Salah satu tingkat peradaban tertinggi yang dimiliki oleh manusia adalah bahasa. Bahasa menjadi identitas individu dan merupakan sarana penting untuk berkomunikasi antar-manusia. Berbahasa merupakan proses yang kompleks dan berkembang melalui tahap-tahap tertentu dalam usia manusia. Proses manusia dalam berbahasa telah dimulai sejak masih menjadi seorang bayi. Dalam tahap tersebut komunikasi dijalin melalui isyarat-isyarat seperti gerakan tangan, kaki, tangisan dan ekspresi wajah tanpa menggunakan bahasa sehingga masa ini disebut sebagai masa prabahasa pada bayi. Proses yang terjadi dalam masa prabahasa bayi mempengaruhi kemampuan bayi untuk berbahasa pada usia-usia selanjutnya. Optimalisasi dalam masa prabahasa melalui peran orangtua dalam menanggapi komunikasi bayi sehingga bayi senantiasa memiliki stimulus untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya karena ada rangsangan pada otak yang bertanggungjawab dalam kemambuan bahasa. Disamping itu, peran orangtua dengan menggunakan bahasa isyarat terhadap bayi mampu mengoptimalkan perkembangan bicara dan bahasa pada bayi.
Akan tetapi dalam kenyataannya orangtua kurang menyadari pentingnya optimalisasi dalam masa prabahasa serta peran lingkungan sekitar bayi termasuk orangtua dan orang-orang yang tinggal disekitar bayi dalam mendukung kemampuan berbahasa bayi pada usia-usia selanjutnya. Orang-orang disekitar bayi enggan melakukan terlalu banyak interaksi dan komunikasi serta tidak mengajarkan bahasa isyarat sehingga bayi tidak mendapatkan stimulus untuk mendukung perkembangan otaknya dan pada akhirnya kemampuan berbahasa pada bayi terhambat.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan studi lebih lanjut mengenai masa prabahasa bayi serta pentingnya peran orangtua dalam masa tersebut untuk mendukung perkembangan kemampuan berbahasa anak pada tahap berikutnya agar anak tidak mengalami keterlambatan dalam berbicara mengingat masa prabahasa merupakan masa penting dalam perkembangan bahasa dan bicara.
Apa yang dimaksud dengan bahasa?
Setiap kebudayaan memiliki bahasa. Bahasa manusia berjumlah ribuan variasi. Namun, apa yang dimaksud dengan bahasa? Bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai dengan daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Yang dimaksud dengan daya cipta yang tidak pernah habis adalah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, dan menjadikannya sebagai upaya yang kreatif.
Rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini dinamakan motherese, yaitu cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dengan menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Namun, cara ini bisa dipraktikan jika ada bayinya.
Dalam beberapa bulan pertama kehidupan, bayi memperlihatkan respons yang mengagumkan terhadap suara. Kemudian pada usia 3 hingga 6 bulan, bayi mulai memperlihatkan minat akan suara dan meresponsnya. Selama 3 hingga 6 bulan berikutnya, bayi mulai mengoceh, mengeluarkan suara seperti ‘goo-goo’ atau ‘maa-maa’.
Tujuan komunikasi bayi sejak dini adalah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain sekitar bayi. Pada dasarnya, manusia ingin diperhatikan, begitu pula bayi. Bayi menarik perhatian orang tua dengan cara membunyikan suara atau menggerakkan badan.
Kemudian sekitar 6 sampai 9 bulan, bayi mulai mengenal kata-kata pertama. Kira-kira bayi bisa mengenal 12 kata pada bulan-bulan tersebut kemudian meningkat hingga 300 kata. Kemudian pada 9 sampai 12 bulan bayi mulai mengenal fungsi dari sebuah kata seperti ‘daah’ merupakan kata untuk mengucapkan selamat tinggal.
Bagaimana tahap perkembangan bahasa pada bayi?
