan tangan rileks, tidak kaku / keras menggenggam. Tenangkan hati dan pikiran. Gunakan kepekaan rasa, fokus pada benda yang sedang dipegang.
Bila benda tersebut berpenghuni gaib di dalamnya, biasanya akan terasa di tangan kita rasa setruman tipis. Bila rasa setrum itu kurang terasa, anda dapat berkata dalam hati tetapi diarahkan kepada benda tersebut, kontak batin, seolah-olah anda berkomunikasi dengannya : " Jika batu / keris ini ada isi gaibnya, tolong berikan getaran kencang di tangan saya ". Lakukan sugesti tersebut beberapa kali sampai anda yakin dengan rasa getaran di tangan anda.
Jika benda tersebut ada berpenghuni gaib, biasanya akan dapat dirasakan setruman energinya di tangan anda, bahkan ada yang sampai membuat genggaman tangan seperti terasa keras kesemutan. Bila kosong tidak berpenghuni gaib, maka tidak akan ada rasa setrumannya. Dalam hal ini kita harus teliti menentukan apakah rasa setruman yang kita rasakan di tangan kita, jika ada, apakah benar berasal dari benda tersebut ataukah berasal dari tangan kita sendiri, jangan sampai keliru. Dalam hal ini kita harus fokus pada setruman yang berasal dari benda tersebut, bukan sekedar pada rasa setruman di tangan kita.
Masing-masing benda yang berpenghuni gaib, akan memberikan rasa setruman yang berbeda-beda. Ada yang setrumannya halus tipis, ada yang keras terasa. Halus atau kerasnya rasa setruman itu tidak menandakan tingkat kesaktian atau kekuatan gaib di dalamnya, tetapi hanya menandakan perangainya yang halus ataukah berwatak keras. Sosok gaib yang berwatak keras akan memberikan rasa getaran / setruman yang lebih keras daripada sosok halus yang berwatak halus. Selain itu, benda gaib yang khodamnya sudah keluar dari bendanya mendampingi pemiliknya akan memberikan rasa setruman yang lebih halus dibanding benda gaib yang khodamnya tetap berada di dalam bendanya.
Cara ini juga dapat digunakan untuk merasakan keberadaan suatu mahluk gaib di dalam tubuh seseorang untuk mengetahui apakah sakit yang diderita oleh seseorang adalah sakit biasa ataukah karena adanya pengaruh energi negatif dari sesosok gaib di tubuhnya (ketempelan / kesambet / guna-guna). Dengan telapak dan ujung-ujung jari tangan kita coba merasakan posisi tempat keberadaan gaibnya. Bila cara ini dilakukan terhadap bagian tubuh seseorang, lakukanlah pendeteksian pada jarak beberapa sentimeter dari kulitnya.
Cara di atas juga dapat dilakukan pada jarak sejengkal atau dua jengkal dari tubuh seseorang untuk merasakan apakah seseorang ada diikuti oleh sesosok gaib (ketempelan / kesambet / guna-guna / khodam pendamping).
Jika anda sudah cukup mahir cara ini juga dapat digunakan untuk merasakan posisi keberadaan suatu mahluk gaib di dalam suatu ruangan atau lokasi tertentu. Dengan telapak dan ujung-ujung jari tangan kita coba merasakan posisi tempat keberadaan sosok gaibnya.
Pada bagian yang berpenghuni gaib kita akan merasakan bukan hanya rasa panas / hangat / dingin dari hawa energi si mahluk gaib, tetapi juga rasa setruman dari energinya di tangan kita. Cobalah beberapa kali di posisi lain di sekitarnya. Posisi dimana suatu mahluk halus berada akan memberikan rasa yang berbeda dengan posisi lain yang tidak berpenghuni mahluk halus.
Bila kepekaan batin / rasa sudah terbentuk, biasanya juga dapat terbayang sosok wujud gaibnya dan tujuan keberadaannya disitu dan anda juga dapat merasakan adanya rasa tertekan di dada.
Harus diperhatikan : cara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan melawan mahluk halus tersebut atau adu kuat dan tidak takut, apalagi menantang, tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar mendeteksi. Jika selama berada di tempat tersebut kita merasakan rasa merinding dan rasa takut yang mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan kehadiran kita. Untuk amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting : sama-sama selamat.
Tahap 2.
Bila kita sudah cukup mahir melakukan cara-cara di atas dan dapat mengsugesti diri kita sendiri untuk dengan pasti menentukan posisi keberadaan suatu mahluk halus, cara deteksi ini dapat ditingkatkan dengan melakukannya dari jarak yang cukup jauh dari target sasaran yang akan kita deteksi, tidak harus kita datang mendekat dan menyentuhnya.
Sebagai awal latihan tahap kedua ini, kita lakukan dahulu cara pertama di atas sampai mahir, yaitu mendeteksi keberadaan suatu mahluk gaib dengan mencari setrumannya di tangan kita. Cobalah kita bedakan dengan lokasi lain di dekatnya sampai kita yakin bahwa disitu benar terdapat sesuatu yang "gaib".
Kemudian kita coba dari jarak beberapa meter dari lokasi tersebut, julurkan tangan anda dan salurkan energi anda melalui tangan anda dan sugestikan atau bayangkan dalam pikiran bahwa tangan anda terjulur dan bisa mencapai target sasaran dan energi anda bisa bersentuhan dan bisa merasakan keberadaan energi gaibnya dan bandingkan dengan posisi lain di sekitarnya.
Perhatikan rasa di tangan dan rasa di dada mengenai jawaban keberadaan mahluk halus tersebut.
Pada tempat yang berpenghuni gaib kita akan merasakan ada setruman halus di jari-jari tangan kita dan adanya rasa berat tertekan di dada kita. Rasa itu tidak akan kita dapatkan dari lokasi / posisi lain yang tidak berpenghuni gaib.
Bila telah mendapatkan suatu posisi yang berpenghuni gaib, teruskanlah cara di atas dan cobalah untuk membayangkan sosok gaibnya seperti apa (biarkan ilham mengalir sendiri memberikan suatu bayangan gaib, jangan kita membayang-bayangkan sosoknya atau ber-ilusi). Latihlah terus sampai anda yakin berhasil menguasai tahap kedua ini.
Bila menggunakan benda-benda gaib seperti keris atau batu akik, dengan cara latihan sugesti di atas cobalah anda rasakan keberadaan energinya, dari jarak dekat, kemudian dicoba lagi sampai jarak yang lebih jauh, dari jarak sejengkal sampai jarak beberapa meter. Lebih baik kalau anda bisa merasakan persentuhan energi anda dengan energi bendanya.
Tahap 3.
Setelah cukup mahir dengan tahapan pertama dan kedua di atas, cobalah tahapan ketiga.
Pada tahapan ketiga ini cobalah untuk memperhatikan rasa di dadaketika anda melakukan cara pertama dan kedua di atas.
Jika dalam latihan di atas anda sudah dapat merasakan rasa berat tertekan di dada, jika anda berada di dalam suatu ruangan atau lokasi yang berpenghuni gaib, biasanya secara otomatis anda akan merasakan rasa berat tertekan di dada. Kendalikan rasa tertekan di dada itu dengan cara menekan nafas (bukan dengan cara mengatur nafas, tetapi dengan menekan nafas) dan otot perut dikeraskan. Setelah kondisi anda normal kembali, latihan berikutnya dapat dimulai kembali.
Latihan tahap ketiga dilakukan dengan tidak menjulurkan tangan. Cukup sugestikan / bayangkan tangan anda terjulur mencapai target sasaran dan bisa merasakan keberadaan energi gaibnya dengan memperhatikan rasa di dada. Latihan cara ini bisa juga dilakukan dengan mengedepankan rasa di dada, dengan menekan rasa di dada atau dengan membusungkan dada seolah-olah membenturkan rasa di dada dengan keberadaan energi mahluk halus di hadapan kita.
Dengan cara ini kita belajar peka terhadap suasana alam di sekitar kita. Di dalam suatu ruangan / lokasi, cobalah fokuskan rasa pada suatu tempat / posisi tertentu, kemudian dicoba lagi pada tempat / posisi lainnya. Ketika konsentrasi anda terfokus pada posisi yang berpenghuni gaib, anda akan merasakan getaran dan rasa berat di dada. Coba juga dibayangkan sosok gaibnya seperti apa.
Setelah anda cukup mahir dengan tahapan ketiga ini, anda akan dapat mendeteksi keberadaan mahluk gaib di sekitar anda, atau mendeteksi keberadaan mahluk halus di suatu tempat hanya dengan berdiam diri saja, atau dengan melihat lokasinya saja dari jauh, atau hanya dengan melihat fotonya saja, atau hanya dengan membayangkan suatu lokasi yang sudah pernah anda lihat sebelumnya, atau membayangkan lokasi yang disebutkan oleh orang lain yang bertanya kepada anda, dengan mengsugesti diri untuk fokus berkontak batin atau kontak rasa dengan mahluk gaibnya atau dengan lokasinya.
Tahap 4.
Pada tahapan ini kita tingkatkan kualitas kemampuan kita di atas, yaitu selain mempertajam kepekaan rasa tentang posisi keberadaan suatu mahluk halus dengan rasa tertekan di dada, juga mempertajam kepekaan rasa untuk mendapatkan informasi mengenai seperti apa wujud sosok gaibnya (melalui ilham gambaran gaib yang mengalir dalam benak kita) dan belajar berkomunikasi langsung dengan sosok gaibnya.
Usahakan untuk tidak mengedepankan pikiran, tetapi satukan rasa dengan keberadaan sosok gaibnya. Jika gambaran sosok gaibnyasudah didapatkan, terbayang di dalam pikiran anda, walaupun samar, fokuskan batin anda untuk bisa lama berfokus batin memperjelas gambaran sosok gaib itu. Jika dalam proses ini anda merasa takut, atau merasakan rasa yang tidak baik, sebaiknya jangan diteruskan. Mungkin kondisinya memang tidak baik dan berbahaya.
Cara yang lebih aman adalah menerawang sosok gaib dari sebuah benda gaib, seperti keris, batu akik atau mustika, atau bisa juga dilakukan kepada sosok khodam pendamping, jika anda memilikinya.Usahakan untuk tidak mengedepankan pikiran, tetapi satukan rasa dengan keberadaan energi dan sosok gaibnya. Jika gambaran sosok gaibnya sudah didapatkan, walaupun samar, fokuskan batin andakepada sosok gaib itu untuk mempertajam penglihatan batin anda.
Sambil kita fokuskan batin kepada sosok gaib itu sampaikan pertanyaan-pertanyaan kita mengenai benda gaib itu kepada sosok gaib itu, apa tuahnya, bagaimana kecocokkannya dengan seseorang, dsb, dengan cara berkata-kata di dalam hati tetapi ditujukan kepada sosok gaibnya. Dengan cara ini selain kita belajar "melihat" secara batin, juga kita belajar "mendengar" secara kontak batin jawaban komunikasi dari sosok gaib itu berupa ilham yang mengalir dalam benak kita. Lakukanlah dengan hormat.
Dalam semua laku kebatinan dan spiritual kita harus mengedepankan rasa dan batin, bukan pikiran. Karena itu dalam proses latihan di atas kita harus mengedepankan rasa dan batin, bukan pikiran. Biarkan ilham dan gambaran gaib mengalir di dalam pikiran kita. Jika dalam kondisi itu kita beralih menggunakan pikiran, maka kemudian aliran kontak batin itu akan terputus, sehingga terpaksa kita harus mengulang lagi dari awal. Kalau semuanya sudah dapat dimengerti dengan rasa dan batin, barulah kemudian dinalar dengan pikiran.
Bila kita berhasil menguasai tahapan ini berarti kita sudah belajar mempertajam kepekaan rasa batin, sehingga walaupun keberadaan suatu sosok mahluk halus tidak terasakan / terdeteksi kehadiran energinya dan tidak dapat dilihat dengan kemampuan melihat gaib (karena mahluk halus yang berdimensi tinggi semakin sulit dirasakan keberadaan energinya dan semakin sulit dilihat dengan penglihatan gaib mata ketiga), tetapi kita bisa mendeteksi keberadaannya dengan adanya rasa berat di dada pada jarak yang cukup jauh (sebelum muncul rasa merinding) dan bisa juga terbayang sosoknya seperti apa. Selain itu dengan kepekaan rasa kita juga bisa mengetahui tujuan keberadaan sesosok mahluk halus, sifatnya berbahaya atau tidak, dsb.
Jika dalam latihan olah rasa di atas anda menggunakan benda-benda gaib, misalnya keris atau batu akik berkhodam, jika anda memegang bendanya, akan lebih baik kalau anda menyalurkan energi di tangan untuk merasakan persentuhan dengan energi bendanya. Dengan cara itu biasanya kemudian akan ada kontak rasa dan akan terbayang sosok gaibnya seperti apa, termasuk tuah dan kekuatannya.
Untuk menayuh benda-benda gaib melalui fotonya, akan lebih baik jika dilakukan dengan cara sambil membayangkan benda aslinya anda menyalurkan energi di tangan untuk bersentuhan dengan energi benda aslinya, biasanya kemudian akan ada kontak rasa dan akan terbayang sosok gaibnya seperti apa, termasuk tuah dan kekuatannya. Dengan sambil membayangkan benda aslinya nantinya pada fotonya itu anda juga bisa merasakan rasa setruman halus di tangan anda yang menandakan apakah bendanya berkhodam. Begitu juga kalau melihat foto orang, cara di atas dilakukan sambil membayangkan orangnya, bukan sekedar memperhatikan fotonya.
Cara-cara latihan olah rasa di atas serupa dengan cara-cara olah rasa dalam menayuh keris. Untuk belajar olah rasa, selain mengikuti panduan seperti cara-cara di atas, sebaiknya anda juga belajar olah rasa dalam menayuh keris, panduan latihannya sudah dituliskan dalam halaman yang berjudul Ilmu Tayuh / Menayuh Keris.
Bila anda cukup mahir dengan tahapan keempat ini, berarti anda sudah melatih kepekaan dan ketajaman rasa batin, dan bila dengan cara ini anda juga dapat mengetahui wujud sosok-sosok gaib yang anda temui (dengan ilham gambaran gaib yang mengalir di pikiran anda), berarti anda sudah memasuki tahapan cara melihat gaib secara batin. Setelah anda mahir dengan semuanya itu, intuisi anda akan tajam dalam banyak hal. Anda juga dapat berperan sebagai konsultan supranatural untuk teman-teman anda.
Cara-cara latihan di atas juga akan melatih rasa kepekaan dan ketajaman batin kita dalam banyak hal, dan termasuk juga menjadi salah satu cara untuk belajar "mendengarkan" pikiran orang lain.
Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang tidak langsung, dan seringkali terjadi pada para pemula, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau hanya halusinasi saja. Kelemahan ini bisa diatasi kalau saja kita dapat kuat lama dalam fokus batin dan bisa berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat seperti dengan cara-cara di atas, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.
Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kegaiban batin dan sukma mereka selain bisa untuk mendeteksi suasana gaib di lingkungan mereka, mereka juga dapat menggerakkan kekuatan batin dan sukma mereka untuk mengusir / menyerang / menarik / menundukkan atau berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa dan batin saja, dan tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu.
Karena itu sebaiknya kita melatih olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau meditasi energi (baca: Meditasi dan Energi), atau cara-cara kebatinan lain yang ada. Satu hal yang harus diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Yang penting : sama-sama selamat.
Bagi anda yang sudah mengikuti pelatihan tenaga dalam murni, maka dalam rangka mendeteksi keberadaan mahluk halus di atas anda dapat memancarkan energi anda melalui telapak tangan dan usahakan peka rasa untuk merasakan adanya benturan energi anda dengan energi sosok mahluk halusnya (sugestikan bahwa energi anda tidak bersifat menyerang atau mengganggunya, hanya bersentuhan saja). Dari rasa benturan energi itu cobalah untuk menentukan bentuk wujud mahluk halus tersebut, besar-kecilnya, dsb.
Dalam penggunaan sehari-hari kepekaan rasa dapat digunakan untuk merasakan suasana alam di sekitar anda. Misalnya ada teman anda yang sedang sakit. Dengan kepekaan rasa anda bisa mengetahui apakah teman anda itu sakit biasa ataukah sakit karena gangguan / ketempelan mahluk halus. Rumah anda atau di suatu tempat lain anda bisa merasakan apakah tempat tersebut berpenghuni gaib.
Sama dengan melihat orang lain atau fotonya, kita bisa merasakan apakah orang tersebut berwatak baik atau jahat. Begitu juga dengan mahluk halus dan khodam, kita bisa merasakan hawa teduh atau panas, baik atau jahat, berbahaya atau tidak, dsb. Begitu juga dengan suasana alam di sekitar kita, rasanya akan berbeda kalau ada keberadaan sosok kuntilanak, atau jin, atau gondoruwo, atau ada keberadaan mustika dan pusaka di alam gaib, dsb. Sosok-sosok halus yang kita rasakan keberadaannya juga bisa dikenali perwatakannya, apakah berwatak baik atau jahat, dari golongan putih ataukah hitam.
Berarti tinggal ditambah lagi melatih kepekaan rasa supaya bisa jugamengenali hawa / rasa energi masing-masing sosok halus, karena masing-masing sosok halus mempunyai rasa sendiri-sendiri mengenai hawa / aura energinya, sesudah itu barulah dipertegas dengan melihat gaib untuk melihat rupa sosoknya.
Cara lain mengolah kepekaan rasa dan bagi anda yang memiliki benda-benda gaib, khodam pendamping atau ketempatan khodam leluhur, ada beberapa panduan yang berguna untuk mengoptimalkan fungsinya, seperti yang tertulis dalam :
- Menyatukan Keris dgn Pemilik.
Kekuatan Rasa dan Sugesti
Olah rasa berhubungan dengan kepekaan rasa batin dan indra ke 6 manusia. Dengan rasa, orang akan lebih peka terhadap sesuatu yang bersifat gaib, dapat mendeteksi / merasakan keberadaan sesuatu yang gaib, dapat mendeteksi apakah sakit yang diderita oleh seseorang merupakan sakit biasa ataukah karena adanya pengaruh energi negatif dari suatu sosok mahluk halus (ketempelan gaib, kesambet, disantet, guna-guna, dsb), dapat mengetahui cara penyembuhannya dan dapat merasakan sesuatu yang akan terjadi (feeling / intuitif).
Setelah dengan cara-cara latihan kepekaan rasa di atas anda juga dapat merasakan rasa tekanan / desakan di dada, berarti anda sudah mulai dapat merasakan kekuatan rasa di dada. Latihlah terus cara-cara di atas untuk membangkitkan dan menghimpun kekuatan rasa di dada. Kekuatan rasa adalah dasar dari tenaga batin (dasar dari kekuatan sukma yang mengisi tubuh seseorang).
Dengan olah sugesti kekuatan rasa dapat anda manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Cara menggunakan kekuatan rasa itu tidaklah dengan dipikirkan dahulu atau dengan mengempos seluruh tenaga, tetapi harus dilakukan secara spontan bersamaan dengan rasa desakan nafas di dada (ada timing waktunya).
Misalnya akan mengangkat beban yang berat, maka mengangkatnya harus dilakukan secara spontan bersamaan dengan adanya rasa desakan nafas di dada, dilakukan sambil menekan rasa di dada. Dengan cara itu bebannya akan terasa lebih ringan.
Kekuatan pukulan yang dilambari kekuatan rasa, dengan menekan rasa di dada , walaupun tidak dilakukan sepenuh tenaga, efeknya akan berkali-kali lipat dibanding pukulan biasa sepenuh tenaga (ada efek gaibnya). Dari pengamatan Penulis, ada seorang petinju (mantan) yang dalam bertanding ia selalu menggunakan kekuatan rasa dalam pukulan-pukulannya. Walaupun pukulan-pukulannya tidak dilakukan sepenuh tenaga, sehingga ia bisa menghemat tenaga, tetapi pukulan-pukulannya dikatakan oleh lawan-lawannya sebagai terasa menyengat. Petinju itu adalah Muhamad Ali.
Jika anda dapat mengsugestikan kekuatan rasa itu menyatu ke seluruh tubuh, menjadikan tubuh terasa tebal bertenaga, hasilnya akan luar biasa, kekuatan anda akan sama seperti 10 orang sekaligus. Apalagi kalau anda juga mempunyai tenaga dalam, jika bisa menyatukannya dengan kekuatan rasa maka efeknya akan menjadi berlipat-lipat.
Kekuatan rasa ini juga mempunyai kegaiban tersendiri jika diwujudkan dalam kata-kata. Berkata-kata dengan dilambari getaran kekuatan desakan rasa di dada, dengan menekan rasa di dada , pengaruhnya akan sama seperti menggunakan ajian kewibawaan / penundukkan, ajian gelap ngampar, gelap sayuta, gelap saketi atausenggoro macan.
Dengan demikian tanpa ajian / amalan gaib kesaktian dan tanpa tambahan khodam, dengan kekuatan rasa itu kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang pengaruhnya mirip dengan menggunakan ajian kesaktian.
Ketika langit sedang dalam kondisi mendung tebal kita dapat membubarkan konsentrasi mengumpulnya awan dengan sugesti kekuatan rasa (ditambah visualisasi). Dengan menekan rasa di dadakita visualisasikan kita mengeluarkan segulungan energi yang besar yang mendorong awan-awan ke belakang dan ke samping kiri-kanan, sehingga kemudian konsentrasi awan itu menjadi berkurang.
Rahasia kekuatan rasa adalah adanya penyatuan kekuatan roh sedulur papat dengan roh pancer kita (secara satu kesatuan menjadi kekuatan sukma). Dengan bersugesti menggunakan kekuatan rasa itu berarti kita sudah menyatukan kekuatan roh sedulur papat dan pancer kita, menjadi satu kesatuan kekuatan sukma, sehingga menjadi satu kesatuan perbuatan yang mempunyai efek kegaiban tersendiri, yang hasilnya akan berbeda dibanding hanya menggunakan kekuatan fisik saja walaupun dilakukan sepenuh tenaga.
Contoh-contoh di atas adalah contoh-contoh penggunaan sugesti kekuatan rasa dan batin pada tingkatan dasar. Pada tingkatan kemampuan kebatinan yang tinggi (dengan olah kebatinan) kekuatan rasa ini dapat digunakan untuk segala perbuatan yang berhubungan dengan kegaiban, untuk menyembuhkan / mengusir sakit / penyakit seseorang, mengusir / menyerang / menundukkan / menangkap mahluk halus tingkatan rendah sampai yang kelas atas, untuk mempengaruhi / mengendalikan pikiran seseorang atau mahluk halus,untuk memusnahkan keilmuan gaib, khodam dan tenaga dalam seseorang, dan untuk mendatangkan ide / ilham dan wangsit dan pengetahuan spiritual tingkat tinggi yang mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita.
Kekuatan rasa menjadi dasar dari kekuatan kebatinan.
Cara penggunaannya adalah dengan menggerakkan kekuatan rasa, dengan menekan rasa di dada.
Seperti contoh latihan belajar olah rasa di atas, setelah dengan rasa di dada kita bisa merasakan keberadaan sesosok mahluk halus, kemudian dengan :
menekan rasa kita mendesak / mendorong keberadaan sosok halus itu pindah dari posisinya semula, atau
menekan rasa untuk menyingkirkan keberadaan bakteri, virus, dsb, dari sakit-penyakit seseorang (dibuang jauh ke luar angkasa).
Jika seseorang sudah menguasai kekuatan rasa dan kebatinan, untuk keperluan pembersihan gaib orang akan bisa mengukur kekuatannya sendiri ketika berhadapan dengan sosok-sosok gaib tertentu. Jika seseorang sudah mempunyai kekuatan kebatinan yang cukup tinggi, melakukannya tidak perlu dengan bisa melihat gaib, cukup dengan cara kontak rasa untuk mendeteksi sasarannya (keberadaan gaibnya), kemudian memancarkan energi kebatinan untuk mengusirnya.
Harap diperhatikan, penggunaan kekuatan rasa di atas adalah denganmenekan rasa untuk mendorong atau menggeser posisi keberadaan sesosok mahluk halus, bukan untuk memukul / menyerang, jangan sampai malah berbalik mahluk halus itu kemudian menyerang kita. Kita sendiri harus bisa mengukur kekuatan kita, jangan sampai ternyata kekuatan kita lebih rendah daripada sosok halus itu, sehingga kemudian kita menjadi celaka. Kalau belum kuat secara kebatinan, kekuatan rasa itu jangan digunakan untuk menyerang.
Karena itu sebelumnya kita harus belajar "membangun" kekuatan rasa dan kekuatan kebatinan terlebih dulu. Selain meningkatkan kemahiran latihan oleh rasa di atas, membangun kekuatan rasa dan kebatinan bisa juga mengikuti seperti contoh dalam tulisan :
7. Olah Spiritual dan Kebatinan.
Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di leher, cakra di dahi dan di ubun-ubun kepala, sampai cakra mahkota. Di atas ubun-ubun ada cakra mahkota yang bentuknya seperti corong bersusun 2. Dengan cakra mahkota, orang bisa menyerap energi spiritual alam semesta dan bisa untuk menangkap intisari alam spiritual, sehingga bisa mengetahui rahasia alam semesta dan rahasia alam kehidupan. Kemampuan untuk mengetahui kesejatian dari suatu pengetahuan yang didapat dari olah spiritual inilah yang membedakan ilmu spiritual dengan ilmu-ilmu kebatinan dan ilmu-ilmu kegaiban yang lain, dan pengetahuan kebenaran ini akan menjadi suatu kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Olah spiritual juga menghasilkan kekuatan, yaitu kekuatan spiritual, yang berasal dari cakra di ubun-ubun dan cakra mahkota, yang dapat disalurkan melalui kekuatan pikiran. Selain berasal dari kesadarannya sendiri, kekuatan itu juga berasal dari kekuatan roh (roh pancer dan sedulur papatnya) yang seolah-olah berada di belakangnya (di belakang kepalanya) dan menyatukan kekuatannya dengan kekuatan orang tersebut menjadi satu kesatuan kekuatan pikiran. Bila digunakan untuk berhadapan dengan kekuatan mahluk halus, kekuatannya dapat untuk mendeteksi dan menyerang mahluk halus, bukan hanya yang tingkat rendah, tetapi juga yang berkekuatan dan berdimensi tinggi, yang dimensinya dan kesaktiannya lebih daripada buto.
Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, kepekaan dan kekuatan rasa dan batin akan dapat dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang kekuatannya dapat disalurkan menjadi kekuatan tangan / tubuh atau kekuatan kata-kata.
Secara alami, energi kekuatan kebatinan akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar berupa getaran rasa dan tekanan di dada, dan tergantung pada tingkat penguasaan masing-masing orang, selain melalui amalan kebatinan, kekuatan kebatinan dapat diwujudkan menjadi kekuatan tangan / tubuh, atau kekuatan kehendak dan kata-kata. Kekuatan kebatinan itu juga dapat dibentuk menjadi pagaran energi atau untuk menyerang / menundukkan mahluk halus atau untuk menghapuskan / menenggelamkan kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam. Dan getaran perbawa kebatinannya akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut sengaja merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya).