Perkembangan bahasa bayi dimulai sejak ia dilahirkan. Meskipun tidak dalam bentuk verbal, melainkan gestur dan ekspresi wajah, namun hal ini sangat penting dalam fase perkembangan bahasa dan karenanya dibutuhkan peran dan tindakan orangtua dalam periode kritis yang berkembang pesat dalam 3 tahun pertama sejak ia dilahirkan.
Ada banyak faktor yang perlu diperhatikan orangtua dalam membantu bayi belajar berkomunikasi.
Bayi mendengar suara sejak masih dalam kandungan. Banyak orangtua memperdengarkan musik klasik maupun membacakan buku cerita untuk bayi dalam kandungannya.
Ketika bayi sudah lahir, ada banyak cara yang dapat dilakukan orangtua untuk menstimulasi perkembangan bahasanya:
- Merespons tangisan bayi. Bayi juga belajar berkomunikasi lewat tangisannya. Pada tahun pertama bayi, menangis adalah sistem komunikasinya yang paling utama. Bila orangtua merespons tangisannya, bayi Anda akan belajar bahwa ia didengarkan dan bahwa dunia ini adalah tempat yang aman karena kebutuhannya terpenuhi.
- Berbicara dengan bayi dengan nada vokal dan intonasi yang riang(seperti sedang bernyanyi) karena bayi lebih merespon suara seperti itu dibanding suara normal.
- Berbicara dengan bayi setiap hari agar ia tahu sedang diajak berkomunikasi. Tatap matanya dan bercerita apa yang sedang orangtua kerjakan, dan hal-hal yang terjadi di sekitar. Kegiatan ini dilakukan berulang setiap hari agar bayi dapat belajar memahami bahasa namun juga berpartisipasi dalam kegiatan.
- Ketika usia bayi sudah mencukupi, ajak bayi berjalan-jalan ke luar rumah (toko, taman, tempat ibadah, dsb). Hal ini penting untuk mengeskplorasi pengalaman baru mengenai dunia disekitar bayi.
- Menggunakan bahasa yang umum digunakan setiap hari dan berulang, serta menunjuk benda di sekeliling sambil menyebutkan namanya.
Bayi akan mampu mengucapkan kata pertamanya setelah berusia 6 hingga 8 minggu. Kata pertama tersebut belum berupa kata lengkap melainkan mengucapkan satu-dua suku kata sambil memandang orangtuanya. Untuk menstimulasi perkembangannya, orangtua dapat memuji bayi dengan memberikan senyuman ketika bayi melakukannya. Kemudian pada usia 6 hingga 8 bulan bayi mulai dapat menggumam kata seperti ma-ma atau da-da dan mungkin lebih banyak suku kata coba diucapkan apabila ia mendengar kata baru setiap hari.
Bahasa digunakan dalam rangka pertukaran informasi, di mana di dalamnya terkandung simbol-simbol tertentu yang bisa dilihat. Pada dasarnya, ada 3 bahasa bayi: tangisan, ocehan da isyarat. Bahasa bayi dan perkembangannya dapat dilihat seperti di bawah ini:
- Bahasa reseptif (masa preverbal). Bahasa ini dimulai dari tangisan pertama sampai bayi dapat melontarkan kata pertama. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik yang biasanya sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula dikeluarkan adalah cooing atau suara seperti “vokal” tertentu (seperti “au” atau “u”). Tahap ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6 minggu.
- Bahasa ekspresif (masa verbal). Bahasa ini menunjukkan kemampuan bayi untuk mengeluarkan kata-kata yang berarti, seperti kata “mama” atau “papa” dan biasanya terdengar saat bayi berusia 12-18 bulan.
Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak secara Umum:
- Reflexsive Vocalization
Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
- Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
- Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
- Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
- True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Perkembangan bahasa anak dilihat dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya, sebagai berikut :
- Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
- Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang, tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial.
- Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan.
- Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
- Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah.
- Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.
- Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata.