Pada orang-orang yang mendalami olah spiritual, kekuatan gaib spiritual akan dapat dirasakan sebagai suatu getaran atau tekanan di ubun-ubun kepala atau sesuatu yang meremang di atas atau di belakang kepala yang energinya dapat disalurkan melalui kekuatan pikiran.
Secara alami, energi kekuatan spiritual akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang tajam yang terpancar lewat kekuatan pikiran, kekuatan energi yang tajam yang dapat untuk menembus pagaran energi / gaib, atau menyerang menusuk mahluk halus, atau untuk menembus / membuka tabir-tabir kegaiban. Kekuatan pikiran itu juga dapat dibentuk menjadi pagaran energi atau untuk melunturkan / memunahkan kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam. Dan aura spiritualnya akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya sebagai suatu karisma tersendiri yang terpancar di wajah atau sorot matanya.
Seringkali kekuatan spiritual ini tidak dapat disatukan dengan kekuatan tubuh, tetapi orang-orang yang menekuni olah spiritual sebagai kelanjutan dari olah kebatinan, maka dari laku kebatinan dan spiritualnya itu mereka juga akan menguasai kekuatan kebatinan sekaligus kekuatan spiritual, kekuatan tubuh dan kehendak sekaligus kekuatan pikiran.
Olah Kebatinan berkaitan dengan pengolahan kekuatan kebatinan, ilmu-ilmu gaib kebatinan, dan disertai dengan landasan filosofi spiritual kebatinan, misalnya dalam dunia kebatinan kejawen ada cerita saudara kembar sedulur papat kalima pancer, filosofi dalam pewayangan, ilmu kasampurnan (kesempurnaan), konsepmanunggaling kawula lan Gusti, dsb.
Bagi orang-orang yang mempelajari kebatinan, berbagai cerita dalam filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), tuntunan kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita spiritual kebatinan. Pengetahuan gaib atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, seringkali didapatkan dari ilham atau bisikan gaib / wangsit (dari kegaiban sukmanya / roh sedulur papatnya).
Tetapi banyak para pemula (termasuk para praktisi kebatinan yang sebenarnya keilmuan kebatinannya masih tingkat dasar) yang bisa bercerita tentang hal-hal filosofis di atas, tetapi sebenarnya mereka sendiri belum sampai pada kemampuan untuk mengetahui sendiri kebenarannya, dan banyak orang yang bisa melihat gaib, tetapi belum tentu tahu kesejatian dari apa yang dilihatnya, apalagi yang hanya sekedar 'ngecap' saja, seolah-olah mereka benar sudah menguasai dan mengetahui sendiri kebenarannya.
Mereka yang mendalami suatu olah kebatinan, biasanya juga memahami aspek spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual yang lebih tinggi biasanya tidak ditekuni, karena biasanya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual yang terkait dengan apa yang sedang dijalani saja. Tetapi para tokoh kebatinan, yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang kemudian mengajarkannya kepada murid-murid atau para pengikutnya, biasanya telah menguasai aspek spiritual dari kebatinannya secara mendalam, berbagai cerita dalam filosofi spiritual kebatinan yang tersebut di atas bukan hanya menjadi dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita kebatinan spiritual, tetapi mereka memiliki kemampuan untuk mengetahui sendiri kebenarannya, dan biasanyamereka juga menguasai aspek spiritual lain yang lebih tinggi.
Olah Spiritual berkaitan dengan pengolahan kekuatan spiritual manusia, kemampuan mengetahui sesuatu yang gaib, asal-usul tentang sesuatu, kejadian-kejadian pada masa lalu atau kejadian-kejadian yang akan datang, sampai pada kemampuan mengetahuisesuatu yang tidak tampak mata dan berdimensi gaib tinggi. Dalam mempelajari sesuatu, dengan olah laku spiritual orang akan mempelajari bukan hanya sebatas kulitnya saja, tetapi juga sampai kepada hakekat kesejatiannya.
Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya, biasanya adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian ketuhanan. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai sekaligus kekuatan kebatinan dan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.
Bagi orang-orang yang sudah menekuni tahapan spiritual, berbagai cerita dalam filosofi spiritual kebatinan yang tersebut di atas bukan hanya menjadi dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita kebatinan spiritual, tetapi mereka sendiri bisa memiliki kemampuan untuk mengetahui sendiri kebenarannya.
Biasanya orang-orang yang sudah mendalami sisi spiritual dari sesuatu dan mampu menguasainya, walaupun hanya sebagian saja, akan lebih banyak diam, tidak pamer atau menonjolkan diri, karena mereka sendiri sadar lebih mengetahui sesuatu daripada orang lain, dan seringkali dianggap lebih baik kalau diam, tidak pamer. Diperibahasakan seperti ilmu padi : " makin berisi makin merunduk ". Inilah yang kemudian menjadi suatu kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Banyak orang yang baru mempelajari sesuatu ilmu, baru sepotong atau baru sebatas kulitnya saja sudah sesumbar seolah-olah ilmunya sudah mumpuni. Air beriak tanda tak dalam. Tetapi orang yang sudah dalam ilmunya biasanya lebih memilih diam dan diam-diam dia dapat mengukur kedalaman / ketinggian ilmu orang lain. Orang 'berisi' yang memilih diam, biasanya ilmunya lebih dapat berkembang, karena dia memiliki banyak waktu untuk memperhatikan lingkungan dan belajar dari kehidupan sehari-hari ataupun dari pengalaman orang lain.
Kebanyakan orang hanya ingin mempraktekkan ilmunya saja dan mempertunjukkan ilmunya, sehingga dirinya dipandang hebat, tapi tidak berusaha mengembangkannya, apalagi setelah berpisah dari gurunya. Dengan demikian orang tersebut tidak akan bisa mencapai tingkatan seperti gurunya atau melebihinya. Apabila suatu saat nanti orang tersebut mempunyai murid, dan perilakunya itu berlaku sama pada murid-muridnya nanti, maka dunia keilmuan semakin lama akan semakin surut. Padahal seharusnya setiap murid harus melebihi gurunya, sehingga dunia keilmuan akan berkembang terus. Kesadaran itu yang seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.
Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya, biasanya adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian ketuhanan. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai sekaligus kekuatan kebatinan dan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.
Bagi orang-orang yang sudah menekuni tahapan spiritual, berbagai cerita dalam filosofi spiritual kebatinan yang tersebut di atas bukan hanya menjadi dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita kebatinan spiritual, tetapi mereka sendiri bisa memiliki kemampuan untuk mengetahui sendiri kebenarannya.
Biasanya orang-orang yang sudah mendalami sisi spiritual dari sesuatu dan mampu menguasainya, walaupun hanya sebagian saja, akan lebih banyak diam, tidak pamer atau menonjolkan diri, karena mereka sendiri sadar lebih mengetahui sesuatu daripada orang lain, dan seringkali dianggap lebih baik kalau diam, tidak pamer. Diperibahasakan seperti ilmu padi : " makin berisi makin merunduk ". Inilah yang kemudian menjadi suatu kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Banyak orang yang baru mempelajari sesuatu ilmu, baru sepotong atau baru sebatas kulitnya saja sudah sesumbar seolah-olah ilmunya sudah mumpuni. Air beriak tanda tak dalam. Tetapi orang yang sudah dalam ilmunya biasanya lebih memilih diam dan diam-diam dia dapat mengukur kedalaman / ketinggian ilmu orang lain. Orang 'berisi' yang memilih diam, biasanya ilmunya lebih dapat berkembang, karena dia memiliki banyak waktu untuk memperhatikan lingkungan dan belajar dari kehidupan sehari-hari ataupun dari pengalaman orang lain.
Kebanyakan orang hanya ingin mempraktekkan ilmunya saja dan mempertunjukkan ilmunya, sehingga dirinya dipandang hebat, tapi tidak berusaha mengembangkannya, apalagi setelah berpisah dari gurunya. Dengan demikian orang tersebut tidak akan bisa mencapai tingkatan seperti gurunya atau melebihinya. Apabila suatu saat nanti orang tersebut mempunyai murid, dan perilakunya itu berlaku sama pada murid-muridnya nanti, maka dunia keilmuan semakin lama akan semakin surut. Padahal seharusnya setiap murid harus melebihi gurunya, sehingga dunia keilmuan akan berkembang terus. Kesadaran itu yang seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.
Olah Kebatinan dan Spiritual
Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan, menjadi satu kesatuan yang dilakukan bersama-sama. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.
Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya, biasanya adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian ketuhanan. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai sekaligus kekuatan kebatinan dan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.
Biasanya walaupun proses laku yang dijalani oleh seseorang adalah olah kebatinan, hasilnya akan merupakan kombinasi dari kebatinan dan spiritual. Dalam setiap sisi kebatinan yang ditekuni seseorang selalu terkandung makna spiritual yang juga harus dikuasai. Dan dalam penggunaan kekuatan kebatinan biasanya juga disalurkan melalui kekuatan pikiran, sehingga biasanya orang-orang yang menekuni kebatinan, laku kebatinannya itu bukan hanya membentuk kekuatan kebatinan, tapi juga membentuk kekuatan gaib spiritual. Dan biasanya para tokoh kebatinan dan para praktisi kebatinan, orang-orang yang benar-benar menekuni kebatinan, biasanya mempunyai kemampuan spiritual juga.
Pada jaman dulu, di Jawa, kehidupan manusia kental berhubungan dengan kesaktian. Pada tingkat kesaktian yang tinggi seseorang melatih keilmuannya selain dengan olah kanuragan dan tenaga dalam, juga dilambari dengan kekuatan kebatinan. Laku prihatin, berpuasa bahkan tapa brata akan mengisi sehari-hari lakunya. Karena itu orang-orang jaman dulu yang menekuni kebatinan dan spiritual biasanya adalah juga orang-orang yang berilmu kesaktian tinggi, yang sudah melewati masa-masa pelatihan olah kanuragan dan tenaga dalam. Bahkan banyak kemudian yang pada masa tuanya mengasomeninggalkan keduniawiannya, mandito, dan menepi, menjadi seorang panembahan atau pertapa, untuk lebih menekuni dunia kerohanian ketuhanan. Karena itu seorang panembahan atau pertapa biasanya adalah orang-orang yang mumpuni dalam ilmu kesaktian, hanya saja kemudian kesaktiannya itu tidak kelihatan, karena mereka lebih mengedepankan sikap sebagai seorang yang sudah mandito, yang lebih menekuni dunia kerohanian.
Tetapi tidak semua orang yang menjalani olah kebatinan, maka dia juga menjalani olah spiritual. Pada jaman dulu, di Jawa, ketika manusia masih hidup di jaman kesaktian, kekuatan kebatinan merupakan sumber utama kekuatan yang melandasi kesaktian kanuragan. Kebanyakan laku olah kebatinan mereka ditujukan untuk meningkatkan kesaktian kanuragan, laku kebatinannya tidak secara khusus dilakukan untuk mempelajari olah spiritual. Karena itu kebanyakan laku spiritual yang tinggi dijalani oleh orang-orang yang sudah menepi, yang sudah tidak lagi mengedepankan olah kesaktian untuk lebih mengedepankan laku kebatinan ketuhanan, yang dilanjutkan dengan laku spiritual ketuhanan. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.
Seseorang yang menjalani laku kebatinan akan merasakan kekuatan kebatinannya di dada. Sesuai penguasaan dan pencapaiannya kekuatan kebatinannya itu akan mengisi kekuatan tangan, kaki, tubuh, menjadi kekuatan gaib yang melipatgandakan kesaktian seseorang. Selain itu kegaiban sukma dari laku kebatinannya akan membentuk dirinya menjadi seseorang yang linuwih dan waskita. Pada penggunaannya selain kekuatan itu digunakan sebagai kekuatan yang mengisi tubuh, kekuatan itu juga dipusatkan di kepala, menjadi kekuatan spiritual.
Dalam proses awal laku kebatinan-spiritual, seseorang memusatkan perhatiannya secara batin, mengedepankan rasa dan kebatinan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan perhatiannya di kepala, mempertegas apa yang ada di "awang-awang", untuk menindaklanjuti ide / ilham dan bisikan gaib / wangsit untuk mempelajari lebih lanjut kesejatian spiritual dari sesuatu yang sedang dijalani. Selanjutnya berdasarkan semua ide / ilham tersebut ia akan melanjutkan pencariannya sampai ke dimensi spiritual yang lebih tinggi. Karena itu kebanyakan laku kebatinan dan spiritual seseorang akan menciptakan suatu kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya tinggi bagi orang kebanyakan, yang mengantarkannya menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Dalam laku pencarian spiritual itu olah kebatinan dan olah spiritual dilakukan secara bersama-sama, sehingga laku kebatinan dan laku spiritual menjadi satu kesatuan laku yang tidak dapat dipisahkan. Yang membedakan pencapaian masing-masing orang hanyalah sejauh mana laku kebatinan dan spiritual itu dilakukan oleh seseorang dan seberapa besar minat seseorang mempelajari apa yang menjadi interest-nya. Selain itu pencapaian setiap orang juga dipengaruhi oleh "kecerdasan batin"-nya dan kepekaan batinnya untuk mendapatkan ide / ilham atau wangsit sebagai bahan untuk ditindaklanjuti. Energi di cakra ubun-ubun kepala dan cakra mahkota akan bekerja dengan sendirinya mengikuti proses laku spiritual orang tersebut.
Dengan demikian laku olah spiritual biasanya dijalani seseorang bersama-sama atau merupakan kelanjutan dari laku kebatinan, sehingga olah spiritual itu sebenarnya bukanlah suatu jenis ilmu yang berdiri sendiri yang dipelajari secara tersendiri, tetapi sebenarnya berhubungan dan menjadi satu kesatuan dengan olah kebatinan dan merupakan tindak lanjut dari laku kebatinan. Dengan demikian seseorang yang menjalani laku spiritual biasanya adalah bagian dan kelanjutan dari laku kebatinannya dan seseorang yang menjalani laku kebatinan biasanya juga menguasai tingkat spiritualitas tertentu sesuai pencapaian spiritualnya pada bidang interest-nya masing-masing.
Begitu juga dalam laku melatih energi kekuatan spiritual, biasanya juga dijalani dengan kombinasi kebatinan. Pada jaman dulu orang-orang yang sedang khusus menjalani laku kebatinan dan spiritual biasanya akan melakukannya dengan jalan menyepi, berpuasa, semadi, atau tapa brata. Selain dilakukan dengan tujuan mendapatkan pencerahan spiritual yang terkait dengan kesaktian atau dunia spiritual, kekuatan dari laku kebatinan dan spiritual mereka itu akan menambah tinggi kekuatan kesaktian mereka dan sekaligus juga menambah tinggi kekuatan gaib kebatinan dan spiritual mereka.
Di dalam halaman-halaman bertema Meditasi Energi atau dalam halaman berjudul Pembersihan Gaib 4, Penulis sudah menuliskan beberapa contoh metode sederhana meditasi energi dengan sugesti kebatinan-spiritual. Jika seseorang menguasai pemahaman tentang olah energi, olah kebatinan dan olah spiritual, maka energi yang berhasil dihimpun dari laku meditasi kebatinan spiritual itu bisa diolah menjadi energi kekuatan kanuragan, energi kekuatan kebatinan atau energi kekuatan spiritual, juga bisa diolah menjadi kekuatan sukma / roh yang berasal dari kekuatan sugesti kebatinan / spiritual.
Dalam laku meditasi energi, energi yang berhasil dihimpun dari alam (energi potensial) jika sudah diolah menjadi bentuk energi kekuatan kanuragan, atau kekuatan kebatinan / spiritual, kemudian akan menjadi berbeda sifat dan karakteristiknya, tidak sama lagi dengan energi aslinya yang dari alam, mengikuti bentuk pengolahannya.
Energi alam sifatnya halus, besar dan berlimpah, tetapi tidak padat dan tidak tajam.
Jika energi alam itu hanya dihimpun saja di dalam tubuh, maka kemudian akan menjadi energi potensial yang sewaktu-waktu bisa digunakan dalam aktivitas tertentu (biasanya kekuatannya akan muncul sendiri tanpa disengaja). Tetapi jika seseorang menguasai teknik penggunaan energi, maka energi potensial itu akan dapat digunakan untuk banyak tujuan penggunaan energi, bisa untuk pengobatan gaib, pagaran gaib, pembersihan gaib atau untuk menyerang kekuatan mahluk halus sampai yang kekuatannya setingkat dengan energi potensial itu.
Energi ini berguna sekali untuk orang-orang yang aktif secara fisik, para pesilat, olah ragawan, dsb, yang jika mahir menguasai tekniknya akan bisa dengan seketika menyerap energi alam untuk menambah kekuatannya dan mengisi kembali tenaganya yang sudah habis terkuras (recharge).
Jika berhasil disatukan dengan energi tubuh, akan menjadikan tubuh seseorang terasa bertenaga, padat dengan energi. Metode ini berguna sekali untuk orang-orang yang aktif secara fisik, para pesilat, olah ragawan, dsb, yang jika mahir menguasai tekniknya akan bisa dengan seketika menyerap energi alam untuk menambah kekuatannya sehingga tubuhnya terasa padat bertenaga dan untuk mengisi kembali tenaganya yang habis terkuras (recharge).
Jika berhasil disatukan dengan tenaga dalam dan cakra-cakra tubuh, yang diolah bersama dengan pengolahan tenaga dalam, akan memperbesar energi tenaga dalam seseorang.
Jika berhasil disatukan dengan kekuatan kebatinan, energinya akan menjadi besar dan padat, diolah dengan olah kebatinan yang mengedepankan kekuatan di dada. Selain murni untuk kemampuan kebatinan, energi kebatinan ini juga dapat diolah untuk mempertinggi kekuatan kanuragan seseorang (menggantikan kekuatan tenaga dalam atau dikombinasikan dengan kekuatan tenaga dalam).
Jika berhasil disatukan dengan kekuatan spiritual, energinya akan menjadi halus tetapi tajam, diolah dengan olah spiritual yang mengedepankan kekuatan pikiran (dan visualisasi). Kekuatan spiritual ini lebih banyak bersifat kekuatan gaib yang tajam yang dapat disalurkan melalui kekuatan pikiran.
Dalam laku meditasi tersebut, kekuatan energi potensial di dalam tubuh bisa diolah menjadi kekuatan fisik / kanuragan, atau diolah dengan sugesti kebatinan supaya menjadi energi gaib yang besar dan padat, atau diolah dengan sugesti spiritual supaya menjadi energi gaib yang tajam.
Contoh lain, jika energi itu dijadikan pagaran gaib, dengan sugesti kebatinan diolah supaya energi pagarannya menjadi besar dan padat, dan dengan sugesti spiritual diolah supaya energi pagarannya menjadi tajam, sehingga kesudahannya energi pagarannya akan menjadi besar, padat dan tajam, yang hasilnya akan jauh berbeda dengan pagaran energi yang hanya berbentuk bola atau perisai energi saja, tetapi energinya tidak besar, tidak padat dan tidak tajam, yang akan mudah ditembus walaupun oleh serangan gaib yang rendah kekuatannya.
Lambang-Lambang Pencapaian Spiritual
Bila anda memiliki kemampuan untuk melihat gaib, dan bila kemampuan anda itu sangat tajam dan dalam, anda akan dapat melihat suatu lingkaran cahaya, yang biasa disebut halo, di belakang kepala orang-orang yang sudah menekuni tahapan olah spiritual. Halo ini adalah pancaran cahaya aura dari kekuatan spiritual yang telah dicapai oleh seseorang. Semakin luas / lebar lingkarannya menandakan kuatnya spiritualitasnya.
Selain kekuatan spiritualitas yang ditandai oleh luas lingkarannya, ada bentuk tanda lain dari halo yang melambangkan tingkat dimensi pengetahuan gaib yang telah dicapai oleh seseorang, yaitu warnadari cahaya halo tersebut. Tingkatan dimensi pengetahuan gaib ini terutama terkait dengan hal-hal gaib tingkat tinggi yang tidak dapat diketahui bila hanya mengandalkan kemampuan berpikir saja, kebatinan saja atau mengandalkan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga saja, seperti untuk mendeteksi dan mengetahui keberadaan mahluk halus berdimensi tinggi seperti dewa dan buto, pengetahuan gaib tentang dewa dan wahyu dewa, dan untuk mengetahui ada tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang yangkewahyon, atau pengetahuan tentang kesejatian hidup dan pengetahuan tentang kesejatian Tuhan (walaupun mungkin hanya sebatas 'Cahaya' -Nya saja).
Warna cahaya lingkaran halo sesuai urutan tingkatannya adalah sbb :
1. Warna Ungu.
2. Warna Kuning.
3. Warna Emas (warna emas adalah tingkatan tertinggi).
Biasanya pancaran cahaya halo di belakang kepala seseorang sangat sulit dilihat, termasuk oleh orang-orang yang bisa melihat gaib, apalagi kalau warna sinarnya tipis, tidak tebal. Biasanya pancaran cahaya halo ini hanya dapat dilihat oleh orang yang kemampuan melihat gaibnya sangat tajam dan dalam. Tetapi lingkaran halo yang warnanya tebal (kuat) mungkin akan lebih mudah dilihat daripada yang pancaran sinarnya tipis. Tebal - tipisnya warna cahaya lingkaran halo itu melambangkan kedalaman pengetahuan spiritual yang dikuasai seseorang sesuai tingkatan pengetahuannya masing-masing.
Sinar lingkaran halo berwarna kuning dan emas menandakan bahwa orang tersebut sudah menjalani tingkatan olah pengetahuan spiritual dimensi yang tertinggi, yaitu spiritual ketuhanan, biasanya dilakukan dalam rangka pencarian ketuhanan. Laku spiritual ketuhanan ini dijalani dengan laku spiritual untuk menemukan "Sosok" Tuhan, bukan dengan mempelajari atau mendalami suatu agama, bukan juga dengan mewirid / membacakan doa atau amalan doa.
Uraian di atas adalah uraian mengenai lambang-lambang pencapaian spiritualitas seseorang.
Yang menjadi kekuatan energi spiritual seseorang adalah kepadatan energi di cakra ubun-ubun kepala dan cakra mahkota. Bila dihubungkan dengan mahluk halus, energi kekuatan spiritual ini bukan hanya dapat untuk menghadapi mahluk halus kelas rendah seperti dedemit dan jin kelas bawah, tetapi juga bisa digunakan untuk berhadapan dengan kekuatan mahluk gaib tingkat tinggi yang lebih daripada buto.
Berikut ini Penulis menuliskan tips praktis untuk latihan memperkuat energi kebatinan dan spiritual yang kekuatannya dipusatkan di kepala.
Dalam proses awal laku kebatinan-spiritual, seseorang memusatkan perhatiannya secara batin, mengedepankan rasa dan kebatinan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan perhatiannya di kepala, mempertegas apa yang ada di "awang-awang", untuk menindaklanjuti ide / ilham dan bisikan gaib / wangsit untuk mempelajari lebih lanjut kesejatian spiritual dari sesuatu yang sedang dijalani. Selanjutnya berdasarkan semua ide / ilham tersebut ia akan melanjutkan pencariannya sampai ke dimensi spiritual yang lebih tinggi. Karena itu kebanyakan laku kebatinan dan spiritual seseorang akan menciptakan suatu kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya tinggi bagi orang kebanyakan, yang mengantarkannya menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Dalam tulisan berjudul Menayuh Keris dan Olah Rasa dan Kebatinan. Penulis sudah menuliskan langkah-langkah praktis olah rasa dan melihat gaib secara batin. Setelah dalam latihan itu anda dapat menerima gambaran sosok halusnya, kemudian fokuskan batin (memfokuskan batin, bukan pikiran) untuk mempertegas gambaran sosok halusnya, sehingga kemudian dapat terlihat sosoknya secara mendetail. Kalaupun anda tidak bisa melihat sosoknya secara mendetail, minimal anda bisa tahan kuat lama tidak putus berfokus batin kepada sosok halusnya (sambil diajak berkomunikasi).
Dengan cara itu saja anda akan bisa merasakan beban yang berat di kepala (di dahi / mata dan di ubun-ubun), yang jika sudah terlatih dan terbiasa nantinya kekuatan energi di kepala (cakra di ubun-ubun kepala) akan meningkat kekuatannya. Kekuatan energi di kepala itu pada tingkatan tertentu akan memunculkan suatu gambaran gaib lingkaran halo (aura energi) yang tebal-tipisnya auranya dan lebar-sempitnya lingkaran halo itu akan sesuai dengan pancaran aura energi dari kekuatan energi cakra di kepala anda (tetapi gambaran halo itu belum berwarna).
Jika anda mampu fokus pada sosok-sosok halus tingkat tinggi, seperti bangsa jin yang kesaktiannya tinggi, atau sosok halus yang berdimensi tinggi seperti dewa, maka gambaran halo di kepala anda akan menampakkan warna, sejalan dengan kemampuan anda fokus pada hal-hal gaib yang berdimensi tinggi.
Cakra mahkota akan terbentuk dengan sendirinya jika anda sudah masuk ke dunia spiritual, sudah menyelami dunia kegaiban berdimensi tinggi, yang bukan hanya sebatas kemampuan melihat gaib, tetapi juga untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat kegaiban tingkat tinggi, seperti mengenai kesejatian dewa dan wahyu dewa, rahasia kehidupan manusia setelah kematian, dan pencarian "Sosok Tuhan". Terbentuknya cakra mahkota, warna halo dan lebarnya lingkaran halo akan sejalan dengan pencapaian anda.
Contoh tokoh manusia yang telah mencapai tingkatan kebatinan dan spiritual tingkat tinggi adalah Budha Gautama, dengan lingkaran halo berwarna kuning dan tepi lingkarannya berwarna emas. Budha Gautama adalah seorang bangsawan yang telah meninggalkan keduniawiannya untuk menjalani panggilan hidup sebagai seorang spiritualis yang menerangi orang lain agar menjadi lebih baik kualitas kepribadiannya sebagai manusia. Seorang spiritualis sejati, yang karena panggilan hidupnya, telah menjalani berbagai macam laku prihatin dan tirakat dan telah meninggalkan semua pamrih keduniawian untuk mencapai tujuannya. Beliau telah mencapai tahapan "Pencerahan" setelah mengenal sifat-sifat Tuhan dari "Cahaya" -Nya dan karenanya kemudian juga mengetahui banyak rahasia kehidupan, sehingga menjadi seorang yang "Tercerahkan" dan mendedikasikan dirinya sesuai panggilan hidupnya.
Sesuai pencapaiannya itu juga segala keilmuan kesaktian kanuragan, kebatinan dan spiritualnya menjadi seperti "bertumbuh-bertambah", karena beliau telah menguasai sisi filosofis kesejatian dari keilmuannya, menjadi seorang yang digdaya, linuwih dan waskita, jiwa dan raganya. Karenanya, beliau menjadi seorang yang memiliki kesaktian "super" dibandingkan manusia lain, semasa hidupnya di dunia maupun sukmanya di alam roh. Dan atas dedikasinya pada panggilan hidupnya itu telah menjadikannya seorang tokoh manusia yang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan yang digunakannya untuk menerangi dan mengayomi orang lain.