- Pada usia 2 tahun, anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat dua kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan topik baru.
- Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya.
- Perkembangan Sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
- Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia.
- Perkembangan Fonologi
Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna.
Para ahli membagi tahap perkembangan bahasa pada bayi sampai dengan usia tertentu, berikut ini adalah beberapa pendapat ahli :
- Lundsteen
- Tahap Pralinguistik
- 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok.
- 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, seperti ma, da, ba, dll.
- Tahap protolinguistik
- 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).
- Tahap Linguistik
- 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
- Myklebust
- Lahir – 9 bulan : anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.
- Sampai 12 bulan : anak berbahasa reseptif auditorik; belajar mengerti apa yang dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik, misalnya, dada, muh, kemudian menjadi mama, papa.
- Sampai 7 tahun : anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah.
- Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa reseptif visual (membaca). Pada saat masuk sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan.
- Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis).
Bahasa bayi juga dapat kita lihat dari gerakan tidurnya. Seperti :
- Tidur nyenyak : bayi berbaring tidak bergerak dengan mata tertutup, bernafas teratur dan tidak membuat suara.
- Tidur teratur : bayi sangat sedikit bergerak, pernafasan normal atau bergerak dari normal ke tidak teratur
- Tidur terganggu : ada sejumlah variable gerakan, kelopak mata bayi tertutup tetapi dapat mengedip-ngedip, bernafas tidak teratur dan barangkali ado beberapa keluhan, isakan dan nafas panjang
- Mengantuk : Mata bayi tertutup atau sebagian tertutup/tampak berkaca-kaca, ada gerakan kecil, suara lebih teratur dibandingkan saat bayi tidur terganggu.
- Aktivitas waspada : Mata bayi terbuka dan bersinar. Bayi melakukan berbagai gerakan bebas
- Waspada dan terfokus : Mata bayi terbuka bersinar, dan tubuh bergerak, tangan digoyang ke arah dada.
- Terfokus secara kaku : Keadaan bayi sudah bangun tetapi tidak beraksi terhadap rangsangan dari luar.
Adakah permasalahan dalam fase prabahasa bayi dan apa pengaruhnya?
Berbagai masalah dan stimulus lingkungan yang terjadi pada tahap perkembangan prabahasa bayi akan memengaruhi perkembangan dan kemampuan berbahasa pada anak sebagai kelanjutan dari tahap prabahasa.
Sumber utama masalah adalah kelainan pada otak, faktor genetis serta pengaruh stimuli dari lingkungan. Akan tetapi faktor lingkungan dengan orangtua sebagai stimulan utama memegang peran yang cukup penting dalam masa prabahasa bayi yang pada tahap berikutnya akan mempengaruhi kemampuan bayi dalam berbahasa.
Faktor lingkungan, seperti kegiatan menonton tv yang terlalu banyak dalam masa prabahasa karena televisi dapat mengurangi intensitas interaksi antara anak dan orangtua. Para peneliti mempelajari 329 anak-anak, usia 2 bulan sampai 48 bulan, dan menemukan bahwa untuk setiap jam tambahan menonton televisi, ada penurunan sebesar 770 kata (7 persen) mendengar dari orang dewasa. Studi ini juga menemukan bahwa makin banyak waktu menghabiskan untuk menonton televisi, makin sedikit suara yang didengar bayi ketika orang tuanya berbicara kepada mereka.Televisi menempatkan penontonnyanya termasuk bayi dalam posisi pasif sebagai penerima dan pencerna informasi saja karena televisi merupakan media komunikasi satu arah sehingga tidak memungkinkan bagi bayi untuk memberikan interaksi balik atau feedback yang merupakan salah satu cara yang penting untuk mengembangkan kemampuan bicaranya. Beberapa kemungkinan seperti anak dibiarkan sendiri di depan televisi membuat interaksi anak semakin berkurang dengan lingkungannya.