Dewi Kuan Im adalah salah satu dewa yang telah memberinya wahyu keilmuan dan spiritual, dan beliau mengetahui itu. Karena itu beliau sangat menghormati sang Dewi.
--------------
Di negara India dan sekitarnya, yang sampai sekarang masih tetap sebagai wilayah dengan budaya kebatinan dan spiritual tertinggi nomor 1 di dunia, ada banyak sekali ajaran tentang keilmuan kebatinan dan spiritual. Salah satunya adalah ajaran pengolahan kekuatan spiritual dalam bentuk energi kundalini, yang banyak dilakukan dengan cara yoga dan meditasi. Dalam proses pembelajaran meditasi kundalini diajarkan cara membuka cakra-cakra tubuh, dari cakra yang paling dasar sampai cakra mahkota. Keilmuan membuka cakra-cakra tubuh dan pengendalian kundalini diajarkan sebagai pelajaran tingkat lanjut, untuk orang-orang yang sebelumnya telah menjalani keilmuan batin / spiritual dan tenaga dalam / kanuragan, sebagai pelengkap, dan sebagai upaya melipat-gandakan besarnya energi tubuh, bukan untuk orang awam yang belum mengerti apa-apa tentang kundalini.Tujuan utama pembukaan cakra-cakra tubuh tersebut adalah untuk mengolah energi yang dihasilkan oleh cakra-cakra tersebut untuk kesehatan dan vitalitas, juga untuk menambah kekuatan tenaga dalam, kesaktian gaib dan olah spiritual. Pembukaan cakra-cakra tersebut tidak dikhususkan untuk melihat gaib. Dengan telah terbukanya cakra di dahi tidak berarti seseorang langsung dapat melihat alam gaib, dan dengan telah terbukanya cakra mahkota tidak berarti seseorang langsung dapat mengetahui seluk-beluk alam dunia spiritual. Untuk dapat melihat gaib sugesti pembukaan cakranya haruslah untuk kemampuan melihat gaib, dan pengetahuan spiritual haruslah dipelajari sendiri berdasarkan proses “pencarian spiritual”.
Seseorang yang ingin memiliki kemampuan tertentu yang terkait dengan pembukaan cakra-cakra energi tersebut harus datang ke tempat-tempat membuka dan mengolah cakra yang sesuai dengan tujuan niatnya, karena masing-masing cakra tubuh harus dibuka dan diolah dengan cara / sugesti sendiri-sendiri sesuai masing-masing tujuannya.
- Bila ditujukan untuk pengolahan energi, maka sugesti pembukaannya haruslah untuk pengolahan energi.
- Bila ditujukan untuk melihat gaib, maka sugesti pembukaannya haruslah untuk kemampuan melihat gaib.
- Bila ditujukan untuk olah spiritual, maka sugesti pembukaannya haruslah untuk tujuan olah spiritual.
Awalnya suatu pengetahuan spiritual dapat diterima dari ajaran orang lain atau dari cerita di masyarakat, tetapi kemudian harus dicari sendiri kebenarannya. Segala kegaiban dan rahasia yang tidak terungkap melalui indera manusia, yang hanya bisa dirasakan secara batin, itulah yang harus dipelajari, dari kegaiban tingkat rendah sampai kegaiban tingkat tinggi. Seberapa kuat ketekunan dan olah spiritual yang dilakukan seseorang akan menentukan tingkat kekuatan spiritualnya (yang ditandai dengan lebar / luas lingkaran halo di belakang kepalanya), dan seberapa dalam dan tingginya dimensi pengetahuan yang telah dicapainya akan menentukan tingkat pengetahuan spiritual yang berhasil dicapainya (yang ditandai dengan warna dari lingkaran halo di belakang kepalanya).
Setelah seseorang dapat mendeteksi dan membuktikan sendiri kebenarannya, barulah dia benar menguasai spiritual itu. Cakra di ubun-ubun kepala dan cakra mahkota akan terbuka dengan sendirinya mengikuti perkembangan spiritual seseorang. Jadi dengan telah terbukanya cakra mahkota tidak berarti seseorang langsung mengetahui seluk-beluk alam spiritual (misalnya yang dibuka dengan cara meditasi kundalini). Tetapi dengan telah terbukanya cakra mahkota akan mempermudah seseorang menyerap dan menghimpun intisari energi alam spiritual dan mempermudah mempelajari dunia spiritual.
Dapat diibaratkan seperti seseorang yang mencari-cari makanan untuk dimakannya. Setelah ditemukannya makanan itu dan dia akan memakannya, maka otomatis mulutnya akan terbuka dengan sendirinya untuk menerima makanan itu. Berbeda dengan orang yang sudah sejak awal membuka mulutnya. Sekalipun mulutnya sudah terbuka, tidak secara otomatis makanan akan masuk sendiri ke mulutnya dan dia bisa kenyang. Makanan itu harus dicarinya terlebih dahulu. Setelah ditemukannya, barulah dia membuka mulutnya untuk memakannya.
Tanda-tanda cakra mata ketiga mulai terbuka adalah ketika pada saat meditasi (mata terpejam) seolah-olah kita seperti melihat kabut putih tebal. Sesudah itu akan kelihatan gelap gulita. Sesudah itu barulah, dengan mata tetap terpejam, kita mulai bisa melihat sosok-sosok halus di dalam kegelapan. Kalau sudah terlatih nantinya sosok-sosok halus itu akan tampak lebih jelas dan kita dapat melihatnya dengan mata terbuka, tidak lagi harus dengan mata terpejam.
Tanda-tanda cakra di ubun-ubun kepala mulai terbuka adalah ketika kita memikirkan atau menerawang gaib akan terasa ada tekanan di ubun-ubun kepala. Tapi itu baru cakra di ubun-ubun kepala. Di atas kepala masih ada cakra mahkota. Cakra mahkota akan terbuka dengan sendirinya mengikuti perkembangan spiritual seseorang, setelah cakra di ubun-ubun kepala terbuka.
Cahaya dan bola energi bisa dihasilkan dengan kekuatan pikiran, tapi hanya bisa dilihat secara gaib. Itulah yang diajarkan dalam pelatihan meditasi kundalini. Dalam pembelajaran meditasi kundalini energi yang dihasilkan digunakan untuk membuka cakra-cakra tubuh yang kemudian dapat juga digunakan untuk menambah kekuatan tenaga dalam / kanuragan atau untuk menambah kekuatan kebatinan / spiritual. Sebenarnya itu pelajaran tingkat tinggi, pelajaran tingkat lanjut, yang diajarkan kepada seseorang yang sudah menguasai olah kanuragan, tenaga dalam / kundalini / prana dan kebatinan. Jadi seperti sekarang diajarkan kepada masyarakat umum dan awam, seringkali pesertanya bingung energinya mau digunakan untuk apa ? Dan karena pelajaran tingkat dasar untuk pemula tidak lebih dulu diajarkan, kemudian dapat muncul kejadian yang biasa disebutkundalini syndrome.
-------------
From : Nikoagus S.
To : javanese2000
Date : Tue, Nov 22, 2011
Bagaimanakah cara olah spriritual agar dapat mengetahui hakekat kesejatian alam semesta?
Apakah dengan tirakat?
Jawab :
Seseorang yang sudah mempelajari dunia spiritual, termasuk yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest-nya masing-masing. Penulis juga tidak bermaksud sok tahu untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.
Untuk kita yang hidup di jaman sekarang ini, pengetahuan spiritual biasanya berasal dari pencarian pribadi. Apalagi sehari-harinya kita memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Pengetahuan spiritual tidak melulu harus dipelajari dengan mengikuti suatu perkumpulan kebatinan / spiritual, karena bisa juga berasal dari perenungan-perenungan, dan tidak harus dalam bentuk pengetahuan khusus atau diperoleh dengan cara meditasi khusus, atau menyepi menjadi seperti seorang panembahan / pertapa jaman dulu.
Bila suatu objek atau pengetahuan tidak dapat dibuktikan kebenarannya, termasuk dengan cara kebatinan / spiritual maupun dengan cara-cara modern, maka pengetahuan itu hanyalah sebuah cerita, legenda, teori (termasuk teori ilmiah), atau mitos dan tahayul, atau dogma dan doktrin, dan pengkultusan, dan atas hal itu seseorang hanya mempunyai 2 pilihan, percaya atau tidak percaya.
Tetapi prinsip dasar-nya sama. Seseorang harus memiliki suatu kepekaan / kebijaksanaan / kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar ada, tetapi tidak tertangkap indera manusia, hanya bisa dirasakan dengan batin, dengan rasa. Itulah yang harus dipelajari dan harus bisa dibuktikan sendiri kebenarannya. Dan dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk dapat memisahkan mana yang sudah berupa kebenaran dan mana yang masih berupa mitos, kepercayaan, dogma dan doktrin, dsb, yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Dan juga dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk tidak mempertentangkan apa yang diketahuinya dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuktikan kebenarannya, sehingga baginya semuanya itu akan menjadi suatu pengetahuan dan kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Dalam proses pembelajaran kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin (baca: Olah Rasa & Ilmu Kebatinan), bukan kemampuan melihat gaib, bukan juga pembukaan cakra mahkota. Kepekaan rasa itu juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide atau ilham-ilham jawaban yang mengalir dalam pikiran seseorang, yang akan menuntunnya dalam proses pencarian dan proses pembuktian kebenarannya.
Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat merasakan sesuatu yang bersifat gaib, karena tidak dapat diinderai dengan panca indera, barulah kemudian dipertegas dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara kebatinan dan spiritual, atau dengan cara-cara yang lain. Kalau kita sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat juga mendeteksi keberadaan sesuatu gaib dan bisa terbayang juga sosoknya seperti apa, termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi. Begitu juga dengan pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa dan kemampuan melihat gaib seringkali harus diasah atau dipelajari melalui program-program atau perkumpulan kebatinan / spiritual dan perkumpulan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Objek pengetahuan yang akan dipelajari bisa didapatkan dari cerita agama, atau cerita misteri alam gaib di masyarakat, atau tentang suatu keilmuan tertentu, atau apa saja dalam kehidupan kita, yang nantinya akan berkembang sendiri sesuai interest masing-masing. Dalam proses mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk membantu menuntun ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa manusia, bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, roh sedulur papat, dsb.
Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkannya, jika sudah tidak ada lagi sosok guru yang dapat menuntunnya, dia harus bergerak sendiri melakukan pencarian ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi. Ketika seseorang sudah sampai pada tahapan ini maka kedekatan dengan para roh sedulur papat akan berguna sekali untuk menuntunnya mencapai pengetahuan yang tidak dapat diketahui sendiri bila hanya mengandalkan kesadaran atau logika berpikir. Para roh sedulur papat akan membantu dengan cara memberikan penglihatan-penglihatan, ide-ide dan ilham tentang suatu objek pencarian atau jawaban atas suatu permasalahan, menjadi sosokGuru Sejati bagi seseorang.
Bila para guru sejati dapat menuntun kita, atau kita sendiri bersama para sedulur papat, dapat menemukan jalan atau dapat mendeteksikeberadaan Roh Agung Alam Semesta, Roh Tuhan, walaupun mungkin hanya sebatas "Cahaya' -Nya saja, berarti kita sudah mencapai awal dari suatu tahapan dimensi spiritual tertinggi. Itu adalah awal yang sangat berharga untuk dapat mengetahui kesejatian kehidupan. Apalagi bila kemudian kita dapat Manunggal dengan-Nya (baca: Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti ). Proses ini juga bisa diawali dari kepercayaan agama atau keTuhanan, yang kemudian dibuktikan sendiri kebenarannya, yaitu kebenaran agama dan kebenaran Tuhan, bukan sebatas hanya percaya saja pada ajaran agama, dan kemudian memaksakan dogma dan doktrin agama. Pengetahuan apapun yang kita peroleh akan menambah hikmat dan kebijaksanaan kita sendiri.
Dalam jaman sekarang ini, objek pengetahuan untuk dipelajari tidak harus selalu mengenai alam gaib dan kegaiban, tetapi bisa juga pengetahuan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kepekaan rasa batin dan ilham jawaban yang mengalir, seseorang akan dapat lebih mudah mencari jawaban dari suatu permasalahan beserta cara-cara pembuktian kebenarannya. Pengetahuan-pengetahuan itu akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh yang sederhana adalah cerita sehari-hari tentang adanya suatu mahluk hidup yang secara umum disebut kuman (bakteri, virus, amuba), yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat dilihat dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop, dan perhatian dunia kedokteran telah banyak dicurahkan untuk menciptakan obat-obatan untuk menangkal / membunuh keberadaan kuman ini. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya saja dengan cerita keberadaan kuman itu (sama dengan percaya saja pada ajaran agama atau cerita tentang mahluk halus). Walaupun tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenaran keberadaannya berikut aspek pengetahuan di dalamnya.
Cerita tentang kuman sebagai penyebab suatu sakit / penyakit adalah cerita yang umum di masyarakat, sudah dibuktikan secara logis dengan berbagai peralatan modern dan sudah diterima secara luas sebagai sebuah kebenaran. Ini adalah contoh sederhana suatu dogma dan doktrin manusia pada jaman modern, yang kita pasti akan dicemooh bila mempunyai pandangan yang berbeda. Tetapi, apakah pandangan di atas adalah sebuah kebenaran mutlak ? Apakah perlu dikaji lagi kebenarannya ? Bila dikritisi lebih lanjut tentang suatu sakit / penyakit yang berhubungan dengan kuman, benarkah kuman itu pasti adalah penyebab awal dari suatu sakit / penyakit ? (Mengenai pandangan lain tersebut silakan dibaca tulisan berjudul Penyebab Awal Sakit-Penyakit).
Bila kita memiliki kebijaksanaan, kita akan dapat menerima suatu pandangan lain yang tidak sejalan dengan pandangan umum, yang walaupun mungkin tidak bisa dibuktikan dengan cara-cara modern (karena cara-cara modern juga mempunyai keterbatasan), tetapi mungkin bisa dibuktikan kebenarannya dengan cara lain, atau bisa diterima kebenarannya dengan rasa. Apapun juga pengetahuan yang kita dapatkan sesudahnya, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak sejalan).
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita untuk mengetahui hal-hal gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.
Begitu juga bila kita memiliki kepekaan batin yang tinggi, yang bisa merasakan sesuatu kejadian yang akan terjadi, seringkali terpaksa harus disimpan untuk diri kita sendiri. Tidak semua orang dapat menerima ucapan kita tentang sesuatu yang akan terjadi, dan tidak semua orang dapat menghargai kelebihan kita itu. Tetapi orang-orang yang bijaksana mungkin akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan dan ucapan-ucapan kita.
Kemampuan kita untuk mengetahui kesejatian tentang sesuatu mahluk gaib, kegaiban alam, keagamaan, ketuhanan, atau apapun juga yang secara umum tidak diketahui oleh orang lain, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan orang lain yang tidak sejalan).
Dalam laku olah spiritual sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi spiritualnya, seperti aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya, apa saja perbuatannya, apa saja pengaruhnya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada ketekunan dan interest-nya masing-masing (dan tergantung juga pada "kecerdasan batin"-nya).
Bila kita membahas hakekat kesejatian alam semesta, akan sulit sekali pembuktiannya, karena pengetahuan dunia nyata manusia tentang alam semesta, tentang Galaksi Bima Sakti saja masih terbatas, apalagi tentang Penciptanya. Baiklah kita dongeng dengan yang nyata bisa kita alami sendiri, yaitu tata surya kita dengan matahari sebagai pusatnya.
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari. Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit / mengelilingi matahari terletak pada bidang edaran bumi yang dinamai ekliptika. Semua lintasan planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek asteroid biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.
Matahari memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus.
Matahari memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.
Ribuan objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda-benda kecil Tata Surya.
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_tata_surya#Daerah_terjauh ).
>> Bagaimana pembuktiannya bila suatu hasil pencarian spiritual mengatakan :
1. Masih ada 2 lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan dengan teknologi manusia. Posisi lintasan orbitnya tidak dekat dengan ekliptika. Masing-masing bentuknya tidak bulat seperti planet, tetapi seperti pecahan batu, sehingga tergolong asteroid (atau planet batu). Yang satu ukurannya kira-kira sebesar bumi dan yang satunya lagi seukuran 3/4 bumi.
2. Ketika planet-planet berada pada posisi satu garis lurus terhadap matahari, ada "tangan gaib" yang bekerja menjaga, menetralisir pengaruh akumulasi gravitasi matahari dan planet-planet, sehingga planet-planet dan satelitnya tidak saling bersentuhan dan bumi yang berada di tengah garis planet-planet itu tidak pecah berantakan dan kehidupan di dalamnya tidak binasa. Tangan-tangan gaib yang sama juga ada di galaksi-galaksi lain di luar galaksi Bima Sakti.
3. Di luar galaksi Bima Sakti juga ada kehidupan lain. Tetapi mereka tidak memiliki roh dan tidak hidup dengan perasaan seperti manusia di bumi. Mereka tidak hidup dengan nafsu kekuasaan, ketamakan, kemalasan, kesombongan, dsb. Mereka menjalani kehidupan dengan melakukan yang benar menurut pikiran mereka. Mereka hidup dengan insting, naluri dan pikiran, tidak dengan perasaan, sehingga hidupnya lebih rasional dan bisa membangun kehidupan teknologi yang lebih maju dibandingkan kehidupan teknologi manusia di bumi.
4. Teori Albert Einstein dengan rumusnya yang terkenal E = mc2mengasumsikan besarnya energi yang dihasilkan dari massa suatu materi tanpa ada sisa sampah (residu), sehingga semuanya bisa terkonversi menjadi energi. Teori ini belum dapat diterapkan dalam dunia nyata, karena seperti contohnya energi nuklir masih menyisakan sampah radioaktif (residu), tidak semuanya dapat hilang terkonversi menjadi energi.
Lompatan besar teknologi manusia akan terjadi pada penggunaan listrik, elektromagnet dan teori Einstein tersebut, sampai kombinasi penggunaannya berhasil menghasilkan suatu energi baru yang disebut energi plasma (seperti dalam film Startrek).
Dengan kemajuan teknologi listrik dan elektromagnet manusia dapat membuat pergerakan benda mekanik menjadi minim gesekan dan benturan, dapat lepas dari gaya gravitasi dan dapat bergerak cepat di udara atau di luar angkasa tanpa mengalami hambatan udara atau pergesekan / benturan dengan benda lain (dapat membuat perisai magnetik). Dengan telah ditemukannya energi plasma, manusia akan sedikit sekali bergantung pada BBM dan akan mulai menggunakan mineral lain sebagai penggantinya, mineral yang bisa ditemukan manusia di planet bumi maupun yang akan ditemukan di planet-planet lain, dan dapat menjadi sumber energi untuk peralatan yang berteknologi tinggi dan yang mengkonsumsi energi yang besar dan banyak.
-----------------
Tambahan :
Mengenai poin nomor 1 di atas, selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan dengan teknologi manusia, di antaranya sbb :
- Selain 2 buah objek besar yang sudah disebutkan di atas, masih ada 3 buah objek besar lagi.
Bentuknya seperti planet batu. Masing-masing ukurannya kira-kira 1¼, 1½, dan 1¾ ukuran bumi.
- Ada satu objek besar seukuran 2 kali ukuran bumi yang bergerak dan bercahaya berekor seperti komet.
- Ada satu buah objek besar tidak kelihatan mata, wujudnya seperti sebentuk energi yang bergerak
memanjang. Bila ada batu atau benda-benda kecil antariksa berada di jalur lintasannya, ketika energi ini
bergerak melintasinya, maka benda-benda tersebut akan terdorong menyingkir. Jika bentuk energi ini
dapat terlihat oleh mata, maka penampakkannya mirip seperti komet panjang berekor.
Mengenai poin nomor 1 di atas, selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan dengan teknologi manusia, di antaranya sbb :
- Selain 2 buah objek besar yang sudah disebutkan di atas, masih ada 3 buah objek besar lagi.
Bentuknya seperti planet batu. Masing-masing ukurannya kira-kira 1¼, 1½, dan 1¾ ukuran bumi.
- Ada satu objek besar seukuran 2 kali ukuran bumi yang bergerak dan bercahaya berekor seperti komet.
- Ada satu buah objek besar tidak kelihatan mata, wujudnya seperti sebentuk energi yang bergerak
memanjang. Bila ada batu atau benda-benda kecil antariksa berada di jalur lintasannya, ketika energi ini
bergerak melintasinya, maka benda-benda tersebut akan terdorong menyingkir. Jika bentuk energi ini
dapat terlihat oleh mata, maka penampakkannya mirip seperti komet panjang berekor.
-----------------
Meditasi Energi
Pada tahun 2007, 38 persen orang Amerika menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer. Terapi keseimbangan tubuh dan jiwa, seperti yoga atau tai-chi yang mulai dikenal sejak tahun 2002, saat ini mengalami kenaikan popularitas hingga 75 persen.
Hasil survei menunjukkan 6,3 juta penduduk menggunakan terapi keseimbangan tubuh dan jiwa berdasarkan rekomendasi dokternya dan 34,8 persen melakukannya atas inisiatif sendiri. Kelompok yang mengikuti saran dokter itu pada umumnya memiliki kesehatan yang lebih buruk.
"Para dokter itu menganjurkan pasiennya untuk melakukan terapi komplementer sebagai upaya terakhir saat terapi konvensional gagal. Karena itu, kami menduga, jika terapi komplementer itu dilakukan sejak awal, mungkin hasilnya lebih baik," kata Dr. Aditi Nerurkar dari Harvard Medical School yang melakukan riset ini.
Kecenderungan yang sama juga bisa dilihat di perkotaan di Indonesia. Meski belum dianjurkan dokter, terapi komplementer seperti yoga atau meditasi kini makin mudah ditemukan, bahkan termasuk dalam program di pusat-pusat kebugaran.
Menurut dr. Surjo Dharmono, Sp.KJ(K) dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terapi semacam meditasi dianjurkan kepada pasien bukan untuk mengobati penyakit. "Tujuannya adalah mengurangi stres akibat penyakit yang diderita. Ketika stres berkurang, kekebalan tubuh akan meningkat sehingga diharapkan penyakitnya lebih cepat sembuh," katanya.
----------------
Setiap tubuh manusia memiliki mekanisme penyembuhan diri, hanya saja mereka kurang menyadari hal tersebut. Kebanyakan orang lebih memilih lari dari permasalahan yang mereka hadapi atau mengupayakan penyembuhan dengan cara-cara yang praktis atau yang modern. Tetapi tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan cara-cara modern, karena itu banyak juga yang mengupayakan penyembuhan dengan cara-cara tradisional, seperti pengobatan menggunakan tanaman obat (herbal), pijat refleksi, akupunktur, tenaga dalam / prana sampai pengobatan dengan cara gaib.
Olah raga, diet dan perawatan medis, bisa membantu menjaga kesehatan dan penyembuhan penyakit. Menonton film, menyanyi,berlibur dan bersenang-senang bisa mengurangi stres dan kejenuhan sehari-hari. Curhat kepada sahabat atau datang ke psikolog bisa membantu meringankan masalah dan tekanan batin yang dialami.
Ada juga cara mudah dan praktis untuk menenangkan hati dan pikiran, yaitu yang disebut Terapi Musik. Hampir setiap orang senang mendengarkan musik. Apalagi ketika sedang stres, musik bisa memberikan ketenangan dan perasaan lega, karena secara psikis, musik bisa membuat seseorang merasa rileks. Dalam keadaan rileks, metabolisme tubuh bisa bekerja dengan lebih baik dan lebih teratur. Jenis musiknya bisa apa saja, yang terbaik terutama adalah musik / lagu kegemarannya.
Namun ada satu prinsip dasar yang sangat membantu proses penyembuhan, paling tidak dapat mengurangi penderitaan seseorang karena sakitnya atau masalahnya, yaitu Sikap Menerima, itu membantu penyembuhan.
Salah satu bentuk upaya penyembuhan diri adalah dengan cara meditasi. Metode ini telah terbukti bisa mengatasi berbagai masalah yang bersifat psikologis maupun biologis. Secara ilmu kedokteran maupun ilmu psikologi meditasi sangat membantu proses penyembuhan. Bukan berarti dengan meditasi ini semua masalah langsung selesai, tetapi dengan jalan meditasi seseorang akan menemukan ketenangan hati dan dapat berpikir dengan tenang, jernih dalam memecahkan masalah.Secara umum, Meditasi diartikan sebagai suatu cara konsentrasi mengheningkan cipta untuk suatu tujuan psikologis tertentu, dengan cara merelaksasikan pikiran dan melepaskan pikiran dari semua hal, baik yang menarik, membebani, ataupun yang mencemaskan dalam hidup sehari-hari.
Ada banyak ajaran meditasi dan kita bisa mengikuti salah satunya dengan ikut serta dalam komunitas / perkumpulan meditasi yang ada di tempat tinggal kita, atau mencarinya secara on line di internet. Bentuk meditasi yang diajarkan tergantung pada tujuannya, seperti untuk kekusyukan agama (komunitas keagamaan), ketenangan hati, penyembuhan penyakit, pembangkitan tenaga prana / kundalini, kemampuan gaib spiritual, dsb.
Suatu penelitian menemukan bahwa mereka yang melakukan meditasi secara teratur kurang merasakan rasa sakit karena otak mereka mengantisipasi rasa sakit yang kurang. Mungkin ada beberapa pasien nyeri kronis yang bisa mendapatkan manfaat dari terapi meditasi lebih daripada yang lain. Jika kita dapat mengetahui mekanisme kerja dari meditasi untuk mengurangi rasa sakit, kita mungkin dapat membantu para penderita nyeri kronis supaya tidak bergantung pada obat-obatan penghilang rasa sakit.
------------------
Pada masa sekarang, metode meditasi dibuat sesederhana mungkin sesuai kebutuhan manusia pada jaman sekarang, sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa meditasi sebenarnya dahulu pada jaman manusia hidup di alam kesaktian, merupakan pelajaran tingkat tinggi. Orang yang telah menekuni dan melewati masa-masa olah kanuragan, untuk tingkatan selanjutnya akan mulai banyak melakukan laku tirakat, puasa, berprihatin, meditasi dan tapa brata, untuk memperdalam dan meningkatkan kekuatan keilmuannya.
Karena itu Penulis tidak dapat mengerti mengapa seseorang yang merasa memiliki sesuatu keilmuan, kemudian dengan mudahnya memberikan kursus program ilmu tingkat tinggi tanpa seseorang harus melalui tahap dasar terlebih dahulu dan melalui pembentukan psikologis dan budi pekerti terlebih dahulu. Sehingga kemudian banyak muncul orang-orang yang menonjolkan keilmuannya, menjual keilmuannya, dan banyak keilmuan yang menjadi bahan kesombongan dan bahkan menjadi alat kejahatan. Ditambah lagi adanya efek-efek negatif dan sindrom-sindrom yang mungkin gurunya sendiri pun tidak mampu menyembuhkannya.
Harap diperhatikan, menimbang resiko negatif yang mungkin ada, maka Penulis memaksudkan meditasi-meditasi tersebut :
- tidak untuk tujuan membangkitkan prana / kundalini,
- tidak untuk membuka cakra-cakra tubuh, dan
- tidak untuk kemampuan melihat gaib,
jadi janganlah mencoba digunakan untuk maksud itu. Bagi yang ingin mencoba meditasinya, lakukanlah dengan tulus sesuai tujuan meditasinya masing-masing.
Masing-masing metode meditasi mempunyai tujuan sendiri-sendiri, dan pelaksanaannya harus dilakukan dalam kerangka besar tujuan sugesti masing-masing meditasi. Jangan mencampur-adukkan langkah-langkah dalam satu metode meditasi dengan metode meditasi yang lain.
Meditasi-meditasi yang akan diuraikan oleh Penulis dibagi sesuai tujuan sugestinya dan tingkatan meditasinya masing-masing sebagai berikut :
1. Meditasi Inti - Pembuka Meditasi – untuk pembersihan diri dari beban pikiran dan sakit-penyakit.
2. Meditasi Ringan – untuk ketenangan hati.
3. Meditasi Dasar – untuk kesehatan, pembersihan diri dan penyembuhan.
4. Meditasi Tingkat Lanjut 1 – untuk kesehatan, pembersihan diri dan penyembuhan.
5. Meditasi Tingkat Lanjut 2 – untuk menghimpun energi alam raya.
6. Meditasi Tingkat Lanjut 3 – untuk menghimpun energi elemen-elemen alam.
7. Meditasi Olah Rasa dan Energi – untuk mendayagunakan kekuatan rasa dan energi.
Bagi yang ingin mencoba menjalankan meditasi-meditasi di atas, sugestikan dalam hati dan pikiran anda bahwa anda melakukan meditasi tersebut karena tersugesti untuk mengikuti meditasi dalam tulisan ini. Karena hasilnya akan berbeda antara anda melakukan meditasinya karena keinginan anda sendiri dengan anda melakukannya karena mengikuti sugesti dalam tulisan ini.
Dalam metode-metode meditasi tersebut di atas digunakan sugesti untuk menerima / menghimpun energi alam. Bagi yang sudah mahir, dalam meditasinya bisa disugestikan untuk menerima / menghimpun energi dari elemen-elemen alam seperti yang tertulis dalam tulisan Sifat-Sifat Energi Alam. Pilih yang sifatnya baik. Yang sifatnya tidak baik jangan digunakan. Dilakukan dengan cara membayangkan sasaran / lokasi objeknya (suasana alam dari suatu lokasi) dan menjulurkan tangan atau mengangkat tangan ke atas untuk menghisap / menerima energinya.
Seberapa jauh anda bisa memanfaatkan hasil meditasinya tergantung pada penguasaan anda. Diharapkan anda memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara-cara penggunaan energi. Diharapkan juga anda telah menguasai dengan mahir meditasi-meditasi lain sebelum meditasi ini serta cara-cara penggunaannya. Anda juga dapat membaca contoh-contoh penggunaan energi, misalnya dalam tulisan : tips penggunaan tenaga dalam murni. Anda juga bisa membaca cara-cara pemanfaatan energi dari sumber-sumber lain.
Di dalam semua meditasi dan selama pelaksanaannya diharapkan anda mampu melakukan sugesti dan bisa menerapkan kepekaan rasa, supaya anda dapat mengarahkan sugesti meditasi anda, bisa merasakan berhasil tidaknya usaha meditasi anda dan bisa merasakan hasil yang sesuai dengan tujuan meditasinya. Istirahatkan pikiran, biarkan batin yang bekerja.
Sukma Sejati
Nama-nama ajaran kebatinan di atas sebenarnya adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen. Konsep-konsep tersebut diajarkan dalam banyak aliran kebatinan di jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.
Salah satu puncak dalam ajaran kebatinan jawa adalah ajaran Sukma Sejati.
Istilah Sukma Sejati adalah sebuah konsep dasar kebatinan, yang pada prakteknya diajarkan di banyak tempat dan aliran kebatinan dengan penamaan sendiri-sendiri. Ajaran Sukma Sejati tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan konsep ajaran lain, terutama terkait dengan ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti.
Istilah Sukma Sejati merujuk pada pengertian roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, roh sejati manusia yang sesuai dengan citra penciptaan manusia oleh Tuhan. Ajaran ini menekankan penghayatan keyakinan bahwa dalam diri manusia sebenarnya sudah terkandung roh agung ciptaan Tuhan yang berbeda dengan roh-roh lain, hanya saja dalam kehidupan sehari-harinya manusia terlalu larut dalam hidup keduniawian, sehingga menjauhkan roh manusia dari Roh Tuhan. Manusia lebih dekat dengan duniawinya, sehingga jauh dari penciptanya. Dan banyaknya pengkultusan dalam hidup berkeagamaan justru semakin menjauhkan manusia dari Tuhan, menjadikan Tuhan semakin jauh untuk dijangkau.
Dalam ajaran ini manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu keduniawian, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat manusia yang sejati sesuai kehendak Tuhan saat penciptaan manusia.
Ajaran Sukma Sejati mengajarkan penghayatan kesejatian manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Ajaran Sukma Sejati mengedepankan sisi roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, roh sejati manusia, yang harus dijaga kesuciannya oleh si manusia, dan bukan hanya secara fisik, tetapi juga dengan rohnya manusia harus menyembah Tuhan.
Ajaran Sukma Sejati yang mengedepankan sisi roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, sukma sejati manusia, mengindikasikan bahwa manusia tidak memerlukan roh lain untuk disembah, dan tidak memerlukan roh lain sebagai sumber kekuatan (khodam). Sebagai roh agung ciptaan Tuhan, roh / sukma sejati manusia memiliki keillahian, yang bila sisi keillahian ini diutamakan, maka roh / sukma sejati manusia-lah yang akan berkuasa atas roh lain, bukannya dikuasai oleh roh lain. Untuk itu manusia yang bersangkutan harus menyandarkan hidupnya dan mengkondisikan sukmanya supaya selalu selaras dengan keillahian Tuhan.
Para penganut kebatinan di atas menemukan suatu kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati, kekuatan roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia. Mereka merasakan adanya suatu energi yang menyelimuti tubuh mereka, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati, menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah. Kekuatan yang mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam. Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga, mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang paling dalam, dari sukmanya, dari jiwa yang menyembah Tuhan.Salah satu puncak dalam ajaran kebatinan jawa adalah ajaran Sukma Sejati.
Istilah Sukma Sejati adalah sebuah konsep dasar kebatinan, yang pada prakteknya diajarkan di banyak tempat dan aliran kebatinan dengan penamaan sendiri-sendiri. Ajaran Sukma Sejati tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan konsep ajaran lain, terutama terkait dengan ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti.
Istilah Sukma Sejati merujuk pada pengertian roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, roh sejati manusia yang sesuai dengan citra penciptaan manusia oleh Tuhan. Ajaran ini menekankan penghayatan keyakinan bahwa dalam diri manusia sebenarnya sudah terkandung roh agung ciptaan Tuhan yang berbeda dengan roh-roh lain, hanya saja dalam kehidupan sehari-harinya manusia terlalu larut dalam hidup keduniawian, sehingga menjauhkan roh manusia dari Roh Tuhan. Manusia lebih dekat dengan duniawinya, sehingga jauh dari penciptanya. Dan banyaknya pengkultusan dalam hidup berkeagamaan justru semakin menjauhkan manusia dari Tuhan, menjadikan Tuhan semakin jauh untuk dijangkau.
Dalam ajaran ini manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu keduniawian, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat manusia yang sejati sesuai kehendak Tuhan saat penciptaan manusia.
Ajaran Sukma Sejati mengajarkan penghayatan kesejatian manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Ajaran Sukma Sejati mengedepankan sisi roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, roh sejati manusia, yang harus dijaga kesuciannya oleh si manusia, dan bukan hanya secara fisik, tetapi juga dengan rohnya manusia harus menyembah Tuhan.
Ajaran Sukma Sejati yang mengedepankan sisi roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, sukma sejati manusia, mengindikasikan bahwa manusia tidak memerlukan roh lain untuk disembah, dan tidak memerlukan roh lain sebagai sumber kekuatan (khodam). Sebagai roh agung ciptaan Tuhan, roh / sukma sejati manusia memiliki keillahian, yang bila sisi keillahian ini diutamakan, maka roh / sukma sejati manusia-lah yang akan berkuasa atas roh lain, bukannya dikuasai oleh roh lain. Untuk itu manusia yang bersangkutan harus menyandarkan hidupnya dan mengkondisikan sukmanya supaya selalu selaras dengan keillahian Tuhan.
Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan secara pikiran, hanya dibiarkan saja mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa dikendalikan secara batin. Kekuatan ini jelas bukan bagian dari kekuatan fisik, karena kekuatan ini adalah kekuatan sukma manusia. Kekuatan ini terkendalikan dengan menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan hati.
Sesuai tingkatan kedalaman penghayatan keyakinan pada kesejatian diri dan kekuatan kebatinan masing-masing penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai Sukma Sejati seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam diri seseorang, menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain, dan menempatkan dirinya tidak di bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain. Kekuatan dan kegaiban sukma manusia meniadakan roh-roh lain dari tubuhnya, dan bahkan roh-roh gaib kelas atas seperti dewa dan buto pun tidak berani datang mendekat untuk maksud menyerang. Banyak di antara penganutnya yang selain juga mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, walaupun sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).
Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri seseorang, maka kekuatan dari niat batin dan kehendaknya bisa menjadikan suatu kejadian hanya dengan mengkonsentrasikan batinnya saja, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji. Kegaiban seorang linuwih danwaskita. Dan semua perkataannya jadi ! Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktiannya, maka sulit sekali ada manusia dan mahluk halus yang dapat menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya dan dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan aji-aji kesaktian. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib, kegaiban mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna).
Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini biasanya memiliki kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari keselarasan batin dan sukmanya dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikannya memiliki kegaiban tinggi, dan menjadikannya orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan, membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan berprihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.
Kekuatan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah mendapatkannya. Seseorang harus menempa dirinya, mesu ragapenuh keprihatinan untuk menempa batin dan sukmanya. Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah apa yang disebut puasangebleng. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat disamakan dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).
Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib dan khodam.
Banyak orang yang benar mendalami kebatinan, misalnya yang mengikuti pendalaman kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya menjadi tidak dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan kegaiban sukmanya bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri, dsb. Kegaiban sukma mereka memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar dirinya sudah seperti itu, maka istilah-istilah sekti tanpa aji, digdaya tanpa japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti, menang tanpa ngasorake, dsb, bukan hanya menjadi slogan-slogan filosofis, tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan diamalkan dalam kehidupan mereka yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Segala kekuatan jahat dan kesombongan manusia akan luluh dan tunduk oleh perbawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati.
Sesuai kedalaman penghayatan kebatinan mereka :
Sukma Sejati akan menjadi Guru Sejati-nya, memberinya pencerahan setiap saat dan menuntunnya pada segala sesuatuperbuatan benar yang harus dilakukannya.
Sukma Sejati akan menjadikannya Aku yang baru, sebuah pribadi baru yang merupakan pengejawantahan kesejatian pribadi sang Sukma Sejati.
Sukma Sejati akan hidup kuat di dalam dirinya, dan menjadi kekuatan dalam hidupnya.
Ada satu penggalan kalimat dari suatu amalan dalam kebatinan spiritual kejawen. Walaupun kelihatannya biasa saja dan biasa digunakan sebagai bagian dari suatu amalan ilmu, tetapi memiliki makna spiritual yang dalam yang merupakan salah satu puncak ilmu kebatinan spiritual kejawen, yaitu ajaran tentang Sukma Sejati, yang bila mampu memahami, menghayati, dan mengamalkannya, dan menekuninya sebagai suatu doa atau amalan ilmu, selain dapat menambah hikmat kebijaksanaan, juga dapat mewujudkan suatu kekuatan sukma / batin yang luar biasa tinggi.
Kalimat-kalimatnya adalah sebagai berikut :
Sukma Ingsun Sukma Sejati
Sukma Sejatining Urip
Urip Sejatining Manungsa
.............
Sukma Ingsun Sukma Sejati .......
Sukmaku adalah sukma sejati. Sukmaku adalah sejatinya aku.
Sukma merupakan jati diri seseorang yang membedakannya dari pribadi yang lain. Dan sukma ini tidak boleh diisi atau digantikan dengan sukma atau pribadi lain yang bukan jati dirinya, yang dapat menjadikannya pribadi yang berbeda yang bukan merupakan sejatinya dirinya. Jika ada sukma atau pribadi lain dalam diri seseorang, itu bukanlah sejatinya dirinya.
Diriku adalah milik sukmaku, bukan milik pribadi lain atau roh-roh lain.
Tidak ada roh yang memiliki aku, mempengaruhi aku atau berkuasa atas aku, selain sukmaku.
Sukmaku meniadakan sukma lain dalam diriku. Sukmaku adalah Aku.
Sukma Sejatining Urip .......
Sukma sejati di dalam hidup. Sukma adalah sejatinya hidup. Sukma menjadi sejati bila hidup.
Sukma menjadikan manusia memiliki hidup dalam dirinya, memiliki kebijaksanaan hidup, menjadikan manusia mengenal dirinya, mengenal jalan hidup, mengenal rencana dan tujuan hidup, mengenal peradaban dan mengenal Tuhan. Sukma menjadikan manusia mengenal perbuatan baik dan jahat. Sukma menjadikan manusia mengenal perbuatan yang bermanfaat dan perbuatan sia-sia tak berguna.
Sukmaku adalah roh hidup, bukan roh orang mati.
Sukmaku menjadikan aku hidup.
Sukmaku sejati di dalam aku.
Sukmaku di dalam aku, tidak lemah, tidak mati.
Urip Sejatining Manungsa .......
Hidup sejati di dalam manusia. Hidup adalah sejatinya manusia. Sejatinya manusia adalah hidup.
Jika hidup itu sudah diambil daripadanya, maka dia bukan lagi manusia, tetapi jasad, atau roh orang mati. Manusia hidup jangan ingin mati. Hidup yang dijalani oleh seseorang menjadikannya suatu pribadi yang utuh. Karena itu sudah seharusnyalah manusia mengisi hidupnya dengan sepatutnya, karena hidupnya itulah yang menjadikannya manusia yang sebenarnya. Kesadaran akan hidup menjadikan hidup manusia menjadi lebih hidup dan menuntun manusia kepada hidup yang lebih tinggi dan menuntunnya juga kepada Sang Pencipta Hidup. Jangan pernah menyerahkan hidup kepada roh lain, kepada sukma lain, kepada pribadi lain.
Jangan pernah ada putus asa.
Jangan pernah ada : urip sajeroning mati atau mati sajeroning urip.
Hidup menjadi sejati di dalam manusia dan sejatinya manusia adalah hidup.
Manusia menjadi sejati bila hidup.
Sukma Sejatiku adalah Aku. Aku Hidup. Tidak Lemah. Tidak Mati.
Laku Prihatin dan Tirakat
Ajaran kebatinan kejawen pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan orang Jawa terhadap Tuhan. Kejawen atau Kejawaan (ke-jawi-an) dalam pandangan umum berisi kesenian, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen mencerminkan spiritualitas orang Jawa. Ajaran kejawen tidak terpaku pada aturan yang formal seperti dalam agama, tetapi menekankan pada konsep “keseimbangan dan keharmonisan hidup”. Kebatinan Jawa merupakan tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama-agama di pulau Jawa, yang pada prakteknya, selain berisi ajaran-ajaran budi pekerti, juga diwarnai ritual-ritual kepercayaan dan ritual-ritual yang berbau mistik.
Secara kebatinan dan spiritual dipahami bahwa kehidupan manusia di alam ini hanyalah sementara saja, yang pada akhirnya nanti semua orang akan kembali lagi kepada Sang Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri, adalah bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia harus bersandar kepada kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh dan Tuhan), dan beradaptasi dengan lingkungan alam dan memeliharanya, bukan melawannya, apalagi merusaknya. Lebih baik untuk menjaga sikap dan tidak membuat masalah. Memiliki sedikit lebih baik, daripada berambisi mencari ‘lebih’. Dengan demikian idealisme kebatinan jawa menuntun manusia pada sikap menerima, sabar, rendah hati, sikap tahu diri, kesederhanaan, suka menolong, tidak serakah, tidak berfoya-foya / berhura-hura, dsb. Idealisme inilah yang menjadikan manusia hidup tenteram dan penuh rasa syukur kepada Tuhan.
Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka syukuri sebagai karunia Allah.
Mereka percaya adanya 'berkah' dari roh-roh, alam dan Tuhan, dan kehidupan mereka akan lebih baik bila mereka 'keberkahan'. Karena itu dalam budaya Jawa dikenal adanya upaya untuk selalu menjaga perilaku, kebersihan hati dan batin dan ditambah dengan laku prihatin dan tirakat supaya hidup mereka diberkahi. Mereka tekun menjalankan “laku” untuk pencerahan cipta, rasa, budi dan karsa.
Laku adalah usaha / upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah usaha-usaha tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.
Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha untuk menjaga agar kehidupan manusia selalu 'keberkahan', selamat dan sejahtera dalam lindungan Tuhan, agar dihindarkan dari kesulitan-kesulitan dan terkabul keinginan-keinginannya. Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup.
Di luar segala bentuk laku prihatin yang dijalankan manusia, ada laku lain yang sifatnya sangat mendasar, yaitu puasa hati dan batin, senantiasa menjaga sikap hati dan batin, yang dalam kesehariannya dilakukan tanpa kelihatan bentuk lakunya.
Laku prihatin yang biasa dilakukan pada dasarnya adalah :
1. Membersihkan hati dan batin dan membentuk hati yang tulus dan iklas.
2. Hidup sederhana dan tidak tamak, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
3. Mengurangi makan dan tidur.
4. Tidak melulu mengejar kesenangan hidup.
5. Menjaga sikap eling lan waspada.
Di dalam tradisi spiritual kejawen, seorang penghayat kejawen biasa melakukan puasa dan laku prihatin dengan hitungan hari tertentu, biasanya disesuaikan dengan kalender jawa, misalnya puasa senin-kamis, wetonan, selasa kliwon, jum'at kliwon, dsb.
Puasa tersebut dimaksudkan untuk menjadikan hidup mereka lebih 'bersih' dan keberkahan, sekaligus juga bersifat kebatinan, yaitu untuk memelihara kepekaan batin dan memperkuat hubungan mereka dengan saudara kembar gaib mereka yang biasa disebut 'Sedulur Papat', sehingga puasa itu juga memelihara 'berkah' indera keenam seperti peka firasat, peka terhadap petunjuk gaib / pertanda, peka tanda-tanda alam, dsb.
Laku prihatin pada prinsipnya adalah perbuatan sengaja untukmenahan diri terhadap kesenangan-kesenangan, keinginan-keinginan dan nafsu / hasrat yang tidak baik dan tidak bijaksana dalam kehidupan. Laku prihatin juga dimaksudkan sebagai upaya menggembleng diri untuk mendapatkan 'ketahanan' jiwa dan raga dalam menghadapi gelombang-gelombang dan kesulitan hidup. Orang yang tidak biasa laku prihatin, tidak biasa menahan diri, akan merasakan beratnya menjalani laku prihatin.
Laku prihatin dapat dilihat dari sikap seseorang yang menjalani hidup ini secara tidak berlebih-lebihan. Idealnya, hidup ini dijalani secara proporsional, selaras dengan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan hidup, dan tidak melebihi batas nilai kepantasan atau kewajaran (tidak berlebihan dan tidak pamer). Walaupun kepemilikan kebendaan seringkali dianggap sebagai ukuran kualitas dan keberhasilan hidup seseorang, dan sekalipun seseorang sudah jaya dan berkecukupan, laku prihatin dapat dilihat dari sikapnya yang menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, tidak pantas, tidak bijaksana, dan menahan diri dari perilaku konsumtif berlebihan. Menjalani laku prihatin juga tidak sama dengan menahan diri karena hidup yang serba kekurangan.
Laku prihatin melandasi perbuatan yang bermoral.
Prihatinnya Orang Miskin Harta.
Walaupun seseorang kekurangan harta, tetapi dia tidak mengisi hidupnya dengan kesedihan, rasa iri dan dengki dan tidak mengejar kekayaan dengan cara tercela. Tetap hidup sederhana sesuai kebutuhannya dan tidak menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Walaupun tidak dapat memenuhi keinginan kebendaan duniawi secara berlebihan, tetapi tetap menjalani hidup dengan rasa menerima dan bersyukur. Dan sekalipun menolong dan membantu orang lain, tetapi dilakukan tanpa pilih kasih dan tanpa pamrih kebendaan, dengan demikian hidupnya juga memberkahi orang lain.
Filosofinya : makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan (hewan).Urip iku mung mampir ngumbe thok.
Hidup seperlunya saja sesuai kebutuhan, bukannya mengejar / menumpuk harta atau apapun juga yang nantinya toh tidak akan dibawa mati ke dalam kubur.
Sekalipun mereka miskin harta, tetapi kaya di hati, sugih tanpa bandha. Berbeda dengan orang yang berjiwa miskin, yang sekalipun sudah berkecukupan harta, tetapi selalu merasa takut miskin, dan akan melakukan apa saja, termasuk perbuatan yang tercela, untuk terus menambah kekayaannya.
Prihatinnya Orang Kaya Harta.
Walaupun seseorang berlebihan harta, tetapi tidak mengisi hidupnya dengan kesombongan dan hidup bermewah-mewahan. Tetap hidup sederhana sesuai kebutuhannya dan tidak memenuhi segala keinginan melebihi apa yang menjadi kebutuhan.
Seseorang yang kaya berlimpah harta, memiliki banyak benda yang bagus dan mahal harganya dan melakukan pengeluaran yang "lebih" untuk ukuran orang biasa, bukan selalu berarti tidak menjalani laku prihatin. Namun hidup yang bermewah-mewahan sama saja dengan hidup berlebih-lebihan (melebihi apa yang menjadi kebutuhan), inilah yang disebut tidak menjalani laku prihatin.
Orang kaya harta, yang selalu mengsyukuri kesejahteraannya, akan tampak dari sikap hatinya yang selalu memberi 'lebih' kepada orang-orang yang membutuhkan pemberiannya, bukan sekedar memberi, walaupun perbuatannya itu tidak ada yang melihat. Dan semua kewajibannya, duniawi maupun keagamaan, yang berhubungan dengan hartanya akan dipenuhinya, seperti yang seharusnya, tidak ada yang dikurangkan.
Prihatinnya Orang Kaya Ilmu.
Orang kaya ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu spiritual, akan menjalani laku prihatin dengan cara memanfaatkan ilmunya tidak untuk kesombongan dan kejayaan dan kepentingan dirinya sendiri, dan tidak untuk membodohi atau menipu orang lain, tetapi dimanfaatkan juga untuk menolong orang lain dan membaginya kepada siapa saja yang layak menerimanya, tanpa pamrih kehormatan atau upah.
Prihatinnya Orang Berkuasa.
Seorang penguasa hidup prihatin dengan menahan kesombongannya, menahan hawa nafsu sok kuasa, dan tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk kejayaan diri sendiri dan keluarganya saja. Kekuasaan dijadikan sarana untuk menciptakan kesejahteraan bagi para bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya. Kekuasaan dimanfaatkan untuk menciptakan negeri yang adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja, sebagaimana layaknya seorang negarawan sejati.
Seorang politikus hidup prihatin dengan tidak hanya membela kepentingannya, kelompoknya atau golongannya sendiri, atau untuk mencari popularitas, menggoyang pemerintahan yang ada, tetapi digunakan untuk mendukung pemerintahan yang ada dan meluruskan jalannya pemerintahan yang keliru, yang menyimpang, untuk kepentingan rakyat banyak.
Seorang aparat negara, aparat keamanan atau penegak hukum, hidup prihatin dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban tugasnya dengan semestinya dan tidak menyalahgunakan kewenangannya untuk menindas, memeras, atau berpihak kepada pihak-pihak tertentu dan merugikan pihak yang lain, mencukupkan dirinya dengan gajinya dan menambah rejeki dengan cara-cara yang halal, tidak mencuri, tidak memeras, tidak meminta / menerima sogokan.
Orang jawa bilang intinya kita harus selalu eling lan waspada. Selalu ingat Tuhan. Tetapi biasanya manusia hanya mengejar kesuksesan saja, keberhasilan, keberuntungan, dsb, tapi tidak tahu pengapesannya.
Sering dikatakan orang-orang yang selalu ingat Tuhan dan menjaga moralitas, seringkali hidupnya banyak godaan dan banyak kesusahan. Kalau eling ya harus tulus, jangan ada rasa sombong, jangan merasa lebih baik atau lebih benar dibanding orang lain, jangan ada pikiran jelek tentang orang lain, karena kalau kita bersikap begitu sama saja kita bersikap negatif dan menumbuhkan aura negatif dalam diri kita. Aura negatif akan menarik hal-hal yang negatif juga, sehingga kehidupan kita juga akan banyak berisi hal-hal yang negatif. Di sisi lain kita juga harus sadar, bahwa orang-orang yang banyak menahan diri, membatasi perbuatan-perbuatannya, seringkali menjadi kurang greget, kurang kreatif dan yang didapatnya juga akan lebih sedikit dibandingkan orang-orang yang tidak menahan diri. Itulah resikonya menahan diri. Tetapi mereka yang sadar pada kemampuan dan potensi diri, peluang-peluang, dsb, dan dapat memanfaatkannya dengan tindakan nyata, akan juga dapat menghasilkan banyak, tanpa harus lupa Tuhan dan merusak moralitasnya.
Di sisi lain sering dikatakan orang-orang yang tidak ingat Tuhan atau tidak menjaga moralitas, seringkali kelihatan hidupnya lebih enak. Bisa terjadi begitu karena mereka tidak banyak beban, tidak banyak menahan diri, apa saja akan dilakukan walaupun tidak baik, walaupun tercela. Beban hidupnya lebih ringan daripada yang menahan diri. Mereka bisa mendapatkan lebih banyak, karena mereka tidak banyak menahan diri.
Di luar pandangan-pandangan di atas, sebenarnya, jalan kehidupan masing-masing mahluk, termasuk manusia, sudah ada garis-garis besarnya, sehingga bisa diramalkan oleh orang-orang tertentu yang bisa meramal. Tinggal masing-masing manusianya saja dalam menjalani kehidupannya, apakah akan banyak eling dan menahan diri, ataukah akan mengumbar keduniawiannya.
Dalam tradisi jawa, laku prihatin dan tirakat adalah bentuk upaya spiritual / kerohanian seseorang dalam bentuk keprihatinan jiwa dan raga, ditambah dengan laku-laku tertentu, untuk tujuan mendapatkan keberkahan dan keselamatan hidup, kesejahteraan lahiriah maupun batin, atau juga untuk mendapatkan keberkahan tertentu, suatu ilmu tertentu, kekayaan, kesaktian, pangkat atau kemuliaan hidup. Laku prihatin dan tirakat ini, selain merupakan bagian dari usaha dan doa kepada Tuhan, juga merupakan suatu 'keharusan' yang sudah menjadi tradisi, yang diajarkan oleh para pendahulu mereka.