Beberapa penyebab hambatan lain yang terjadi dalam perkembangan masa prabahasa dan berpengaruh dalam kemampuan berbahasa anak adalah lingkungan yang sepi dan kurang interaksi. Artinya bayi tidak mendapatkan stimulus dari orang-orang di sekitarnya sehingga otak bayi yang memiliki kemampuan dalam hal bahasa juga terhambat perkembangannya dan tidak terakomodirnya kebutuhan bayi untuk mendapatkan tanggapan dari lingkungannya. Sikap atau respon perilaku orang tua terhadap tindakan atau suara-suara bayi dapat mempengaruhi perkembangan dalam tahap prabahasa. Semakin orangtua merespon bayi dengan baik, bayi akan semakin aktif dan menirukan orang-orang disekitarnya dalam hal bicara baik dalam bentuk mengoceh. Respon yang baik dari lingkungan terhadap tindakan bayi seperti menangis akan memberikan dampak positif pada bayi sebagai awal penggunaan bahasa bagi bayi. Respon yang negatif terhadap tindakan atau suara-suara bayi akan mengurangi keaktifannya dalam mengoceh dan berbahasa dalam bentuk tindakan karena tidak adanya respon dari lingkungan. Kedepan, hal ini akan menghambat perkembangan bahasa bayi. Kekhawatiran orangtua terhadap anaknya dalam tahap prabahasa dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa anak dalam tahap berikutnya. Contohnya pada anak usia 9 bulan seharusnya sudah mulai makan makanan yang agak kasar, tetapi apabila orang tuanya terlalu khawatir, anak diberi makanan halus terlalu lama. Hal ini akan menyebabkan daerah di sekitar mulut dan lidah yang digunakan juga untuk bicara menjadi kurang terlatih. Memberi latihan terhadap anak untuk menggunakan cangkir atau sedotan untuk minum terutama pada anak usia 2 tahun dapat melatih area disekitar mulutnya sehingga dapat terangsang dan berkembang lebih baik sehingga otot-ototnya siap atau bisa mensupport kebutuhan anak untuk bicara.
Bagaimanakah peran orangtua dalam masa prabahasa bayi?
Bayi adalah mahluk mungil yang luar biasa. Mereka dikenal sebagai mahluk yang ‘Linguistic Genius’. Mereka sanggup mengingat dan menyerap semua bahasa yang diajarkan kepada mereka, terutama pada tiga tahun pertama perkembangan mereka, karena itu dikenal istilah Golden Age, karena pada tiga tahun awal inilah perkembangan otak mereka amat luar biasa.
Kebahagiaan seorang ibu akan bertambah lengkap bila bisa berkomunikasi dengan bayinya. Semuda apapun usia bayi sebenarnya dia telah berkomunikasi, hanya saja dengan cara yang berbeda tentunya. Oleh karena itu semakin sering kita mendengar dan merespon, semakin baik pula komunikasi bayi pada kita.
Kebahagiaan seorang ibu akan bertambah lengkap bila bisa berkomunikasi dengan bayinya. Semuda apapun usia bayi sebenarnya dia telah berkomunikasi, hanya saja dengan cara yang berbeda tentunya. Oleh karena itu semakin sering kita mendengar dan merespon, semakin baik pula komunikasi bayi pada kita.
Menurut penelitian, dipercaya bahwa bayi sanggup mempelajari 13 juta kosa kata yang diucapkan oleh orangtuanya. Namun jika masa ini kita lewatkan, jumlah ini akan menurun drastis menjadi 8 juta, atau menyusut 62 persen. Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa walaupun bayi tidak dapat berbicara, sebagai orangtua kita harus rajin mengajaknya berkomunikasi, karena komunikasi ini adalah bentuk stimulasi yang dibutuhkan oleh bayi. Melalui komunikasi ini mereka mempelajari kosa kata baru, bahasa baru, mengingat dan mengenal apa yang dikatakan orangtua, dan tentunya hal ini akan membawa pengaruh besar pada tingkah laku mereka saat dewasa nantinya.