Ada pepatah, puasa adalah makanan jiwa. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat jiwanya, sukmanya.
Laku puasa yang dilakukan sebagai kebiasaan rutin akan membentuk kebatinan manusia yang kuat untuk bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan menjadi upaya membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Akan lebih baik bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu berdoa niat dan tujuannya, mendekatkan hati dengan Tuhan, jangan hanya dijadikan kebiasaan rutin saja.
Berat-ringannya suatu laku kebatinan bergantung pada kebulatan tekad sejak awal sampai akhir. Bentuk laku yang dijalani tergantung pada niat dan tujuannya. Diawali dengan mandi keramas / bersuci, menyajikan sesaji sesuai yang diajarkan dan memanjatkan doa tentang niat dan tujuannya melakukan laku tersebut dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat dan tercela. Ada juga yang melakukannya bersama dengan laku berziarah, atau bahkan tapa brata, di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti di gunung, makam leluhur / orang-orang linuwih, hutan / goa / bangunan yang wingit, dsb.
Ada beberapa bentuk formal laku prihatin dan tirakat, misalnya :
1. Puasa, tidak makan dan minum atau berpantang makanan tertentu.
Jenisnya :
- Puasa Senin-Kamis, yaitu puasa tidak makan dan minum setiap hari Senin dan Kamis.
- Puasa Weton, puasa tidak makan / minum setiap hari weton (hari+pasaran) kelahiran seseorang.
- Puasa tidak makan apa-apa, boleh minum hanya air putih saja.
- Puasa Mutih, tidak makan apa-apa kecuali nasi putih dan air putih saja.
- Puasa Mutih Ngepel, dari pagi sampai mahgrib tidak makan dan minum, untuk sahur dan buka puasa
hanya 1 kepal nasi dan 1 gelas air putih.
- Puasa Ngepel, dalam sehari hanya makan satu atau beberapa kepal nasi saja.
- Puasa Ngeruh, hanya makan sayuran atau buah-buahan saja, tidak makan daging, ikan, telur, terasi, dsb.
- Puasa Nganyep, hampir sama dengan Mutih, tetapi makanannya lebih beragam asalkan tidak
mempunyai rasa, yaitu tidak memakai bumbu pemanis, cabai dan garam.
- Puasa Ngrowot, dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur dan buka puasa hanya makan buah-
buahan dan umbi-umbian yang sejenis saja, maksimal 3 buah.
- Puasa Ngebleng, tidak makan dan minum selama sehari penuh siang dan malam, atau beberapa hari
siang dan malam tanpa putus, biasanya 1 - 3 hari.
- Puasa Weton, puasa tidak makan / minum setiap hari weton (hari+pasaran) kelahiran seseorang.
- Puasa tidak makan apa-apa, boleh minum hanya air putih saja.
- Puasa Mutih, tidak makan apa-apa kecuali nasi putih dan air putih saja.
- Puasa Mutih Ngepel, dari pagi sampai mahgrib tidak makan dan minum, untuk sahur dan buka puasa
hanya 1 kepal nasi dan 1 gelas air putih.
- Puasa Ngepel, dalam sehari hanya makan satu atau beberapa kepal nasi saja.
- Puasa Ngeruh, hanya makan sayuran atau buah-buahan saja, tidak makan daging, ikan, telur, terasi, dsb.
- Puasa Nganyep, hampir sama dengan Mutih, tetapi makanannya lebih beragam asalkan tidak
mempunyai rasa, yaitu tidak memakai bumbu pemanis, cabai dan garam.
- Puasa Ngrowot, dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur dan buka puasa hanya makan buah-
buahan dan umbi-umbian yang sejenis saja, maksimal 3 buah.
- Puasa Ngebleng, tidak makan dan minum selama sehari penuh siang dan malam, atau beberapa hari
siang dan malam tanpa putus, biasanya 1 - 3 hari.
2. Menyepi dan berdoa di dalam rumah. Tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
3. Menyepi dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
4. Berziarah dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
seperti di gunung, pohon / goa / bangunan yang wingit, dsb.
5. Mandi kembang telon atau kembang setaman tujuh rupa.
6. Tapa Melek, tidak tidur, biasanya 1 - 3 hari. Tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
7. Tapa Melek Ngalong, biasanya 1 - 7 hari. Siang hari boleh tidur, tetapi selama malam hari tidak tidur, tidak
mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
8. Tapa Bisu dan Lelono, melakukan perjalanan berjalan kaki dan bisu tidak bicara, dari mahgrib sampai pagi,
melakukan kunjungan ke makam leluhur / orang-orang linuwih atau ke tempat-tempat keramat dan berdoa.
9. Tapa Pati Geni, diam di dalam suatu ruangan, tidak terkena cahaya apapun, selama sehari atau beberapa
hari, biasanya untuk tujuan keilmuan. Ada juga yang disebut Tapa Pendem, yaitu puasa dan berdiam di
dalam rongga di dalam tanah seperti orang yang dimakamkan, biasanya selama 1 - 3 hari.
10.Tapa Kungkum, ritual berendam di sendang atau sungai, terutama di pertemuan 2 sungai (tempuran sungai),
selama beberapa malam berturut-turut dan tidak boleh tertidur, dengan posisi berdiri atau duduk bersila
di dalam air dengan kedalaman air setinggi leher atau pundak.
Laku prihatin dan tirakat nomor 1 sampai 5 adalah yang biasa dilakukan orang Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kombinasi nomor 1 sampai 10 dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan tertentu yang bersifat khusus, biasanya supaya mendapatkan berkah tertentu, atau untuk tujuan keilmuan.
Tidak hanya dalam kehidupan keseharian, laku-laku kebatinan di atas juga seringkali dilakukan sebelum seseorang melakukan suatu kegiatan / usaha yang dianggap penting dalam kehidupannya, seperti akan memulai suatu usaha ekonomi, akan pergi merantau, akan melangsungkan hajatan pernikahan, dsb. Bahkan sudah biasa bila orang-orang tua berpuasa untuk memohonkan keberhasilan kehidupan dan usaha anak-anaknya.
Masing-masing bentuk laku prihatin dan tirakat mempunyai kegunaan dan kegaiban sendiri-sendiri yang dapat dirasakan oleh para pelakunya, dan mempunyai kegaiban sendiri-sendiri dalam membantu mewujudkan tujuan laku pelakunya.
Puasa weton terkait dengan kepercayaan dan kegaiban sukma (kepercayaan pada kebersamaan roh sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan para roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya. Puasa weton tidak bisa disamakan, digantikan atau ditukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya. Lebih baik lagi jika diawali atau ditutup dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.
Untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk mempermudah jalan hidup, cukup puasa weton 1 hari (1 hari 1 malam), atau puasa Senin - Kamis saja, atau bisa juga mandi kembang saja (bisa hari apa saja sekali sebulan).
Dalam hal menjaga supaya kehidupannya selalu 'keberkahan' dan dijauhkan dari kesulitan-kesulitan, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya dilakukan selama 1 hari 1 malam pada hari weton kelahiran seseorang.
Untuk keperluan sehari-hari untuk mempermudah jalan hidup dan mengejar sesuatu yang diinginkan, misalnya untuk kemantapan bekerja dan perbaikan posisi / karir, cukup puasa weton 1 hari saja secara rutin setiap bulan. Lebih baik lagi jika disertai dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.
Dalam hal keinginan terkabulnya suatu hajat / keinginan khusus, sesuatu yang tidak terjadi setiap hari, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang.
Dalam hal keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang disertai nazar, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang, dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup, atau acara tumpengan syukuran.
Dalam hal mencari suatu petunjuk gaib / wangsit, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya dilakukan selama 3 hari 3 malam tanpa putus, hari Selasa atau Jum'at Kliwon dijepit di tengah, dan berdoa di malam hari di tempat terbuka menghadap ke timur.
Untuk melengkapi pengetahuan tentang sifat-sifat hari, di bawah ini ada beberapa petunjuk :
Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan.
Bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral, untuk ritual bersih diri, ruwatan nasib / sengkala, ritual syukuran, ritual bersih desa, menjamas keris, mandi kembang, berziarah, dsb.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan. Bulan Sura paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan.
Bulan Sura umumnya diisi dengan ritual bersih diri / ruwatan, membersihkan rumah dan pusaka, dsb.
Upaya bersih diri / ruwatan pribadi dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara mandi kembang dan doa memohon supaya dilapangkan / dibukakan jalan hidup dan dijauhkan dari segala macam bentuk kesulitan. Sebaiknya juga dilengkapi dengan membersihkan rumah dan lingkungannya, baik yang bersifat fisik maupun gaib.
Jika anda memiliki pusaka, pada bulan Sura ini terhadap pusaka itu tidak harus dilakukan penjamasan, tapi cukup dibersihkan saja dan diberikan sesaji dan disugestikan supaya pusakanya memberikan bantuan yang positif dan disugestikan supaya membantu membersihkan segala sesuatu yang bersifat negatif.
Bagi yang ingin mengadakan suatu hajat di bulan Suro, sebenarnya sih boleh-boleh saja, terserah invidunya, tetapi secara spiritual memang dianjurkan untuk tidak mengadakan hajat pernikahan, memulai usaha ekonomi, pindah ke rumah baru atau hajat lain yang bersifat jangka panjang di bulan Suro.
Pada Bulan Suro kondisi alam gaib di pulau Jawa memancarkan aura yang tidak baik, dan dihawatirkan semua hajat yang dilakukan pada bulan Suro akan membawa pengaruh yang tidak baik, seperti dipenuhi hawa kebencian dan permusuhan, pertengkaran, sakit-penyakit, apes / kesialan, dsb.
Pengaruh gaib bulan Suro hanya berlaku kepada orang Jawa di pulau Jawa saja dan pengaruhnya itu bisa bersifat jangka panjang, karena pengaruhnya itu akan menyatu dengan sukma manusia.
Penting :
Orang-orang yang sering melakukan laku puasa (termasuk puasa weton), biasanya kekuatan sukmanya akan meningkat. Orang-orang yang sering melakukan laku prihatin dan tirakat biasanya juga akan banyak menerima interaksi dari roh-roh lain, disadari ataupun tidak. Roh-roh itu bisa berasal dari lingkungan tempatnya berada, atau dari lingkungan tempat-tempat yang dikunjunginya (misalnya berziarah), atau juga dari roh-roh leluhur.
Selain yang bersifat puasa ngebleng, jenis puasa lain biasanya tidak banyak berpengaruh positif terhadap kekuatan sukma, pengaruhnya lebih banyak dirasakan bersifat fisik dan psikologis, terutama ketahanan fisik untuk terbiasa menahan rasa lapar dan haus, tetapi tidak diimbangi dengan meningkatnya kekuatan sukma. Jika orang-orang tersebut tidak terbiasa olah energi (misalnya pelatihan olah nafas tenaga dalam), pada orang-orang tersebut seringkali terjadi tubuhnya "meradang", tubuhnya memancarkan hawa panas, karena adanya ketidak-stabilan pasokan energi dari makanan, yang efeknya kurang baik untuk kesehatan, karena bisa menyebabkan sakit panas dalam dan mengundang sakit-penyakit yang berkaitan dengan sakit panas dalam, seperti flu, batuk, pilek, radang tenggorokan, dsb.
Bagi orang-orang tersebut, sebaiknya sering melakukan mandi kembang, lebih bagus lagi kalau berendam di air kembang, untuk membersihkan aura-aura negatif yang berasal dari dirinya sendiri ataupun aura negatif yang menempel di tubuhnya yang berasal dari tempat lain, supaya terselaraskan menjadi positif. Dan bagi yang sering berpuasa, gunanya mandi kembang bagi mereka juga sama, jangan sampai bertambah kuatnya sukmanya juga menambah kuat aura-aura negatif di dalam dirinya. Mandi kembang ini juga berguna supaya pancaran panas tubuh menjadi lebih adem dan mengurangi efek panas dalam.
Sebelum digunakan mandi, biarkan selama 1 menit kembang-kembang itu terendam di dalam air, kemudian diaduk supaya aura energinya larut merata di dalam air.
Puasa Ngebleng.
Puasa umumnya dimulai saat subuh dan buka puasa saat mahgrib. Malam harinya bebas makan dan minum.
Puasa 1 hari, berarti selama 1 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 3 hari, berarti selama 3 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 7 hari, berarti selama 7 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa ngebleng tidak seperti itu.
Puasa ngebleng secara sederhana bisa disebut puasa penuh 1 hari 1 malam.
Puasa ngebleng 1 hari berarti puasa penuh 1 hari 1 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 3 hari berarti puasa penuh 3 hari 3 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 7 hari berarti puasa penuh 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Apa benar ada puasa ngebleng 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus ? Ada yang sanggup ?
Bagaimana dengan puasa ngebleng 40 hari 40 malam berturut-turut tanpa putus. Siapa yang sanggup ?
Ketika seseorang berpuasa ngebleng, pada hari pertama puasanya dia akan merasakan panas, lapar dan haus, sama dengan yang dialami orang lain yang menjalani laku puasa biasa.
Pada hari kedua, orang tersebut akan merasakan tubuhnya panas, mungkin juga sampai menyebabkannya sulit tidur di malam hari karena panasnya tubuhnya. Karena tidak juga ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, pada hari kedua itu tubuhnya mulai membakar cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya, air, lemak, protein, gula, dsb, untuk dikonversi menjadi energi dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuhnya.
Pada hari ketiga, panas tubuhnya mereda dan berkurang, rasa lapar dan haus hilang. Yang terasa hanya tubuhnya saja yang lemas karena perutnya kempis tak terisi makanan.
Puasa ngebleng pada hari ketiga itu, yang dilakukan oleh orang-orang yang bersamadi atau menyepi (walaupun di dalam rumah), tidak menonton hiburan, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, dan tekun berdoa / berzikir / wirid, kegaiban sukmanya akan kuat sekali dan akan memancar cukup jauh. Kegaiban itu kuat sekali sampai bisa menarik perhatian dari roh-roh leluhurnya, sehingga disadari ataupun tidak, banyak leluhurnya yang mendatangi orang tersebut untuk mengetahui apa tujuan dari lakunya itu dan akan berusaha membantu mewujudkan hajat niat dan keinginannya.
Pada hari ketiga itu, disadari ataupun tidak, roh sukma orang tersebut telah menguat, dan memancarkan aura kekuatan gaib yang menyebabkan roh-roh gaib tidak tahan berada di dekatnya. Berbeda dengan puasa pada orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam yang kondisi berpuasanya dapat mengundang roh-roh gaib untuk datang mendekat, puasa ngebleng ini justru pancaran gaib kekuatan sukmanya akan mengusir keberadaan roh-roh gaib lain dari tubuhnya dan dari sekitar orang itu berada.
Itu baru puasa ngebleng 3 hari, belum yang 7 hari, apalagi puasa ngebleng 40 hari seperti yang biasa dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu. Orang-orang yang terbiasa melakukan puasa itu, seperti tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu, akan memiliki kekuatan sukma yang luar biasa, yang bahkan pancaran energi kekuatan sukmanya menyebabkan roh-roh gaib kelas atas setingkat dewa dan buto pun tidak tahan berada di dekatnya dan tidak akan berani datang mendekat untuk maksud menyerang.
Pancaran kekuatan sukma orang-orang itu saat sedang menjalankan laku puasa dan tapa bratanya sangat menghebohkan alam gaib. Di pewayangan pun diceritakan ketika ada seseorang yang gentur dalam laku puasa, tapa brata dan semadinya, kondisinya menyebabkan kahyangan panas dan goncang, dan menyebabkan para dewa tidak tahan, sampai-sampai para dewa mengutus dewa lain atau bidadari untuk menghentikan / menggagalkan tapa brata orang tersebut, dan mereka akan memberikan apa saja yang diinginkan orang itu asal mau menghentikan tapanya.
Karena itu dalam melakukan puasa ngebleng orang-orang jaman dulu akan melakukannya dengan cara menyepi, di dalam rumah, di goa, di hutan atau di gunung, supaya tidak ada yang mengganggu.
Kekuatan kegaiban sukma orang-orang itu luar biasa sekali, sehingga pada jaman dulu banyak tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa yang bukan hanya linuwih dan waskita dan mumpuni dalam ilmu kesaktian, tetapi juga menjadikan sukma mereka penuh dengan muatan gaib, sehingga kemampuan moksa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan jaman dulu, berpindah bersama raganya ke alam roh tanpa melalui proses kematian, adalah sesuatu yang biasa. Bahkan banyak yang melakukan tapa brata dalam rangka mandito meninggalkan keduniawiannya, kemudian moksa dengan sendirinya dalam kondisi bertapa.
Orang-orang itu, karena kekuatan gaib sukmanya, tidak lagi membutuhkan khodam mahluk halus untuk kekuatan ilmunya. Kekuatan dan kegaiban sukmanya-lah yang melakukannya. Tetapi jika ada sesosok gaib yang mau datang untuk menjadi khodam pendampingnya, maka hanya gaib-gaib yang setingkat dengan kekuatan sukmanya saja yang akan datang menjadi pendampingnya, bukan gaib-gaib umum kelas rendah yang tidak tahan dengan pancaran energi kekuatan sukmanya.
Puasa ngebleng melambangkan kekuatan tekad dan niat seseorang untuk terkabulnya suatu keinginan. Bahkan banyak orang pada jaman dulu yang melakukan tapa dan puasa ngebleng, tidak akan menghentikan tapa bratanya sebelum hajat keinginannya terkabul (sampai turun wangsit bahwa permintaannya dikabulkan).
Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Karena itu kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat dibandingkan / disamakan atau ditukar dengan puasa bentuk lain. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata.
Puncak kekuatan sukmanya hanya terjadi pada saat seseorang berpuasa ngebleng, sedangkan pada hari-hari selanjutnya kalau sudah tidak lagi melakukan puasa, maka kekuatan sukmanya itu akan menurun lagi. Karena itu para pelaku kebatinan dan keilmuan kebatinan jaman dulu menjadikan laku puasa ngebleng ini sebagai ritual yang akan selalu dilakukan secara berkala. Juga dalam melatih keilmuannya atau ketika menekuni suatu ilmu baru kesaktian / kebatinan akan dilakukannya sambil berpuasa, sehingga kekuatan dan kegaiban ilmunya tinggi.
Tetapi jika puasa ngebleng itu dilakukan oleh orang-orang yang masih awam dalam ilmu kegaiban, mungkin kegaiban dari kekuatan sukmanya itu tidak akan banyak dirasakannya. Walaupun begitu, pancaran kekuatan sukmanya itu akan menjauhkannya dari roh-roh gaib yang sifatnya mengganggu, dan sisi lain dari kegaiban sukmanya akan membuat kekuatan niat / tekad dalam keinginan-keinginannya menjadi lebih mudah terwujud dan ketajaman dan kepekaan batinnya akan semakin tinggi.
Tetapi karena semakin banyaknya orang yang meninggalkan dunia kebatinan, maka puasa ngebleng inipun semakin ditinggalkan. Bahkan para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali mempermudah laku puasanya. Misalnya untuk mendapatkan suatu ilmu gaib tertentu cukup puasa biasa saja dari subuh sampai mahgrib, atau hanya puasa berpantang makanan tertentu saja, yang dilakukan selama 3 hari, 7 hari, 21 hari, atau 40 hari, dan selama berpuasa itu malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya.
Selama berpuasa di atas pada malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya tujuannya adalah sebagai usaha melatih memperkuat kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaib. Dengan berhari-hari mewirid suatu amalan gaib diharapkan kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaibnya akan kuat dan hapal mantranya diluar kepala.
Selama orang itu berpuasa dan berzikir / wirid, tubuhnya akan memancarkan energi tertentu dan pikirannya akan memancarkan gelombang pikiran tertentu. Pancaran energi tubuh dan gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya suatu sosok mahluk halus tertentu kepada manusia. Keberadaan sosok halus itu kemudian dapat menjadi khodam ilmu gaibnya, menjadi sumber kekuatan gaibnya, sehingga walaupun kemudian sudah tidak lagi rajin berpuasa dan tidak lagi rajin mewirid amalan ilmunya, selama khodamnya bersamanya, kapan saja ilmu itu diamalkan tetap akan berfungsi. Jadi bisa juga dikatakan, untuk dengan sengaja mengundang suatu sosok gaib untuk datang menjadi khodam pendamping, maka cara puasanya adalah puasa bentuk ini. Hanya saja kita harus teliti dan waspada mengenai siapa sosok halus yang datang mendampingi kita itu.
Puasa 1 hari, berarti selama 1 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 3 hari, berarti selama 3 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 7 hari, berarti selama 7 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa ngebleng tidak seperti itu.
Puasa ngebleng secara sederhana bisa disebut puasa penuh 1 hari 1 malam.
Puasa ngebleng 1 hari berarti puasa penuh 1 hari 1 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 3 hari berarti puasa penuh 3 hari 3 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 7 hari berarti puasa penuh 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Apa benar ada puasa ngebleng 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus ? Ada yang sanggup ?
Bagaimana dengan puasa ngebleng 40 hari 40 malam berturut-turut tanpa putus. Siapa yang sanggup ?
Ketika seseorang berpuasa ngebleng, pada hari pertama puasanya dia akan merasakan panas, lapar dan haus, sama dengan yang dialami orang lain yang menjalani laku puasa biasa.
Pada hari kedua, orang tersebut akan merasakan tubuhnya panas, mungkin juga sampai menyebabkannya sulit tidur di malam hari karena panasnya tubuhnya. Karena tidak juga ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, pada hari kedua itu tubuhnya mulai membakar cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya, air, lemak, protein, gula, dsb, untuk dikonversi menjadi energi dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuhnya.
Pada hari ketiga, panas tubuhnya mereda dan berkurang, rasa lapar dan haus hilang. Yang terasa hanya tubuhnya saja yang lemas karena perutnya kempis tak terisi makanan.
Puasa ngebleng pada hari ketiga itu, yang dilakukan oleh orang-orang yang bersamadi atau menyepi (walaupun di dalam rumah), tidak menonton hiburan, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, dan tekun berdoa / berzikir / wirid, kegaiban sukmanya akan kuat sekali dan akan memancar cukup jauh. Kegaiban itu kuat sekali sampai bisa menarik perhatian dari roh-roh leluhurnya, sehingga disadari ataupun tidak, banyak leluhurnya yang mendatangi orang tersebut untuk mengetahui apa tujuan dari lakunya itu dan akan berusaha membantu mewujudkan hajat niat dan keinginannya.
Pada hari ketiga itu, disadari ataupun tidak, roh sukma orang tersebut telah menguat, dan memancarkan aura kekuatan gaib yang menyebabkan roh-roh gaib tidak tahan berada di dekatnya. Berbeda dengan puasa pada orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam yang kondisi berpuasanya dapat mengundang roh-roh gaib untuk datang mendekat, puasa ngebleng ini justru pancaran gaib kekuatan sukmanya akan mengusir keberadaan roh-roh gaib lain dari tubuhnya dan dari sekitar orang itu berada.
Itu baru puasa ngebleng 3 hari, belum yang 7 hari, apalagi puasa ngebleng 40 hari seperti yang biasa dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu. Orang-orang yang terbiasa melakukan puasa itu, seperti tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu, akan memiliki kekuatan sukma yang luar biasa, yang bahkan pancaran energi kekuatan sukmanya menyebabkan roh-roh gaib kelas atas setingkat dewa dan buto pun tidak tahan berada di dekatnya dan tidak akan berani datang mendekat untuk maksud menyerang.
Pancaran kekuatan sukma orang-orang itu saat sedang menjalankan laku puasa dan tapa bratanya sangat menghebohkan alam gaib. Di pewayangan pun diceritakan ketika ada seseorang yang gentur dalam laku puasa, tapa brata dan semadinya, kondisinya menyebabkan kahyangan panas dan goncang, dan menyebabkan para dewa tidak tahan, sampai-sampai para dewa mengutus dewa lain atau bidadari untuk menghentikan / menggagalkan tapa brata orang tersebut, dan mereka akan memberikan apa saja yang diinginkan orang itu asal mau menghentikan tapanya.
Karena itu dalam melakukan puasa ngebleng orang-orang jaman dulu akan melakukannya dengan cara menyepi, di dalam rumah, di goa, di hutan atau di gunung, supaya tidak ada yang mengganggu.
Kekuatan kegaiban sukma orang-orang itu luar biasa sekali, sehingga pada jaman dulu banyak tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa yang bukan hanya linuwih dan waskita dan mumpuni dalam ilmu kesaktian, tetapi juga menjadikan sukma mereka penuh dengan muatan gaib, sehingga kemampuan moksa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan jaman dulu, berpindah bersama raganya ke alam roh tanpa melalui proses kematian, adalah sesuatu yang biasa. Bahkan banyak yang melakukan tapa brata dalam rangka mandito meninggalkan keduniawiannya, kemudian moksa dengan sendirinya dalam kondisi bertapa.
Orang-orang itu, karena kekuatan gaib sukmanya, tidak lagi membutuhkan khodam mahluk halus untuk kekuatan ilmunya. Kekuatan dan kegaiban sukmanya-lah yang melakukannya. Tetapi jika ada sesosok gaib yang mau datang untuk menjadi khodam pendampingnya, maka hanya gaib-gaib yang setingkat dengan kekuatan sukmanya saja yang akan datang menjadi pendampingnya, bukan gaib-gaib umum kelas rendah yang tidak tahan dengan pancaran energi kekuatan sukmanya.
Puasa ngebleng melambangkan kekuatan tekad dan niat seseorang untuk terkabulnya suatu keinginan. Bahkan banyak orang pada jaman dulu yang melakukan tapa dan puasa ngebleng, tidak akan menghentikan tapa bratanya sebelum hajat keinginannya terkabul (sampai turun wangsit bahwa permintaannya dikabulkan).
Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Karena itu kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat dibandingkan / disamakan atau ditukar dengan puasa bentuk lain. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata.
Puncak kekuatan sukmanya hanya terjadi pada saat seseorang berpuasa ngebleng, sedangkan pada hari-hari selanjutnya kalau sudah tidak lagi melakukan puasa, maka kekuatan sukmanya itu akan menurun lagi. Karena itu para pelaku kebatinan dan keilmuan kebatinan jaman dulu menjadikan laku puasa ngebleng ini sebagai ritual yang akan selalu dilakukan secara berkala. Juga dalam melatih keilmuannya atau ketika menekuni suatu ilmu baru kesaktian / kebatinan akan dilakukannya sambil berpuasa, sehingga kekuatan dan kegaiban ilmunya tinggi.
Tetapi jika puasa ngebleng itu dilakukan oleh orang-orang yang masih awam dalam ilmu kegaiban, mungkin kegaiban dari kekuatan sukmanya itu tidak akan banyak dirasakannya. Walaupun begitu, pancaran kekuatan sukmanya itu akan menjauhkannya dari roh-roh gaib yang sifatnya mengganggu, dan sisi lain dari kegaiban sukmanya akan membuat kekuatan niat / tekad dalam keinginan-keinginannya menjadi lebih mudah terwujud dan ketajaman dan kepekaan batinnya akan semakin tinggi.