Bayi sejak lahir sudah bisa mendengar dan mengerti suara manusia, terutama suara ibunya. Walaupun bayi belum bisa menjawab dengan kata-kata tetapi bayi bisa menyatakan perasaannya dengan : senyuman, gerakan bibir, bersuara, berteriak, menggerakkan tangan kaki, kepala atau dengan menangis.
Dengan latihan setiap hari sejak bayi, lama kelamaan bayi dan anak dapat menjawab dengan kata-kata dan kalimat. Latihan ini sekaligus merangsang perkembangan emosi, sosial, dan perkembangan kecerdasannya.
Dalam setiap perkembangannya setiap anak membutuhkan peran dari lingkungannya agar dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangannya, begitu pula pada saat anak dalam masa ini, orang tua diharapkan mampu memainkan perannya dalam mengartikan bahasa bayi.
Dengan latihan setiap hari sejak bayi, lama kelamaan bayi dan anak dapat menjawab dengan kata-kata dan kalimat. Latihan ini sekaligus merangsang perkembangan emosi, sosial, dan perkembangan kecerdasannya.
Dalam setiap perkembangannya setiap anak membutuhkan peran dari lingkungannya agar dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangannya, begitu pula pada saat anak dalam masa ini, orang tua diharapkan mampu memainkan perannya dalam mengartikan bahasa bayi.
Perkembangan bahasa dan bicara seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami kemajuan, tetapi untuk setiap anak tidak akan persis sama pencapaiannya. Ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Sebaiknya ibu dapat membantu perkembangannya dengan cara memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan anak di usia tertentu:
Pada usia bayi 0-2 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berkomunikasi pada segala suasana, pada saat menidurkan, menyusui, memakaikan baju. Berbicaralah dengan intonasi yang lembut, dan jangan mengabaikan tangisannya, karena itulah cara mereka berkomunikasi untuk yang pertama kalinya.
Pada usia 2-6 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berbicara dengan menggunakan intonasi yang berbeda-beda, dan juga ekspresi wajah yang menyenangkan. Ajaklah mereka menyanyikan lagu-lagu yang berirama riang dan lakukanlah berulang-ulang, dan jangan lupa untuk mengajak mereka bercanda.
Pada usia 6-12 bulan, berbicaralah dengan kata-kata yang sederhana dengan intonasi dan pengucapan yang jelas, karena kelak mereka akan menirukannya. Berbicaralah sambil diikuti gerakan, agar mereka lebih mudah memahami arti kata dan korelasinya. Kenalkan pula mereka dengan berbagai macam suara, suara binatang, pesawat, mobil, dan lain sebagainya.
Pada usia 12-18 bulan, berikanlah pilihan kepada mereka, tawarkan warna baju yang ingin dipakai, pilihan makanan yang diinginkan. Jangan lupa untuk mengajak mereka membaca, bacakan buku cerita sederhana yang mempunyai banyak gambar dan warna-warna yang cerah, sambil mengajak mereka bermain peran.
Hal-hal diatas selain dapat menstimulasi anak, tentunya akan menjadi kegiatan yang menyenangkan antara orangtua dan anak.
Hal-hal diatas selain dapat menstimulasi anak, tentunya akan menjadi kegiatan yang menyenangkan antara orangtua dan anak.
Bagaimanakah cara mengajarkan bahasa terhadap anak?
Ada hal yang perlu diingat saat kita berkomunikasi dengan bayi, yaitu bahwa bayi bereaksi lebih lambat dari orang dewasa. Maka dari itu, orangtua harus bersabar, dan mempelajari dari berbagai kejadian. Ada dua hal yang terjadi ketika kita mempelajari komunikasi bayi yaitu: Pertama, bayi akan memperoleh pengalaman bahwa seseorang menaruh minat pada perasaannya. Kedua, dengan mendengar dari waktu ke waktu, Anda akhirnya akan dapat mengerti apa yang ingin disampaikan bayi Anda.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar perkembangan komunikasi bayi dapat berjalan dengan baik:
1. Berbicaralah pada bayi sesering mungkin walaupun dia belum bisa menjawab
Bayi membutuhkan pengalaman yang berulang dalam mendengar dan mencoba memahami bahasa kita Dengan seringnya Anda berbicara, maka perlahan-lahan ia akan tahu bahwa ia diajak berkomunikasi. Perhatikan bahwa ketika ia terdiam setelah mengoceh, ia akan menunggu gilirannya kembali untuk ‘berbicara’. Saat ia terdiam, ia akan mendengarkan Anda berbicara, dan begitu seterusnya. Dengan begitu, bukan cuma Anda yang belajar merespons, tapi bayi pun belajar.. Misalnya dengan menyatakan perasaan ibu / ayah . Contoh : Aduh, mama kangen banget deh sama adik. Tadi mama di kantor ingat terus sama adik. Mmmh , mama sayang deh sama adik.
- 2. Dengarkan suara bayi / anak, berikan jawaban atau pujian
- Ketika bayi / anak bersuara atau berbicara (walaupun tidak jelas), segera kita menoleh dan memandang ke arah bayi dan mendengarkan suara bayi / anak seolah-olah kita mengerti maksudnya. Pandang matanya, tirukan suaranya, berikan jawaban atau pujian, seolah-olah bayi mengerti jawaban kita. Contoh : Ta-ta-ta-ta ? Ma-ma-ma-ma ? Kenapa, sayang ? Minta susu ?
3. Merespons tangisan bayi
Bayi juga belajar berkomunikasi lewat tangisannya. Pada tahun pertama bayi, menangis adalah sistem komunikasinya yang paling utama. Bila orangtua merespons tangisannya, bayi akan belajar bahwa ia didengarkan dan bahwa dunia ini adalah tempat yang aman karena kebutuhannya terpenuhi.
4. Bermain sambil berbicara
Ciluk – ba. Ibu mengucapkan ciluuuuuukk (muka ditutup bantal) beberapa detik kemudian bantal ditarik kesamping sambil ibu mengucapkan : baaaaaa !!.
Ciluk – ba. Ibu mengucapkan ciluuuuuukk (muka ditutup bantal) beberapa detik kemudian bantal ditarik kesamping sambil ibu mengucapkan : baaaaaa !!.
- Boneka, dimainkan seolah-olah ia berbicara kepada bayi / anak.
- Menyebutkan nama mainan, nama makanan, anggota badan (tangan, kaki, jari-jari, mulut, mata, telinga, hidung dll.
- 5. Bernyanyi sambil bermain
- Lagu dan cerita sangat penting dalam mempelajari bahasa. Karena sering diulang-ulang, bayi mempunyai kesempatan untuk mempelajarinya dari waktu ke waktu. Lagu yang menyuruh bertepuk tangan akan membuatnya terbiasa mengangkat tangan dan bertepuk bila Anda mulai menyanyikannya. Sedangkan cerita, terutama yang bergambar, juga membuat bayi Anda cepat belajar.
- 6. Membacakan cerita sambil menunjukkan gambar-gambar
- Bacakan cerita singkat dari buku cerita anak yang bergambar. Tunjukkan gambar tokoh-tokoh yang ada dalam cerita (binatang, benda-benda, manusia). Tanyakan kembali apa nama benda tersebut, apa gunanya, siapa nama tokoh. Tunjukkan gambar-gambar di dalam majalah.
7. Banyak berbicara sepanjang jalan ketika bepergian
Tunjuklah benda-benda atau kejadian sambil menyebutkan dengan kata-kata berulang-ulang. Itu layang-layang sedang terbang, itu kakak sedang menyeberang jalan, itu burung sedang terbang, itu pohon ada bunganya, itu boneka pakai kacamata dll