Tetapi karena semakin banyaknya orang yang meninggalkan dunia kebatinan, maka puasa ngebleng inipun semakin ditinggalkan. Bahkan para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali mempermudah laku puasanya. Misalnya untuk mendapatkan suatu ilmu gaib tertentu cukup puasa biasa saja dari subuh sampai mahgrib, atau hanya puasa berpantang makanan tertentu saja, yang dilakukan selama 3 hari, 7 hari, 21 hari, atau 40 hari, dan selama berpuasa itu malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya.
Selama berpuasa di atas pada malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya tujuannya adalah sebagai usaha melatih memperkuat kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaib. Dengan berhari-hari mewirid suatu amalan gaib diharapkan kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaibnya akan kuat dan hapal mantranya diluar kepala.
Selama orang itu berpuasa dan berzikir / wirid, tubuhnya akan memancarkan energi tertentu dan pikirannya akan memancarkan gelombang pikiran tertentu. Pancaran energi tubuh dan gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya suatu sosok mahluk halus tertentu kepada manusia. Keberadaan sosok halus itu kemudian dapat menjadi khodam ilmu gaibnya, menjadi sumber kekuatan gaibnya, sehingga walaupun kemudian sudah tidak lagi rajin berpuasa dan tidak lagi rajin mewirid amalan ilmunya, selama khodamnya bersamanya, kapan saja ilmu itu diamalkan tetap akan berfungsi. Jadi bisa juga dikatakan, untuk dengan sengaja mengundang suatu sosok gaib untuk datang menjadi khodam pendamping, maka cara puasanya adalah puasa bentuk ini. Hanya saja kita harus teliti dan waspada mengenai siapa sosok halus yang datang mendampingi kita itu.
Puasa Weton.
Puasa weton adalah salah satu jenis puasa ngebleng yang dilakukan pada hari kelahiran seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan menutup puasa dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender jawa.
Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran seseorang sesuai laku dalam budaya jawa.
Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.
Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia sendiri (kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton tidak berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.
Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau ditukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau tidak meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan sebaik mereka yang melakukannya dengan landasan kepercayaan pada roh sedulur papat. Keyakinan pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur papat dengan pancer akan memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat interaksi roh sedulur papat dan para leluhurnya dengan seseorang. Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan membantu dalam kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan menyingkirkan halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban permasalahan.
Sesuai tradisi jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari kelahiran seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran kelahirannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon). Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :
1. Puasa weton sehari penuh.
Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam budaya masyarakat Jawa.
Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya dimulai pada hari sebelumnya, yaitu
Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.
2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).
Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus, yaitu puasa pada hari weton
ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus.
Puasa weton 3 hari biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya suatu keinginan khusus yang tidak terjadi
setiap hari.
Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon dan Kamis terus-menerus tanpa putus.
Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Kamis pk. 5 sore terus-
menerus tanpa putus siang dan malam.
3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus yang dilakukan selama 7 kali
berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya suatu keinginan khusus yang bukan sesuatu
yang biasa terjadi sehari-hari dan waktu pencapaiannya agak panjang (pada masa depan), atau untuk
keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang berat, yang kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit
untuk dicapai (biasanya disertai nazar), sehingga diperlukan suatu laku tambahan demi terkabulnya
keinginannya itu, yaitu puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang, dan dilakukan
selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup
(tumpengan), atau acara syukuran.
Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya.
Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut (salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman lebih baik), yaitu mandi guyuran
air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan buka puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang diberi gula jawa cair, dimakan sebagai
makanan buka puasa.
Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur papat dan menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan roh sedulur papat dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup melakukan mandi kembang saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore hari.
(Informasi selengkapnya tentang Sedulur Papat silakan dibaca : Sedulur Papat Kalima Pancer ).
Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang sudah umum dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan adanya pengaruh budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa yang masih melakukan puasa weton ini tidak lagi melakukannya sesuai aslinya dalam ajaran jawa, yaitu dengan puasa ngebleng, tetapi melakukan puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa dari subuh sampai mahgrib. Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan kegaiban, tetapi sudah tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan karenanya banyak juga yang tidak lagi dapat merasakan kegaibannya sehingga kemudian tidak lagi melakukannya, dan kemudian digantikan dengan puasa Senin - Kamis, puasa mutih, atau puasa berpantang makanan tertentu saja.
Pemahaman Kebatinan Laku Prihatin dan Tirakat
Semua bentuk laku prihatin dan tirakat hanya akan bermanfaat jika ada maksud dan tujuannya, kalau tidak ya hanya akan menyiksa tubuh saja, hanya lapar dan haus saja. Karena itu sebelum dan selama melakukan laku tersebut harus selalu fokus pada tujuan lakunya dan berdoa niat dan tujuannya.
Suatu laku puasa yang dilakukan tanpa tujuan khusus, tetapi dilakukan sebagai kebiasaan rutin, akan menjadi upaya memperkuat kebatinan manusia, supaya kuat sukmanya, bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan sebagai upaya membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Hasilnya akan lebih baik lagi bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu berdoa tentang niat dan tujuan / harapan-harapannya.
Dalam melakukan laku-laku prihatin dan tirakat di atas akan baik sekali bila dilakukan dengan menyendiri / menyepi (di dalam rumah), tidak mendatangi tempat-tempat keramaian dan tidak menonton hiburan, keluar rumah pada malam hari di tempat terbuka dan banyak berdoa. Manfaat dari suatu laku hanya akan didapatkan bila dilakukan dengan niat dan tujuan tertentu. Tanpa adanya niat dan tujuan, maka perbuatan itu hanya akan menjadi perbuatan yang sia-sia. Berdoalah kepada Tuhan memohon tercapainya tujuan dari laku tersebut pada awal dan selama pelaksanaannya.
Diawali dengan bersuci / mandi keramas, atau lebih baik lagi dengan mandi kembang telon atau kembang setaman / kembang tujuh rupa supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif, menjadi lebih bersihdan lebih bercahaya, yang berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, yang sekarang pun banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern. Kembang yang digunakan haruslah yang berbau harum dan masih segar, belum layu, apalagi kering. Sebelum digunakan mandi, biarkan selama 1 menit kembang-kembang itu terendam di dalam air, kemudian diaduk supaya aura energinya larut merata di dalam air. Laku ini dapat dilengkapi dengan laku-laku yang lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang dan membuat hidup lebih 'keberkahan'.
Jangan lupa baca doa niat :Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran seseorang sesuai laku dalam budaya jawa.
Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.
Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia sendiri (kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton tidak berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.
Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau ditukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau tidak meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan sebaik mereka yang melakukannya dengan landasan kepercayaan pada roh sedulur papat. Keyakinan pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur papat dengan pancer akan memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat interaksi roh sedulur papat dan para leluhurnya dengan seseorang. Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan membantu dalam kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan menyingkirkan halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban permasalahan.
Sesuai tradisi jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari kelahiran seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran kelahirannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon). Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :
1. Puasa weton sehari penuh.
Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam budaya masyarakat Jawa.
Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya dimulai pada hari sebelumnya, yaitu
Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.
2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).
Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus, yaitu puasa pada hari weton
ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus.
Puasa weton 3 hari biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya suatu keinginan khusus yang tidak terjadi
setiap hari.
Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon dan Kamis terus-menerus tanpa putus.
Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Kamis pk. 5 sore terus-
menerus tanpa putus siang dan malam.
3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus yang dilakukan selama 7 kali
berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya suatu keinginan khusus yang bukan sesuatu
yang biasa terjadi sehari-hari dan waktu pencapaiannya agak panjang (pada masa depan), atau untuk
keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang berat, yang kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit
untuk dicapai (biasanya disertai nazar), sehingga diperlukan suatu laku tambahan demi terkabulnya
keinginannya itu, yaitu puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang, dan dilakukan
selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup
(tumpengan), atau acara syukuran.
Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya.
Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut (salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman lebih baik), yaitu mandi guyuran
air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan buka puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang diberi gula jawa cair, dimakan sebagai
makanan buka puasa.
Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur papat dan menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan roh sedulur papat dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup melakukan mandi kembang saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore hari.
(Informasi selengkapnya tentang Sedulur Papat silakan dibaca : Sedulur Papat Kalima Pancer ).
Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang sudah umum dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan adanya pengaruh budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa yang masih melakukan puasa weton ini tidak lagi melakukannya sesuai aslinya dalam ajaran jawa, yaitu dengan puasa ngebleng, tetapi melakukan puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa dari subuh sampai mahgrib. Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan kegaiban, tetapi sudah tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan karenanya banyak juga yang tidak lagi dapat merasakan kegaibannya sehingga kemudian tidak lagi melakukannya, dan kemudian digantikan dengan puasa Senin - Kamis, puasa mutih, atau puasa berpantang makanan tertentu saja.
Pemahaman Kebatinan Laku Prihatin dan Tirakat
Semua bentuk laku prihatin dan tirakat hanya akan bermanfaat jika ada maksud dan tujuannya, kalau tidak ya hanya akan menyiksa tubuh saja, hanya lapar dan haus saja. Karena itu sebelum dan selama melakukan laku tersebut harus selalu fokus pada tujuan lakunya dan berdoa niat dan tujuannya.
Suatu laku puasa yang dilakukan tanpa tujuan khusus, tetapi dilakukan sebagai kebiasaan rutin, akan menjadi upaya memperkuat kebatinan manusia, supaya kuat sukmanya, bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan sebagai upaya membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Hasilnya akan lebih baik lagi bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu berdoa tentang niat dan tujuan / harapan-harapannya.
Dalam melakukan laku-laku prihatin dan tirakat di atas akan baik sekali bila dilakukan dengan menyendiri / menyepi (di dalam rumah), tidak mendatangi tempat-tempat keramaian dan tidak menonton hiburan, keluar rumah pada malam hari di tempat terbuka dan banyak berdoa. Manfaat dari suatu laku hanya akan didapatkan bila dilakukan dengan niat dan tujuan tertentu. Tanpa adanya niat dan tujuan, maka perbuatan itu hanya akan menjadi perbuatan yang sia-sia. Berdoalah kepada Tuhan memohon tercapainya tujuan dari laku tersebut pada awal dan selama pelaksanaannya.
Diawali dengan bersuci / mandi keramas, atau lebih baik lagi dengan mandi kembang telon atau kembang setaman / kembang tujuh rupa supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif, menjadi lebih bersihdan lebih bercahaya, yang berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, yang sekarang pun banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern. Kembang yang digunakan haruslah yang berbau harum dan masih segar, belum layu, apalagi kering. Sebelum digunakan mandi, biarkan selama 1 menit kembang-kembang itu terendam di dalam air, kemudian diaduk supaya aura energinya larut merata di dalam air. Laku ini dapat dilengkapi dengan laku-laku yang lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang dan membuat hidup lebih 'keberkahan'.
sebelum mandi kembang :
Ya Allah, niat saya mandi kembang untuk membersihkan diri saya dari pengaruh dan hal-hal negatif dalam
diri saya dan untuk ......................
atau niat puasa mutih :
Ya Allah, niat saya puasa mutih untuk menguatkan permohonan terkabulnya keinginan saya supaya
................ dan untuk ..................
atau niat puasa weton :
Saudara-saudara kembarku para roh sedulur papat, aku berpuasa untukmu.
Ya Allah, niat saya puasa weton untuk menguatkan permohonan terkabulnya keinginan saya supaya
................ dan untuk ..................
Ya Allah berkahilah saya.
Amin.
Ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai hari, bentuk laku prihatin dan puasa, dan isi doa yang harus dilakukan seseorang untuk masing-masing keperluan / hajatnya. Namun secara inti garis besarnya bisa kami jelaskan sebagai berikut.
Cerita tentang laku prihatin, puasa dan tirakat di atas adalah dalam konteks tradisi masyarakat jawa yang ingin hidupnya selalu keberkahan, selamat dan sejahtera dalam lindungan Tuhan. Jadi bentuk laku puasanya dan hari-hari puasanya adalah berdasarkan tradisi jawa.
Untuk masing-masing orang, Penulis tidak bisa menentukan hari apa yang terbaik suatu laku puasa harus dilakukan, karena semuanya tergantung pada tujuan dari niat dan lakunya. Sebagai acuan, sesuai tradisi jawa, kita bisa melakukannya pada hari weton kelahiran kita sendiri. Tetapi diluar itu, karena bersifat kebatinan, maka sebaiknya kita juga peka rasa, kita sendiri yang menentukan waktu dan bentuk lakunya sesuai panggilan batin kita masing-masing, karena bentuk kegaibannya akan ditentukan oleh kegaiban sukma kita sendiri.
Misalnya,
- Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, lakunya bisa hari apa saja.
- Untuk memenuhi kewajiban beragama, maka lakunya harus sesuai dengan aturan agama.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh sedulur papat, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh-roh leluhur, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk urusan kegaiban, wangsit dan bisikan gaib, roh-roh leluhur atau roh-roh halus lain, lakunya biasanya
dilakukan pada malam Selasa Kliwon atau Jum'at Kliwon dan disertai bertirakat dengan berdoa di luar rumah
atau berziarah ke makam-makam atau tempat tertentu.
- Untuk mempelajari suatu keilmuan gaib, lakunya sesuai persyaratan ilmunya.
- Untuk tujuan keperluan lain, lakunya hari apa saja sesuai keperluannya atau sesuai niat batinnya.
Tujuan laku dan bentuk hajat / keinginan yang ingin terkabul juga sendiri-sendiri. Masing-masing bentuk laku prihatin memiliki kegaiban sendiri-sendiri yang bentuk pelaksanaan lakunya disesuaikan dengan kadar berat / ringannya suatu hajat / keinginan yang ingin terkabul. Semakin berat / tinggi kadar suatu hajat / keinginan, maka lakunya juga seharusnya lebih berat. Dan suatu hajat keinginan yang sifatnya jangka panjang, maka lakunya juga harus dilakukan secara rutin dalam jangka panjang (setiap bulan), bukan hanya sekali atau 2 kali saja.
Misalnya :
- Yang kadarnya ringan, untuk kemudahan jalan hidup atau keperluan rutin sehari-hari, cukup secara rutin
melakukan puasa mutih saja, atau puasa senin - kamis saja, atau puasa berpantang makanan tertentu saja,
atau puasa weton 1 hari, atau mandi kembang saja.
- Untuk keinginan menjaga kelangsungan pekerjaan dan perbaikan posisi / derajat, cukup secara rutin
melakukan puasa weton 1 hari.
- Untuk keinginan khusus yang tidak terjadi setiap hari, misalnya lulus ujian pendidikan, terpilih diterima bekerja
atau terpilih naik jabatan ketika ada kesempatan naik jabatan, biasanya lakunya puasa ngebleng 3 hari
(hari apa saja) atau puasa weton 3 hari.
- Untuk keinginan khusus yang berat untuk dicapai (relatif bagi setiap orang) dan waktu pencapaiannya agak
panjang, misalnya ingin bisa terpilih sebagai bupati / gubernur, bisa cukup menabung untuk memiliki rumah
sendiri bagi yang belum mempunyai rumah sendiri, ingin bisa mempunyai pabrik / perusahaan sendiri,
ingin karir bisa naik sampai menjadi kepala kantor, dsb, biasanya lakunya puasa weton ngebleng 3 hari
selama 7 kali berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan ritual penutup atau tumpengan selametan setelah
semua puasanya selesai. Biasanya lelaku jenis ini juga disertai nazar (sama dengan sumpah Tan Ayun
Amuktia Palapa-nya Gajah Mada).
Doa selama berpuasa itu juga tidak perlu muluk-muluk, sederhana saja, doa yang tulus kepada Tuhan, tetapi intinya kita harus menegaskan apa niat dan keinginan yang ingin dicapai, untuk mengarahkan kegaibannya supaya fokus pada tujuan.
Masing-masing jenis laku prihatin mempunyai manfaat sendiri-sendiri yang bisa dirasakan, yang membuat para pelakunya tetap menjalankannya, tetapi manfaat apa yang dirasakan oleh masing-masing pelakunya tidak selalu sama, dan juga tidak bisa dipastikanbahwa semua hajat / keinginan akan dapat terkabul dengan menjalankan suatu bentuk laku prihatin, puasa dan tirakat. Harus disadari bahwa semua bentuk laku adalah dilakukan orang sesuai keyakinannya sendiri, sebagai tambahan dari usaha dan tindakan nyata yang sudah dilakukannya untuk pencapaian tujuannya itu.
Semua bentuk laku akan bermanfaat bila dalam menjalankannya didasarkan pada kebutuhan, bukan untuk sekedar menjajal suatu bentuk laku, atau menyandarkan harapan terkabulnya suatu keinginan dengan hanya melakukan suatu bentuk laku prihatin. Tidak bisa suatu bentuk laku kebatinan / prihatin dianggap ampuh sebagai jalan pintas untuk terkabulnya suatu keinginan.
Dalam melaksanakan laku-laku tersebut juga tidak diperlukan doa-doa atau amalan khusus dalam melakukannya. Yang diperlukan hanya doa dari niat batinnya saja, doa permohonan yang tulus agar keinginan-keinginannya dapat tercapai, sebagai sarana fokus pada tujuan.
Pada jaman sekarang yang kehidupan manusia penuh dengan rutinitas dan kesibukan, urusan pekerjaan tetap-lah dijalankan, jangan ditinggalkan hanya karena sedang berpuasa, dan juga tidak perlu melakukan puasa, laku prihatin dan tirakat sambil menyepi atau tapa seperti orang jaman dulu, hanya perlu menghindar dari perilaku dan suasana bersenang-senang dan diisi dengan banyak berdoa. Perlu diketahui bahwa sugesti kebatinan dalam kondisi berprihatin akan jauh lebih kuat dibandingkan pada hari-hari lain saat tidak sedang berprihatin. Karena itu dalam melakukan laku berprihatin itu akan lebih baik jika dilakukan dengan banyak berdoa, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, tidak menonton hiburan atau suasana bersenang-senang yang membuat kita lupa bahwa kita sedang mempunyai hajat.
Laku puasa, prihatin dan tirakat berdasarkan tradisi jawa tersebut akan berbeda dengan laku yang dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan laku tertentu dalam rangka memenuhi kewajiban keagamaan atau yang sedang mempelajari suatu bentuk keilmuan gaib / khodam.
Laku Prihatin dan Tirakat, Masih Relevankah?
Banyak orang menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di sungai, sampai ritual yang aneh-aneh dan tidak masuk logika orang modern, yang semuanya bertujuan supaya apa yang mereka harapkan dan usahakan bisa tercapai.
Jaman sekarang, sikap berpikir masyarakat sudah lebih modern, kehidupan manusia penuh dengan kesibukan dan rutinitas yang menyita banyak waktu dan menuntut manusia untuk tetap fit dan dalam kondisi yang prima. Jika demikian keadaannya, apakah konsep laku prihatin dan tirakat ini masih relevan dan masih perlu dijalankan ?
Jawabannya adalah: Ya.
Konsep laku prihatin dan tirakat janganlah dipandang secara dangkal dan sempit. Konsep laku bersifat universal, tetapi mempunyai bentuk yang berbeda sesuai kondisi kebatinan masyarakatnya masing-masing dan dalam menjalankannya harus dilakukan penyesuaian sesuai tempat dan jamannya.
Laku adalah usaha / upaya-upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah perbuatan-perbuatan tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.
Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha menjaga agar kehidupan manusia selamat dan 'keberkahan', agar dihindarkan dari kesulitan dalam segala urusan dan usahanya dan tercapai / terkabul keinginan-keinginannya. Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhkan hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup.
Dalam kehidupan jaman modern ini memang banyak orang yang memaksakan sikap berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis. Mereka tidak percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa lalu, dan tidak masuk akal dan banyak orang yang sudah tumpul kepekaan batinnya dan tidak bisa merasakan firasat. Tetapi banyak juga orang yang berpandangan lain, karena hal-hal atau kejadian-kejadian gaibpun masih terjadi hingga hari ini, sehingga masih saja ada orang yang melakukan usaha dengan cara-cara yang berbau mistis dan masih banyak juga yang melakukan perbuatan klenik.
Memang banyak bentuk laku yang dahulu biasa dilakukan orang, sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena merepotkan dan tidak sesuai jaman. Kelemahan ritual tradisional dari sudut pandang modern adalah tidak adanya penjelasan yang memuaskan secara logika. Tetapi sesungguhnya laku dan hal-hal yang bersifat tradisional itu tidak sungguh-sungguh ditinggalkan, karena manfaatnya memang bisa dirasakan, termasuk oleh orang jaman sekarang.
Sebagai gantinya, laku tersebut dilakukan dengan cara yang lebih modern yang sesuai dengan jaman. Banyak orang melakukan penelitian untuk mengkaji hal-hal yang berbau mistis dan tradisional dan menjelaskannya dengan sikap berpikir modern, logis dan analitis. Dan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dengan cara modern, selalu ada laku untuk mencari cara-cara alternatif yang bersifat alami dan tradisional. Sakit-penyakit dan obat-obatan medis pun diusahakan alternatif pengobatannya yang bersifat alami dan tradisional. Ilmu-ilmu yang dahulu untuk kesaktian dan sebagian merupakan ilmu gaib, kini banyak dijadikan bahan pertunjukkan entertainment dan dikomersialkan.
Berendam atau mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa, yang aslinya adalah supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif, aura tubuh dan wajah menjadi lebih bersih dan lebih bercahaya, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, membantu mempermudah jalan hidup, sekarang, mandi kembang, luluran, dsb, banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern.
Sesuai hakekat dan tujuannya, maka walaupun jaman sekarang kondisinya sudah sangat berbeda dengan jaman dahulu, tetapi proses laku tetap dilakukan orang, hanya saja bentuk lakunya yang berbeda. Laku prihatin untuk menahan diri, tidak sombong, beribadah, berdoa dan berusaha, tidak malas, menjauhi perbuatan dosa, menjauhi kebiasaan dan etos kerja yang buruk, hidup sederhana (relatif) dan menabung, mensyukuri apa yang dimiliki, menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, dsb, dilakukan oleh hampir semua orang.
Proses laku dan prihatin tetap dilakukan orang, hanya bentuk dan caranya saja yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi jaman dan kondisi masyarakat. Yang membuat orang berhasil mencapai tujuannya dengan menjalankan suatu laku adalah bukan semata-mata karena bentuk lakunya, melainkan karena mereka akan tetap menjaga hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, sehingga segala sesuatu yang dikerjakan akan terkondisi pada arah yang benar untuk tercapainya tujuan.
Ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai hari, bentuk laku prihatin dan puasa, dan isi doa yang harus dilakukan seseorang untuk masing-masing keperluan / hajatnya. Namun secara inti garis besarnya bisa kami jelaskan sebagai berikut.
Cerita tentang laku prihatin, puasa dan tirakat di atas adalah dalam konteks tradisi masyarakat jawa yang ingin hidupnya selalu keberkahan, selamat dan sejahtera dalam lindungan Tuhan. Jadi bentuk laku puasanya dan hari-hari puasanya adalah berdasarkan tradisi jawa.
Untuk masing-masing orang, Penulis tidak bisa menentukan hari apa yang terbaik suatu laku puasa harus dilakukan, karena semuanya tergantung pada tujuan dari niat dan lakunya. Sebagai acuan, sesuai tradisi jawa, kita bisa melakukannya pada hari weton kelahiran kita sendiri. Tetapi diluar itu, karena bersifat kebatinan, maka sebaiknya kita juga peka rasa, kita sendiri yang menentukan waktu dan bentuk lakunya sesuai panggilan batin kita masing-masing, karena bentuk kegaibannya akan ditentukan oleh kegaiban sukma kita sendiri.
Misalnya,
- Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, lakunya bisa hari apa saja.
- Untuk memenuhi kewajiban beragama, maka lakunya harus sesuai dengan aturan agama.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh sedulur papat, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh-roh leluhur, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk urusan kegaiban, wangsit dan bisikan gaib, roh-roh leluhur atau roh-roh halus lain, lakunya biasanya
dilakukan pada malam Selasa Kliwon atau Jum'at Kliwon dan disertai bertirakat dengan berdoa di luar rumah
atau berziarah ke makam-makam atau tempat tertentu.
- Untuk mempelajari suatu keilmuan gaib, lakunya sesuai persyaratan ilmunya.
- Untuk tujuan keperluan lain, lakunya hari apa saja sesuai keperluannya atau sesuai niat batinnya.
Tujuan laku dan bentuk hajat / keinginan yang ingin terkabul juga sendiri-sendiri. Masing-masing bentuk laku prihatin memiliki kegaiban sendiri-sendiri yang bentuk pelaksanaan lakunya disesuaikan dengan kadar berat / ringannya suatu hajat / keinginan yang ingin terkabul. Semakin berat / tinggi kadar suatu hajat / keinginan, maka lakunya juga seharusnya lebih berat. Dan suatu hajat keinginan yang sifatnya jangka panjang, maka lakunya juga harus dilakukan secara rutin dalam jangka panjang (setiap bulan), bukan hanya sekali atau 2 kali saja.
Misalnya :
- Yang kadarnya ringan, untuk kemudahan jalan hidup atau keperluan rutin sehari-hari, cukup secara rutin
melakukan puasa mutih saja, atau puasa senin - kamis saja, atau puasa berpantang makanan tertentu saja,
atau puasa weton 1 hari, atau mandi kembang saja.
- Untuk keinginan menjaga kelangsungan pekerjaan dan perbaikan posisi / derajat, cukup secara rutin
melakukan puasa weton 1 hari.
- Untuk keinginan khusus yang tidak terjadi setiap hari, misalnya lulus ujian pendidikan, terpilih diterima bekerja
atau terpilih naik jabatan ketika ada kesempatan naik jabatan, biasanya lakunya puasa ngebleng 3 hari
(hari apa saja) atau puasa weton 3 hari.
- Untuk keinginan khusus yang berat untuk dicapai (relatif bagi setiap orang) dan waktu pencapaiannya agak
panjang, misalnya ingin bisa terpilih sebagai bupati / gubernur, bisa cukup menabung untuk memiliki rumah
sendiri bagi yang belum mempunyai rumah sendiri, ingin bisa mempunyai pabrik / perusahaan sendiri,
ingin karir bisa naik sampai menjadi kepala kantor, dsb, biasanya lakunya puasa weton ngebleng 3 hari
selama 7 kali berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan ritual penutup atau tumpengan selametan setelah
semua puasanya selesai. Biasanya lelaku jenis ini juga disertai nazar (sama dengan sumpah Tan Ayun
Amuktia Palapa-nya Gajah Mada).
Doa selama berpuasa itu juga tidak perlu muluk-muluk, sederhana saja, doa yang tulus kepada Tuhan, tetapi intinya kita harus menegaskan apa niat dan keinginan yang ingin dicapai, untuk mengarahkan kegaibannya supaya fokus pada tujuan.
Masing-masing jenis laku prihatin mempunyai manfaat sendiri-sendiri yang bisa dirasakan, yang membuat para pelakunya tetap menjalankannya, tetapi manfaat apa yang dirasakan oleh masing-masing pelakunya tidak selalu sama, dan juga tidak bisa dipastikanbahwa semua hajat / keinginan akan dapat terkabul dengan menjalankan suatu bentuk laku prihatin, puasa dan tirakat. Harus disadari bahwa semua bentuk laku adalah dilakukan orang sesuai keyakinannya sendiri, sebagai tambahan dari usaha dan tindakan nyata yang sudah dilakukannya untuk pencapaian tujuannya itu.
Semua bentuk laku akan bermanfaat bila dalam menjalankannya didasarkan pada kebutuhan, bukan untuk sekedar menjajal suatu bentuk laku, atau menyandarkan harapan terkabulnya suatu keinginan dengan hanya melakukan suatu bentuk laku prihatin. Tidak bisa suatu bentuk laku kebatinan / prihatin dianggap ampuh sebagai jalan pintas untuk terkabulnya suatu keinginan.
Dalam melaksanakan laku-laku tersebut juga tidak diperlukan doa-doa atau amalan khusus dalam melakukannya. Yang diperlukan hanya doa dari niat batinnya saja, doa permohonan yang tulus agar keinginan-keinginannya dapat tercapai, sebagai sarana fokus pada tujuan.
Pada jaman sekarang yang kehidupan manusia penuh dengan rutinitas dan kesibukan, urusan pekerjaan tetap-lah dijalankan, jangan ditinggalkan hanya karena sedang berpuasa, dan juga tidak perlu melakukan puasa, laku prihatin dan tirakat sambil menyepi atau tapa seperti orang jaman dulu, hanya perlu menghindar dari perilaku dan suasana bersenang-senang dan diisi dengan banyak berdoa. Perlu diketahui bahwa sugesti kebatinan dalam kondisi berprihatin akan jauh lebih kuat dibandingkan pada hari-hari lain saat tidak sedang berprihatin. Karena itu dalam melakukan laku berprihatin itu akan lebih baik jika dilakukan dengan banyak berdoa, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, tidak menonton hiburan atau suasana bersenang-senang yang membuat kita lupa bahwa kita sedang mempunyai hajat.
Laku puasa, prihatin dan tirakat berdasarkan tradisi jawa tersebut akan berbeda dengan laku yang dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan laku tertentu dalam rangka memenuhi kewajiban keagamaan atau yang sedang mempelajari suatu bentuk keilmuan gaib / khodam.
Laku Prihatin dan Tirakat, Masih Relevankah?
Banyak orang menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di sungai, sampai ritual yang aneh-aneh dan tidak masuk logika orang modern, yang semuanya bertujuan supaya apa yang mereka harapkan dan usahakan bisa tercapai.
Jaman sekarang, sikap berpikir masyarakat sudah lebih modern, kehidupan manusia penuh dengan kesibukan dan rutinitas yang menyita banyak waktu dan menuntut manusia untuk tetap fit dan dalam kondisi yang prima. Jika demikian keadaannya, apakah konsep laku prihatin dan tirakat ini masih relevan dan masih perlu dijalankan ?
Jawabannya adalah: Ya.
Konsep laku prihatin dan tirakat janganlah dipandang secara dangkal dan sempit. Konsep laku bersifat universal, tetapi mempunyai bentuk yang berbeda sesuai kondisi kebatinan masyarakatnya masing-masing dan dalam menjalankannya harus dilakukan penyesuaian sesuai tempat dan jamannya.
Laku adalah usaha / upaya-upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah perbuatan-perbuatan tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.
Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha menjaga agar kehidupan manusia selamat dan 'keberkahan', agar dihindarkan dari kesulitan dalam segala urusan dan usahanya dan tercapai / terkabul keinginan-keinginannya. Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhkan hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup.
Dalam kehidupan jaman modern ini memang banyak orang yang memaksakan sikap berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis. Mereka tidak percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa lalu, dan tidak masuk akal dan banyak orang yang sudah tumpul kepekaan batinnya dan tidak bisa merasakan firasat. Tetapi banyak juga orang yang berpandangan lain, karena hal-hal atau kejadian-kejadian gaibpun masih terjadi hingga hari ini, sehingga masih saja ada orang yang melakukan usaha dengan cara-cara yang berbau mistis dan masih banyak juga yang melakukan perbuatan klenik.
Memang banyak bentuk laku yang dahulu biasa dilakukan orang, sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena merepotkan dan tidak sesuai jaman. Kelemahan ritual tradisional dari sudut pandang modern adalah tidak adanya penjelasan yang memuaskan secara logika. Tetapi sesungguhnya laku dan hal-hal yang bersifat tradisional itu tidak sungguh-sungguh ditinggalkan, karena manfaatnya memang bisa dirasakan, termasuk oleh orang jaman sekarang.
Sebagai gantinya, laku tersebut dilakukan dengan cara yang lebih modern yang sesuai dengan jaman. Banyak orang melakukan penelitian untuk mengkaji hal-hal yang berbau mistis dan tradisional dan menjelaskannya dengan sikap berpikir modern, logis dan analitis. Dan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dengan cara modern, selalu ada laku untuk mencari cara-cara alternatif yang bersifat alami dan tradisional. Sakit-penyakit dan obat-obatan medis pun diusahakan alternatif pengobatannya yang bersifat alami dan tradisional. Ilmu-ilmu yang dahulu untuk kesaktian dan sebagian merupakan ilmu gaib, kini banyak dijadikan bahan pertunjukkan entertainment dan dikomersialkan.
Berendam atau mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa, yang aslinya adalah supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif, aura tubuh dan wajah menjadi lebih bersih dan lebih bercahaya, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, membantu mempermudah jalan hidup, sekarang, mandi kembang, luluran, dsb, banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern.
Sesuai hakekat dan tujuannya, maka walaupun jaman sekarang kondisinya sudah sangat berbeda dengan jaman dahulu, tetapi proses laku tetap dilakukan orang, hanya saja bentuk lakunya yang berbeda. Laku prihatin untuk menahan diri, tidak sombong, beribadah, berdoa dan berusaha, tidak malas, menjauhi perbuatan dosa, menjauhi kebiasaan dan etos kerja yang buruk, hidup sederhana (relatif) dan menabung, mensyukuri apa yang dimiliki, menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, dsb, dilakukan oleh hampir semua orang.
Proses laku dan prihatin tetap dilakukan orang, hanya bentuk dan caranya saja yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi jaman dan kondisi masyarakat. Yang membuat orang berhasil mencapai tujuannya dengan menjalankan suatu laku adalah bukan semata-mata karena bentuk lakunya, melainkan karena mereka akan tetap menjaga hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, sehingga segala sesuatu yang dikerjakan akan terkondisi pada arah yang benar untuk tercapainya tujuan.
PENGALAMAN GAIB
Tulisan ini sengaja saya paparkan, tanpa niat dan maksud sedikit pun untuk unjuk diri dan wujud kesombongan, apalagi untuk mencari musuh. Semata-mata sekedar mensyukuri anugrah tuhan dengan cara lebih konkrit yakni berbagi pengalaman kepada saudara-saudara yang budiman. Barangkalai ada suatu pelajaran yang dapat kita petik. Kejujuran apa adanya disampaikan, walaupun akibatnya pahit, lebih baik daripada kita membuat semua orang senang, tetapi berpijak pada kebohongan dan kemunafikan belaka. Saya yakin di antara para pembaca pasti ada yang memiliki pengalaman spiritual berbeda dan lebih mendalam lagi. Karena Tuhan Maha Pemurah, Maha Adil, Maha Bijak, pasti melimpahkan segala rahmat, petunjuk, kemurahan, dan mukjizat, dalam wujud yang berbeda-beda kepada seluruh umat manusia makhluk ciptaanNya. Tanpa kecuali, dan tanpa membedakan apapun suku, bangsa, agama dan sistem kepercayaan anda. Pastilah anda memiliki dan pernah merasakan “sentuhan” Tuhan di mana Kekuasan dan Mukjizat Tuhan terasa begitu dekat dengan diri anda.
TENTANG RUH
Kisah ini kualami pada saat aku masih usia 5-8 tahun. Waktu itu orang tuaku bingung dan sedih karena 3 kali dalam seminggu aku mengalami kejadian misterius. Ortu ku menuturkan, tiba-tiba aku tampak seperti orang pingsan selama 1-2 jam lamanya. Anehnya ke mana saja berobat, dokter selalu menghasilkan diagnosis yang berbeda-beda.
Pada saat diriku dianggap “pingsan” itu, apa yang sebenarnya alami sangat berbeda. Peristiwa selalu terjadi sore hari, awalnya aku mulai merasakan gejala aneh, mendengar suara teman-temanku yang sedang bermain seolah terdengar suara dalam dua dimensi. Di satu sisi aku mendengar suara mereka secara jelas di telingaku, tetapi di sisi lain aku mendengar suara-suara misterius seperti nun jauh di “sana”, yang sulit aku deskripsikan. Perasaanku semakin ketakutan, lantas pulang ke rumah. Sampai di rumah aku merasa tiba-tiba pandangan gelap gulita lalu muncul ada titik sinar putih, lama-kelamaan semakin besar seperti lorong. Hanyut diriku menyusuri lorong secara cepat, kemudian tiba-tiba masuk ke dalam ruang yang maha luas, terang benderang, ibarat seperti di atas awan putih yang menghampar di langit. Di sana aku bertemu sosok laki-laki maupun perempuan yang rata-rata berusia setengah baya, dan ada tak pernah kukenal sebelumnya. Mereka mengajarkan sesuatu kepadaku, tentang berbagai “ilmu linuwih” maupun pengetahuan tentang sejatinya Tuhan. Anehnya, selama menyampaikan ajaran-ajaran mereka tanpa pernah menyebut dalil salah satu agama apapun sebagaimana sering dilakukan oleh penceramah agama.
Siapakah orang-orang itu ?
Kesadaranku tiba-tiba pulih, bersamaan dengan perasaan seolah diantar pulang kembali oleh orang-orang itu. Setelah sadar aku berfikir siapakah mereka ? dan pada saat peristiwa itu kembali terjadi pada diriku, aku sempat bertanya (A), ”Panjenengan sinten to…?
Mereka menjawab
(M); “Aku eyang-eyangmu dewe ngger…ojo wedi, kene kene..siro dak paringi “sipat kandel” supoyo uripmu mbesok manggih kabegjan lan antuk kamulyan sejatining urip.
A ; “Njih..sendiko eyang…dalem ngesto’aken dawuh !
M ; “Iki eyang buyutmu, aku eyang canggahmu, lan kae kabeh poro leluhurmu kang nurunake sliramu ngger…!
Dalam setiap “pertemuan” di alam “sana” beliau selalu berpesan,”Tansah-o manembah marang Gusti Ingkang Akaryo Jagad..tansah eling lan waspodo, terusno lakumu ngger…wis becik..eyang-eyangmu kabeh tansah paring donga lan pengestu marang sliramu ngger ! Ojo parang tumuleh, lakumu tansah dak jangkung lan dak jampangi.
Kemudian aku dengar beliau menyebut satu persatu nama-nama mereka, persis seperti nama-nama leluhur kami (yang sudah lama wafat) yang tersimpan dalam catatan silsilah (pohon famili) yang masih disimpan rapi oleh kedua orang tua ku.
Mengapa Mereka Tidak dalam Siksaan Tuhan ?
Konon menurut cerita orang tua kami, leluhur-leluhur yang namanya tersebut dalam silsilah, dan pernah kutemui di dalam dimensi gaib itu, ada yang beragama Hindu Syiwa, Kabuyutan, Budha, Katolik dan juga eyang saya lainnya yang dulunya seorang penghayat nilai-nilai hakekat Islam. Termasuk eyang canggah yang seorang penghayat ajaran Kejawen. Aku mulai berfikir dan bertanya, mengapa beliau masih bisa kutemui dalam keadaan baik-baik semua ? Jika agama di dunia ini yang benar hanya satu, mengapa beliau semua tetap dalam kondisi baik. Sebab waktu itu bayanganku sebagai “anak kemarin sore” yang masih awam, jika si A tidak memeluk agama ini, itu … berarti salah dan menjadi orang tersesat, maka mereka tak akan diterima di sisi Tuhan. Tetapi kenyataannya kok demikian adanya ?! Walau mereka dari berbagai latar-belakang keyakinan yang berbeda-beda kok tidak dalam siksaan Tuhan ? Ini menjadi pertanyaan dalam batin.
Pada saat peristiwa itu semakin sering terulang, kesadaranku juga semakin meningkat walaupun berada dalam dimensi “lain”, tetap tak ada bedanya sebagaimana bercengkerama dengan kawan-kawan bermainku yang masih hidup. Aku dapat bertanya apa saja tentang yang gaib. Semua jawaban beliau-beliau amat sangat gamblang, jelas, tegas, sangat memuaskan dahaga spiritualku.
Lalu pada suatu waktu, sampailah saatnya “dibukakan” mata hatiku akan rahasia besar, tentang Kebesaran Tuhan, tentang Keadilan Tuhan, tentang Kebijaksanaan Tuhan. Namun dengan berat hati saya belum bisa memaparkan bagaimana rahasia besar tersebut secara rinci dan detail. Tidak bijaksana kiranya saya mengungkap rahasia besar Dzat Ilahi pada media ini, karena dapat menimbulkan fitnah. Saya terdorong untuk bersikap bijak, bisa “ngemong” bagi saudara-saudara kita yang belum cukup bekal landasan ilmu untuk memahami dengan arif dan bijaksana akan rahasia besar alam gaib. Namun demikian, ada yang ingin saya bagi pada para pembaca yang budiman, secara garis besar ada yang dapat saya simpulkan dari peristiwa yang saya alami sebagai berikut;
Betapa Tuhan itu :
LEBIH DARI MAHA ADIL
LEBIH DARI MAHA BIJAKSANA
LEBIH DARI MAHA BESAR
LEBIH DARI MAHA KUASA
LEBIH DARI MAHA KASIH DAN PENYAYANG
LEBIH DARI MAHA LEMBUT
LEBIH DARI MAHA PEMURAH
Akhirnya, sampailah saya pada pemahaman:
ALANGKAH DAMAINYA DUNIA INI
JIKA SEMUA ORANG MENGALAMI SAMA DENGAN APA YANG PERNAH SAYA ALAMI
JIKA TUHAN MEMBERI KESEMPATAN KEPADA SELURUH MANUSIA
UNTUK MELIHAT RAHASIA KEKUASAAN“NYA”
PASTI LAH TAK KAN ADA LAGI PERANG ANTAR AGAMA
TAK KAN ADA LAGI DEBAT KUSIR SIAPA SEJATINYA TUHAN
TAK KAN ADA LAGI RASA KEBENCIAN DAN PERMUSUHAN ANTAR AGAMA
TAK KAN ADA LAGI SALING CURIGA DI ANTARA UMAT
SAYA TELAH MENDAPATKAN PEMAHAMAN YANG AMAT SANGAT BERHARGA,
SAMPAILAH PADA PEMAHAMAN BETAPA TUHAN ITU LEBIH DARI MAHA SEGALANYA,
DARI SEMUA WUJUD KE-MAHA-AN TUHAN
YANG TERTULIS DI DALAM KITAB SUCI DAN AGAMA MANA PUN
Sasmita Gaib
Peristiwa gaib itu lantas berhenti sejak aku berusia 8 tahun. Pada saat remaja kehidupanku sangat berbeda dengan teman-teman. Orang tuanku guru SD, enam bersaudara semua sekolah. Maklum jika kemudian orang tua gajinya minus, sekalipun sudah bekerja sambilan freeland, sebagai petani. Kubantu orang tua bekerja keras di sawah hingga aku beranjak kuliah di UGM. Dengan susah payah kuselesaikan S1 walaupun aku harus menanam pohon pisang banyak-banyak di tanah kering pinggir sungai agar supaya bisa ku jual setiap seminggu satu tandan pisang untuk beaya kuliah. Ternyata belum mencukupi kebutuhan kuliahku juga, sehingga aku tetap harus makan sekali sehari selama 7 tahun sejak kelas 2 SMA.
Sejak 5 tahun yang lalu, peristiwa itu menghampiriku kembali beberapa kali, tetapi kali ini aku diajarkan tentang ilmu meraga sukma atau lolos sukma. Bagi orang Jawa ilmu ini sudah tak asing lagi. Sebuah ilmu untuk memisahkan badan halus kita dengan badan kasar. Badan halus kita keluar dari badan kasar, selanjutnya dapat melanglang jagad raya menembus dimensi gaib. Aku semakin dapat membuktikan sendiri apa yang pernah diajarkan oleh leluhurku di alam “sana”. Kutemukan ternyata adalah perbedaan dimensi gaibnya para setan, demit, jin priprayangan, siluman yang suasananya serba bau tak sedap, anyir, gelap remang-remang, lembab, basah, licin dan terdapat aneka ragam rupa bentuk mahluk Tuhan yang menyeramkan. Kudapatkan pula ternyata dimensi gaibnya para leluhur berbeda dengan dimensi gaibnya setan, demit brekasakan.
Sungguh berbanding terbalik, ruh para leluhur berada dalam dimensi yang serba indah, menyenangkan dan nyaman serasa aku tak ingin kembali lagi ke dalam badan kasarku lagi. Para ruh berkelompok-kelompok dalam keluarga besar, menempati “rumah-rumah” yang indah, ada yang besar ada yang sedang, ada yang kecil, bentuknya benar-benar tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Adalah sebuah rahasia, bahwa semua jenis mahluk halus sebangsa jin jahat, setan, demit, siluman dsb ternyata tidak dapat masuk ke dalam dimensi ruh yang suci. Sehingga di dalam dimensi gaibnya ruh tak ditemukan satupun adanya mahluk halus jenis demit, jin, setan, siluman dsb.
Jenis makhluk halus tersebut berada dalam dimensi gaib-nya (metafisik) bumi, yang lebih dekat dengan dimensi fisik manusia. Tetapi, badan halus yang tak lain adalah ruh kita, guru sejati kita, dapat merasuk ke dalam dimensi gaib-nya jin setan, atau dimensi gaibnya para leluhur, tergantung mana yang kita kehendaki.
Aku pernah bertemu dengan beberapa leluhur agung masa lampau, mereka berkisah tentang sejarah bumi nusantara yang sebenarnya. Dalam alam ruh tak kutemukan kebohongan, kepalsuan, angkara, yang ada hanyalah kejujuran dan semua kebaikan. Tersibaklah kepalsuan dan kebohongan duniawi secara lugas (tanpa tedeng aling-aling). Untuk membuktikan semua ini pernah kulakukan kroscek kepada seseorang (yang masih hidup) tentang apa yang dia alami waktu kecil, ajaran apa yang menjadi pegangan hidup sewaktu dewasa, falsafah apa yang dia kuasai, dan ternyata tepat sekali kejadiannya. Padahal yang bersangkutan sebelumnya tak pernah bercerita apa-apa tentang hal itu.
Untuk bertemu ruh leluhur yang diinginkan kadang dengan mudah dapat segera bertemu. Kadang sulit sekali bertemu. Aku sadari bahwa semua ini atas berkat izin Tuhan Yang Maha Kuasa, terasa semakin kecil kedirian ini ketika dihadapkan pada Kebesaran Tuhan yang sungguh dahsyat. Aku pernah mencoba untuk bertemu dengan tokoh dalam “dunia hitam” era tahun 1980-1990an yang telah mati. Namun sulit untuk dapat bertemu, karena ia telah berada di alam pembalasan. Ada ruh yang semasa hidupnya saya kenal dengan baik, ia memiliki tabiat mulia, dan berbudi luhur, ia sedikit bercerita bagaimana ia pernah menjalani hukuman di alam pembalasan kurang lebih jika dikonversi dengan waktu bumi adalah 11 tahun lamanya.
Bimbingan dan Wejangan Gaib
Tepatnya lima tahun yang lalu, sejak aku mengenal berbagai ruang atau dimensi gaib, mata telanjangku sepertinya menjadi semakin awas melihat yang gaib tanpa harus melakukan “lolos sukma”. Pandanganku pada obyek gaib semakin nampak jelas. Tampak secara jelas siapa leluhur yang sedang rawuh. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan YME, karena telah memberiku anugerah hakikat pengetahuan sejati. Aku semakin intens “bertemu” secara langsung dengan para leluhur agung, ada yang bekas pemimpin, ada yang ratu gung binatoro, bahkan Kanjeng Ratu Kidul yang biasa dipahami secara negatif, beliau bukanlah dari bangsa jin, setan, siluman. Tetapi dari entitas bidadari sehingga ajarannya begitu luhur, dia sungguh sebagai sosok ratu “gaib” yang arif bijaksana, dan sangat religius, melebihi kadar religiusitas kebanyakan manusia. Para leluhur itu, banyak memberikan wejangan dan bimbingan spiritual tanpa pernah mempersoalkan apa agamaku. Lebih dahsyat lagi, pernah bertemu dengan para leluhur yang semuanya dalam kondisi sangat baik, padahal beliau memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda seperti yang ada di nusantara ini. Pesan dari para leluhur, yang kiranya etis aku sampaikan di ruang publik ini, adalah sebagai berikut;
Untuk meraih kemuliaan sejati (kamulyan sejati/syurga);
1. harus selalu ingat dan tunduk kepada Tuhan
2. tak boleh menyakiti hati dan mencelakai orang lain
3. hati tak boleh kotor dengan rasa iri dan kebencian
4. ringan menolong orang susah, tanpa pamrih dan jangan takabur (tapa ngrame)
5. sedekahlah (donodriyah) ; yang paling tinggi nilainya di hadapan Tuhan adalah sedekah materi, kedua sedekah tenaga, ketiga sedekah tutur-kata yang baik, keempat yang paling rendah nilainya adalah sedekah doa.
6. ikhlas setinggi-tingginya, yakni keikhlasan yang dapat diumpamakan dengan orang buang hajad besar
7. jangan ikuti “air bah” yang suka menerjang aturan dan hakekat kemanusiaan, tetapi ikutilah “aliran air sungai” atau tapa ngeli (mengikuti kehendak Tuhan) agar mencapai pada muara keberuntungan kemudian masuk ke dalam lautan kemuliaan hidup.
8. jika kamu berbuat baik pada orang lain, jangan harapkan balasannya, sekalipun kamu dibalas dengan kejahatan. Sebaliknya bertransaksilah dengan Tuhan, jangan dengan orang itu, sebab transaksi dengan Tuhan akan mendatangkan kebaikan yang berlipat ganda untuk diri kita sendiri melalui banyak orang disekitarmu. Intinya, jangan sekali-kali kamu membangkit atau mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah kamu lakukan pada orang lain, tetapi kuburlah kebaikan dalam-dalam hingga kamu lupa (tapa mendhem)
9. anugerah agung itu tak ada yang gratis, semua memakai “uang tebusan” berupa keprihatinan, dan penderitaan. Penderitaan dan keprihatinan yang kamu jalani dengan ikhlas dan legowo itu sesungguhnya akan menjadi tabungan “uang tebusan” yang akan ditukar dengan anugrah. Semakin besar penderitaan, semakin besar anugrah yang telah disiapkan Tuhan untuk mu. Maka dalam penderitaan kamu jangan suka grenengan, grundelan, karena tindakan itu hanya akan menghapus tabungan “uang tebusan” mu. Penderitaan yang telah kamu jalani sekian lama hanya menjadi sia-sia, kamu tak kan memperoleh apa-apa darinya kecuali penderitaan itu saja. (tapa mbisu)
Semua perbuatan itu yang baik maupun yang jahat, pasti akan berbalik berlipat kepada diri kita sendiri. Dan setiap kebaikan yang kita lakukan pada orang lain akan menjadi “pagar” yang mengelilingi diri kita sendiri. Sehingga kita tak bisa dicelakai orang lain, sebaliknya akan mendapat keselamatan, serta meraih ilmu kabegjan (keberuntungan). Jika diungkapkan dalam perumpamaan, kita akan menjadi seperti bola, semakin kuat dibanting maka semakin tinggi pantulan ke atasnya.
Demikianlah sepotong pengalaman gaib yang pernah saya alami, semoga dapat menjadikan wahana komparasi, tanpa harus mengedepankan emosi dan nalar yang dangkal. Marilah kita kaji bersama, berangkat dari sikap netral, kejernihan hati dan kebeningan jiwa.
Bersambung….
LAKSITA JATI
Ilmu yang mengajarkan tata cara menghargai diri sendiri, dengan “laku” batin untuk mensucikan raga dari nafsu angkara murka (amarah), nafsu mengejar kenikmatan (supiyah), dan nafsu serakah (lauwamah). Pribadi membangun raga yang suci dengan menjadikan raga sebagai reserviornafsul mutmainah. Agar supaya jika manusia mati, raganya dapat menyatu dengan “badan halus” atau ruhani atau badan sukma.
Hakikat kesucian, “badan wadag” atau raga tidak boleh pisah dengan “badan halus”, karena raga dan sukma menyatu (curigo manjing warongko) pada saat manusia lahir dari rahim ibu. Sebaliknya, manusia yang berhasil menjadi kalifah Tuhan, selalu menjaga kesucian (bersih dari dosa), jika mati kelak “badan wadag” akan luluh melebur ke dalam “badan halus” yang diliputi oleh kayu dhaim, atau Hyang Hidup yang tetap ada dalam diri kita pribadi, maka dilambangkan dengan “warongko manjing curigo”. Maksudnya, “badan wadag” melebur ke dalam “badan halus”. Pada saat manusia hidup di dunia (mercapada), dilambangkan dengan “curigo manjing warongko”; maksudnya “badan halus” masih berada di dalam “badan wadag”. Maka dari itu terdapat pribahasa sebagai berikut:
“Jasad pengikat budi, budi pengikat nafsu, nafsu pengikat karsa (kemauan), karsa pengikat sukma, sukma pengikat rasa, rasa pengikat cipta, cipta pengikat penguasa, penguasa pengikat Yang Maha Kuasa”.
Sebagai contoh :
Jasad jika mengalami kerusakan karena sakit atau celaka, maka tali pengikat budi menjadi putus. Orang yang amat sangat menderita kesakitan tentu saja tidak akan bisa berpikir jernih lagi. Maka putuslah tali budi sebagai pengikat nafsu. Maka orang yang sangat menderita kesakitan, hilanglah semua nafsu-nafsunya; misalnya amarah, nafsu seks, dan nafsu makan. Jika tali nafsu sudah hilang atau putus, maka untuk mempertahankan nyawanya, tinggal tersisa tali karsa atau kemauan. Hal ini, para pembaca dapat menyaksikan sendiri, setiap orang yang menderita sakit parah, energi untuk bertahan hidup tinggalah kemauan atau semangat untuk sembuh. Apabila karsa atau kemauan, dalam bentuk semangat untuk sembuh sudah hilang, maka hilanglah tali pengikat sukma, akibatnya sukma terlepas dari “badan wadag”, dengan kata lain orang tersebut mengalami kematian. Namun demikian, sukma masih mengikat rasa, dalam artian sukma sebenarnya masih memiliki rasa, dalam bentuk rasa sukma yang berbeda dengan rasa ragawi. Bagi penganut kejawen percaya denganrasa sukma ini. Maka di dalam tradisi Jawa, tidak boleh menyi-nyiakan jasad orang yang sudah meninggal. Karena dipercaya sukmanya yang sudah keluar dari badan masih bisa merasakannya. Rasa yang dimiliki sukma ini, lebih lanjut dijelaskan karena sukma masih berada di dalam dimensi bumi, belum melanjutkan “perjalanan” ke alam barzah atau alam ruh.
Rahsa atau rasa, merupakan hakikat Dzat (Yang Maha Kuasa) yang mewujud ke dalam diri manusia. Dzat adalah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa, Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Urutan dari yang tertinggi ke yang lebih rendah adalah sebagai berikut;
- Dzat (Dzatullah) Tuhan Yang Maha Suci, meretas menjadi;
- Kayu Dhaim (Kayyun) Energi Yang Hidup, meretas menjadi;
- Cahya atau cahaya (Nurullah), meretas menjadi;
- Rahsa atau rasa atau sir (Sirrullah), meretas menjadi ;
- Sukma atau ruh (Ruhullah).
No 1 s/d no 5 adalah retasan dari Dzat, Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ruh bersifat abadi, cahaya bersifat mandiri tanpa perlu bahan bakar. Ruh yang suci yang akan melanjutkan “perjalanannya” menuju ke haribaan Tuhan, dan akan melewati alam ruh atau alam barzah, di mana suasana menjadi “jengjem jinem” tak ada rasa lapar-haus, emosi, amarah, sakit, sedih, dsb. Sebelum masuk ke dimensi barzah, ruh melepaskantali rasa, kemudian ruh masuk ke dalam dimensi alam barzah menjadi hakikat cahaya tanpa rasa, dan tanpa karsa. Yang ada hanyalah ketenangan sejati, manembah kepada gelombang Dzat, lebur dening pangastuti.
KONSEP ARWAH PENASARAN
Sebaliknya ruh yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi, masih memiliki tali rasa, misalnya rasa penasaran karena masih ada tanggungjawab di bumi yang belum terselesaikan, atau jalan hidup, atau “hutang” yang belum terselesaikan, menyebabkan rasa penasaran. Oleh karena itu dalam konsep Kejawen dipercaya adanya arwah penasaran, yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi. Sehingga tak jarang masuk ke dalam raga orang lain yang masih hidup yang dijadikan sebagai media komunikasi, karena kenyataan bahwa raganya sendiri telah rusak dan hancur. Itulah sebabnya mengapa di dalam ajaran Kejawen terdapat tata cara “penyempurnaan” arwah (penasaran) tersebut.
JALAN SETAPAK MERAIH KESUCIAN (Jihad/Perang Baratayudha/Perang Sabil)
Mati penasaran, kebalikan dari mati sempurna. Dalam kajian Kejawen, mati dalam puncak kesempurnaan adalah mati moksa atau mosca atau mukswa. Yakni warangka (raga) manjing curigo (ruh). Raga yang suci, adalah yang tunduk kepada kesucian Dzat yang terderivasi ke dalam ruh. Ruh suci/roh kudus (ruhul kuddus) sebagai retasan dari hakikat Dzat, memiliki 20 sifat yang senada dengan 20 sifat Dzat, misalnya kodrat, iradat, berkehendak, mandiri, abadi, dst. Sebaliknya, ruh yang tunduk kepada raga hanya akan menjadi budak nafsu duniawi, sebagaimana sifat hakikat ragawi, yang akan hancur, tidak abadi, dan destruktif. Menjadi raga yang nista, berbanding terbalik dengan gelombang Dzat Yang Maha Suci. Oleh karena itu, menjadi tugas utama manusia, yakni memenangkan perang Baratayudha di Padang Kurusetra, antara Pendawa (kebaikan yang lahir dari akal budi dan panca indera) dengan musuhnya Kurawa (nafsu angkara murka). Perang inilah yang dimaksud pula dalam ajaran Islam sebagaiJihad Fii Sabilillah, bukan perang antar agama, atau segala bentuk terorisme.
Adapun ajaran untuk menggapai kesucian diri, atau Jihad secara Kejawen, yakni mengendalikan hawa nafsu, serta menjalankan budi (bebuden) yang luhur nilai kemanusiannya (habluminannas) yakni ; rela (rilo), ikhlas (legowo), menerima/qonaah (narimo ing pandum), jujur dan benar (temen lan bener), menjaga kesusilaan (trapsilo) dan jalan hidup yang mengutamakan budi yang luhur (lakutama). Adalah pitutur sebagai pengingat-ingat agar supaya manusia selalu eling atau selalu mengingat Tuhan untuk menjaga kesucian dirinya, seperti dalam falsafah Kejawen berikut ini :
“jagad bumi alam kabeh sumurupo marang badan, badan sumurupo marang budi, budi sumurupo marang napsu, napsu sumurupo marang nyowo, nyowo sumurupo marang rahso, rahso sumurupo marang cahyo, cahyo sumurupo marang atmo, atmo sumurupo marang ingsun, ingsun jumeneng pribadi”
(jagad bumi seisinya pahamilah badan, badan pahamilah budi, budi pahamilah nafsu, nafsu pahamilah nyawa, nyawa pahamilah karsa, karsa pahamilah rahsa, rahsa pahamilah cahya, cahya pahamilah Yang Hidup, Yang Hidup pahamilah Aku, Aku berdiri sendiri (Dzat).
Artinya, bahwa manusia sebagai derivasi terakhir yang berasal dari Dzat Sang Pencipta harus (wajib) memilikikesadaran mikrokosmis dan makrokosmis yakni “sangkan paraning dumadi” serta tunduk, patuh dan hormat (manembah) kepada Dzat Tuhan Pencipta jagad raya.
Selain kesadaran di atas, untuk menggapai kesucian manusia harus tetap berada di dalam koridor yang merupakan “jalan tembus” menuju Yang Maha Kuasa. Adalah 7 perkara yang harus dicegah, yakni;
1. Jangan ceroboh, tetapi harus rajin sesuci.
2. Jangan mengumbar nafsu makan, tetapi makanlah jika sudah merasa lapar.
3. Jangan kebanyakan minum, tetapi minum lah jika sudah merasa haus.
4. Jangan gemar tidur, tetapi tidur lah jika sudah merasa kantuk.
5. Jangan banyak omong, tetapi bicara lah dengan melihat situasi dan kondisi.
6. Jangan mengumbar nafsu seks, kecuali jika sudah merasa sangat rindu.
7. Jangan selalu bersenang-senang hati dan hanya demi membuat senang orang-orang, walaupun sedang memperoleh kesenangan, asal tidak meninggalkan duga kira.
Demikian pula, di dalam hidup ini jangan sampai kita terlibat dalam 8 perkara berikut;
1. Mengumbar hawa nafsu.
2. Mengumbar kesenangan.
3. Suka bermusuhan dan tindak aniaya.
4. Berulah yang meresahkan.
5. Tindakan nista.
6. Perbuatan dengki hati.
7. Bermalas-malas dalam berkarya dan bekerja.
8. Enggan menderita dan prihatin.
Sebab perbuatan yang jahat dan tingkah laku buruk hanya akan menjadi aral rintangan dalam meraih rencana dan cita-cita, seperti digambarkan dalam rumus bahasa berikut ini;
1. Nistapapa; orang nista pasti mendapat kesusahan.
2. Dhustalara; orang pendusta pasti mendapat sakit lahir atau batin.
3. Dorasangsara; gemar bertikai pasti mendapat sengsara.
4. Niayapati; orang aniaya pasti mendapatkan kematian.
PERBUATAN, PASTI MENIMBULKAN “RESONANSI”
Demikian lah, sebab pada dasarnya perilaku hidup itu ibaratsuara yang kita kumandang akan menimbulkan gema, artinya apapun perbuatan kita kepada orang lain, sejatinya akan berbalik mengenai diri kita sendiri. Jika perbuatan kita baik pada orang lain, maka akan menimbulkan “gema” berupa kebaikan yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari orang lainnya lagi. Hal ini dapat dipahami sebagaimana dalam peribahasa;
Barang siapa menabur angin, akan menuai badai,
Siapa menanam, akan mengetam,
Barang siapa gemar menolong, akan selalu mendapatkan kemudahan,
Barang siapa gemar sedekah kepada yang susah, rejekinya akan menjadi lapang.
Orang pelit, pailit
Pemurah hati, mukti
PERILAKU TAPA BRATA
Idealnya, setiap orang sepanjang hidupnya dapat melaksanakan “tapa brata” atau mesu-budi, menahan hawa nafsu, yg mempunyai kesamaan dengan hakikat puasa seperti di bawah ini;
1. Tapa/puasanya badan/raga; harus anoraga; rendah hati; gemar berbuat baik.
2. Tapa/puasanya hati; nerima apa adanya; qonaah; tak punya niat/prasangka buruk, tidak iri hati.
3. Tapa/puasanya nafsu; ikhlas dan sabar dalam menerima musibah, serta memberi maaf kepada orang lain.
4. Tapa/puasanya sukma; jujur.
5. Tapa/puasanya rahsa; mengerem sembarang kemauan, serta kuat prihatin dan menderita.
6. Tapa/puasanya cahya; eneng-ening; tirakat atau bertapa dalam keheningan, kebeningan, dan kesucian.
7. Tapa/puasanya hidup (gesang); eling (selalu ingat/sadar makro-mikrokosmos) dan selalu waspada dari segala perilaku buruk.
Selain itu, anggota badan (raga) juga memiliki tanggungjawab masing-masing sebagai wujud dari hakikat puasa atau tapa brata ;
1. Tapa/puasanya netro/mata; mencegah tidur, dan menutup mata dari nafsu selalu ingin memiliki/menguasai.
2. Tapa/puasanya karno/telinga; mencegah hawa nafsu, enggan mendengar yang tak ada manfaatnya atau yang buruk-buruk.
3. Tapa/puasanya grono/hidung; mencegah sikap gemar membau, dan enggan “ngisap-isap” keburukan orang lain.
4. Tapa/puasanya lisan/mulut; mencegah makan, dan tidak menggunjing keburukan orang lain.
5. Tapa/puasanya puruso/kemaluan; mencegah syahwat, tidak sembaranganngentot/rakit/ngewe/senggama/zina.
6. Tapa/puasanya asto/tangan; mencegah curi-mencuri, rampok, nyopet, korupsi, dan tidak sukacengkiling; jail dan menyakiti orang lain.
7. Tapa/puasanya suku/kaki; mencegah langkah menuju perbuatan jahat, atau kegiatan negatif, tetapi harus gemar berjalan sembari “semadi” yakni berjalan sebari eling lan waspodo.
Tapa/maladihening/mesu budi/puasa seperti di atas dapat diumpamakan dalam gaya bahasa personifikasi, yang memiliki nilai falsafah yang sangat tinggi dan mendalam sbb;
“Katimbang turu, becik tangi. Katimbang tangi, becik melek. Katimbang melek, becik lungguh. Katimbang lungguh, becik ngadeg. Katimbang ngadeg, becik lumakuo”.
(Daripada tidur lebih baik bangun. Daripada bangun lebih baik melek. Daripada melek lebih baik duduk. Daripada duduk lebih baik berdiri. Daripada berdiri lebih baik melangkah lah)
Untuk meraih kesempurnaan dalam melaksanakan tata laku di atas, hendaknya setiap langkah kita selalu eling dan waspada. Agar supaya setelah menjadi manusia pinunjul tidak menjadi sombong dan takabur, sebaliknya justru harus disembunyikan semua kelebihan tersebut, dan tidak kentara oleh orang lain, sehingga setiap jengkal kelemahan tidak memancing hinaan orang lain. Untuk itu manusia pinunjul harus;
1. Solahbawa, harga diri, perbuatan, harus selalu di jaga
2. Keluarnya ucapan harus dibuat yang mendinginkan, menyejukkan, dan menentramkan lawan bicara
3. Raut wajah yang manis, penuh kelembutan dan kasih sayang.
Inilah sejatinya tata krama dalam ajaran Kejawen. Kesempurnaan dalam melaksanakan langkah-langkah di atas, seyogyanya menimbang situasi dan kondisi, menimbang waktu dan tempat secara tepat, tidak asal-asalan. Karena sekalipun “isi”nya berkualitas, tetapi bungkusnya jelek, maka “isi”nya menjadi tidak berharga. Dengan kata lain, jangan mengabaikan (dugoprayoga) duga kira, bagaimana seharusnya yang baik. Sebab sesempurnanya manusia tetap memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga manakala kelemahan dan kekurangan tersebut diketahui orang lain tidak akan menjadi “batu sandungan”. Seperti dalam ungkapan sebagai berikut;
1. Kusutnya pakaian; tertutup oleh derajat (harga diri) yang luhur.
2. Terpelesetnya lidah, tertutup oleh manisnya tutur kata.
3. Kecewanya warna, tertutup oleh budi pekerti.
4. Cacadnya raga, tertutup oleh air muka yang ramah.
5. Keterbatasan, tertutup oleh sabar dan bijaksana.
Oleh karena itu, meraih kesempurnaan dalam konteks ini diartikan kesempurnaan dalam melaksanakan tapa brata. Kegagalan melaksanakan tapa brata, dapat membawa manusia kepada zaman “paniksaning gesang” tidak lain adalah nerakanya dunia, seperti di bawah ini;
1. Zamannya kemelaratan, dimulai dari perilaku boros
2. Zamannya menderita aib, dimulai dari watak lupa terlena, tanpa awas.
3. Zamannya kebodohan, dimulai dari sikap malas dan enggan.
4. Zamannya angkara, dimulai dengan sikap mau menang sendiri
5. Zamannya sengsara, dimulai dari perilaku yang kacau.
6. Zamannya penyakit, diawali dari kenyang makan.
7. Zamannya kecelakaan, diawali dari perbuatan mencelakai orang lain.
Sebaliknya, “ganjaraning gesang” atau “surganya dunia”, lebih dari sekedar kemuliaan hidup itu sendiri, yakni;
1. Zamannya keberuntungan, awalnya dari sikap hati-hati, tidak ceroboh.
2. Zamannya kabrajan, awalnya dari budi luhur dan belas kasih.
3. Zamannya keluhuran, awalnya dari giat andap asor, sopan santun.
4. Zamannya kebijaksanaan, awalnya dari telatenbibinau.
5. Zamannya kesaktian (kasekten), awalnya daripuruita dan tapabrata.
6. Zamannya karaharjan (ketentraman-keselamatan), awalnya dari eling dan waspada.
7. Zamannya kayuswan (umur panjang), awalnya sabar, qonaah, narimo, legowo, tapa.
SHALAT/SEMBAHYANG DHAIM
Sebagai tulisan penutup, Sabdalangit berusaha memaparkan garis besar TAPA BRATA, agar supaya mudah diingat dan gampang dicerna bagi para pembaca yang masih awam tentang ajaran Kejawen.
Selain dipaparkan di atas, sejalan dengan bertambahnya usia, seyogyanya hidup itu sembari mencariciptasasmita, “tuah” atau petunjuk yang tumbuh jiwa yang matang dan dari dalam lubuk budi yang suci. Pada dasarnya, tumbuhnya budipekerti (bebuden) yang luhur, berasal dari tumbuhnya rasa eling, tumbuhnya kebiasaan tapa, tumbuhnya sikap hati-hati, tumbuhnya “tidak punya rasa punya”, tumbuhnya kesentausaan, tumbuhnya kesadaran diri pribadi, tumbuhnya “lapang dada”, tumbuhnya ketenangan batin, tumbuhnya sikap manembah (tawadhu’). Pertumbuhan itu berkorelasi positif atau sejalan dengan usia seseorang.
Akan tetapi, jika semakin lanjut usia seseorang akan tetapi perkembangannya berbanding terbalik, mempunyai korelasi negatif, yakni justru memiliki tabiat dan karakter seperti anak kecil, ia merupakan produk topobroto yang gagal. Untuk mencegahnya tidak lain harus selalu mencegah hawa nafsu, serta mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk meraih kesempurnaan ilmu. Begitu pentingnya hingga adalah “wewarah” yang juga merupakan nasehat yang hiperbolis, sbb;
“ageng-agenging dosa punika tiyang ulah ilmu makripat ingkang magel. Awit saking dereng kabuko ing pambudi, dados boten superep ing suraosipun”
Bagi yang sudah lulus, dapat menerima semua ilmu, tentu akan menemui kemuliaan “sangkan paran ing dumadi”. Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui Tuhannya, sesungguhnya dapat mengetahui di dalam badanya sendiri. Siapa yang sungguh-sunggun mengetahui badannya sendiri, sesungguhnya mengetahui Tuhannya. Artinya siapa yang mengetahui Tuhannya, ia lah yang mengetahui semua ilmukajaten (makrifat). Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui sejatinya badannya sendiri, ia lah yang dapat mengetahui akan hidup jiwa raganya sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa hidup ini tidak akan menemui sejatinya “ajal”, sebab kematian hanyalah terkelupasnya isi dari kulit. “Isi” badan melepas “kulit” yang telah rusak, kemudian “isi” bertugas melanjutkan perjalanan ke alam keabadian. Hanya raga yang suci yang tidak akan rusak dan mampu menyertai perjalanan “isi”. Sebab raga yang suci, berada dalam gelombang Dzat Illahi yang Maha Abadi.
Maka dari itu, jangan terputus dalam lautan “manembah” kepada Gusti Pangeran Ingkang Sinembah. Agar supaya menggapai “peleburan” tertinggi, lebur dening pangastuti; yakni raga dan jiwa melebur ke dalam Cahaya yang Suci; di sanalah manusia dan Dzat menyatu dalam irama yang sama; yakni manunggaling kawulo gusti. Dengan sarana selalu mengosongkan panca indra, serta menyeiramakan diri pada Sariraning Bathara, Dzat Yang Maha Agung, yang disebut sebagai “PANGABEKTI INGKANG LANGGENG” (shalat dhaim) sujud, manembah (shalat) tanpa kenal waktu, sambung-menyambung dalam irama nafas, selalu eling dan menyebut Dzat Yang serba Maha. Adalah ungkapan;
“salat ngiras nyambut damel, lenggah sinambi lumampah, lumajeng salebeting kendel, ambisu kaliyan wicanten, kesahan kaliyan tilem, tilem kaliyan melek.
(sembahyang sambil bekerja, duduk sambil berjalan, berjalan di dalam diam, membisu dengan bicara, bepergian dengan tidur, tidur sembari melek).
Jika ajaran ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berkat Tuhan Yang Maha Wisesa, setiap orang dapat meraih kesempurnaan Waluyo Jati, Paworing Kawulo Gusti, TIDAK TERGANTUNG APA AGAMANYA.
kekuatan batin
1. CIPTO = 1. Kesadaran dan keyakinan yang tinggi dan mendalam bahwa kekuatan Batin , energi dari segala ciptaan bersumber dari “ TUHAN” Jika kita sudah memiliki keyakinan (Iman) maka kita sudah di berikan anugrah kekuatan batin yg perlu di pelihara di jaga dan di tingkatkan.
2. ROSO = PASRAH/SUMELEH/SUMARAH akan kehendak Yang Kuasa dan tetap mejaga komunikasi dengan Tuhan. Inti dari rasa “ Pasrah/Sumeleh/Sumarah” menerima dan menjalani segala aspek kehidupan dengan penuh kesabaran dan keiklasan “Senang, susah, derita, bahagia, sedih duka lara nestapa maupun senyum dan kebahagiaan dan rejeki “ suasana kehidupan itu harus di jalani dengan rasa “ Pasrah/Sumeleh/Sumarah” kepada Tuhan.
3. KARSO = Memvisualisasikan kekuatan batin Cipta dan rasa itu ke dalam Tindakan ( karsa ) dan tingkah laku kita dalam menjalani kehidupan , Visualisasi memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kegagalan dan keberhasilan usaha meraih keinginan. Dan dalam mengasah kekuatan batin ( cipta/rasa) itu.
Langkah-langkah dalam memvisualisasikan
1. Memperjelas keinginan dan tujuan yg ingin di capai.
2. Fokus pada keinginan dan tujuan yg ingin di capai.
3. Mengobarkan semangat dengan membuat system dan strategi atau dalam kata lain membuat rencana yang positif.
4. DONGO := Doa ini bertujuan untuk :
1. menjaga keseimbangan atau keselarasan antara Cipta rasa dan karsa,
2. Sebagai sarana atau landasan manunggaling Cipta rasa lan karsa
3. Menjaga agar kekuatan batin kita selalu eling terhadap sumber dari segala sumber kekuatan. Yaitu TUHAN.
4. Sarana komunikasi dan membangun Relasi dengan TUHAN sebagai sumber dari segala sumber kekuatan.
Banyak sekali Cara atau metode dalam menggali dan mengolah kekuatan batin yang di anugrahkan TUHAN kepada diri manusia. Cara boleh berbeda namun semuanya bermuara pada inti yang sama yaitu membangkitkan kekuatan batin.
Alat Penentu Dalam usaha menyelaraskan dan menjaga keseimbangan serta upaya untuk menyatukan cipta rasa dan karsa dalam diri manusia dan dalam membangun kesadaran manusia memiliki ( di hayati dari sisi kebendaan).
1. Panca indra dan anggota badan yang lain.
2. Otak atau pikiran.
3. Hati atau rasa.
Dengan tiga alat inilah manusia dapat menggali kekuatan batin dengan berbagai macam cara . dengan tetap berlandaskan keyakinan atau Iman.
Salah satu pembakitan tenaga dalam dan olah batin adalah dengan membuka cakra dalam diri manusia. Dalam diri manusia secara pemahaman metafisik terdapat 7 cakara sebagai sumber kekuatan olah batin dan tenaga dalam. Di pusat-pusat energi inilah, pikiran dan perasaan pertama kali berperan secara langsung mempengaruhi dan mengatur seluruh fungsi tubuh, metabolisme, sirkulasi, eliminasi, reproduksi. Pada tingkat energi, Ketika energi-energi dalam cakra mengalir bebas dan terbuka, seseorang menciptakan suatu keadaan seimbang dan sehat dalam sistem tubuhnya. Ketika semua warna bervibrasi menurut frekuensinya yang sempurna, resultante aura menjadi cahaya putih yang merupakan pembauran ketujuh warna. Cahaya ini beradiasi dari inti kristal atau inti diri seseorang.
Ketujuh cakra itu adalah .
1. Cakra Mahkota/ Sahasrara Cakra
Cakra ini berada diluar tubuh diatas kepala kira-kira sejengkal tangan dengan akarnya pada ubun-ubun. Dengan seribu berkas sinar / helai daun berwarna warni kemilauan, semua warna yang terlihat sangat mengagumkan tidak ada kelihatan warna dominan kecuali beberapa lembar helai daun ditengahnya itupun tergantung tingkat spiritual seseorang. Semakin tinggi spiritual seseorang warna ini menjadi kuning keemasan biasanya warna daun ini sesuai dengan warna cakra Anahata. Pusat spiritual, tempat jiwa tak berumah yang berhubungan dengan pusat dan sumber; pembaharuan spritual; berhubungan dengan sang ilahi; tempat mana keinginan-keinginan spritual terbagi ke dalam kepribadian dan hidup sehari-hari. Identifikasi pribadi dengan yang tak terbatas; kesatuan dengan tuhan; kedamaian; kebijaksanaan.
2. Cakra Ajna
Bila mereka yang sudah lama menekuni hal-hal spiritual tentu mengenal kegunaan cakra ini. Karena keaktifan cakra Ajna sangat dibutuhkan yaitu pewaskitaan penglihatan / tembus pandang. Dengan melihat secara tembus pandang, baik kemasa lalu, masa kini dan mendatang. Pusat persepsi, tempat kesadaran dan persepsi batiniah; pandangan; menggambarkan pusat dan jendela jiwa; kemampuan untuk membedakan ilusi dari realita.membersihkan pikiran bawah sadar untuk berhubungan dengan intuisi; pola pikir seimbang; melihat kesempurnaan Ilahi pada seluruh hal; Devosi
3. Cakra Tenggorokan - Wisudha Cakra
Cakra ini letaknya didaerah tenggorokan depan pada tubuh fisik. Cakra ini mempunyai 16 berkas sinar / helai daun dengan warna dominan biru muda pada luarnya dan diintinya terdapat warna lembayung bening. Unsur -unsur yang terdapat adalah Akasa (ether). Pada cakra ini berstanalah Hyang Sada Siwa dengan saktinya . Sesuai dengan letaknya cakra ini mengontrol kerja organ-organ tubuh didaerah tenggorokan, Pusat ekspresi; komunikasi; kreatifitas seni; sains; musik; sastra; etnik; suara hati; pelatihan diri; suatu afirmasi bagi diri; berbicara dari kebenaran; intuisi intelektual; bahasa; kesadaran; seksualitas; ekspresi verbal dari hari dan pikiran,kemampuan untuk memverbalkan; mengekspresikan kebenaran melalui kekuatan kata yang terucap.
4. Cakra Jantung - Anahata Cakra
Cakra Anahata ini ada dua buah terletak didaerah depan dan belakang dada berdekatan dengan organ jantung pada tubuh kita. Cakra ini memiliki 12 berkas sinar / helai daun dengan warna tidak selalu sama pada setiap orang. Warna cakra ini lebih dominan dipengaruhi oleh sifat-sifat dasar seseorang juga pengaruh tingkat pengetahuan dan spiritualnya. Cakra Anahata berhubungan erat dengan Cakra Sahasrara, karena cakra ini merupakan tempat terakhirnya jalur antahkarana. Pusat cinta; rasa kasihan; energi jiwa yang lebih tinggi; rasa cinta tanpa syarat; cinta yang menyembuhkan; energi yang bersatu dengan sentuhan; cinta diri; impersonal namun dalam dan berarti; berhubungan dengan komunitas, melepaskan tekanan traumatis emosional, kesadaran jiwa/hati, mengekspresikan cinta dalam tindakan.
5. Chakra solar plexus (area pusar) Limpa
Pusat kekuatan; elemen api; dorongan ego; identitas; kepercayaan diri; energi wanita; “saya mampu” ; emosi-emosi yang musnah, asimilasi pengalaman; pencernaan.
6. Chakra abdominal (area alat kelamin) kelenjar prostat
Pusat seks; elemen air rahim; pemeliharaan; aliran bawah sadar akan ketertarikan antara manusia; dirasakan dan tidak dapat dilihat; energi bulan; astral impian; pembauran dengan orang lain, hubungan ibu dengan anak; hubungan antara kekasih.), penggunaan dorongan-dorongan kreativitas ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia; kelahiran jiwa yang tinggi; mengarahkan diri kepada devosi.
7. Chakra dasar/akar (dasar punggung) kelenjar adrenal :
Pusat pertahanan, energi bumi; dunia eksternal; gerakan-gerakan kesehatan; kerja; uang; hubungan dengan bumi; perlindungan akan pertahanan hidup, keamanan; naluri binatang; pengetahuan akan tubuh.menghubungkan dorongan-dorongan jiwa dalam tubuh dengan bumi untuk meraihkemampuan bekerja secara bersemangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar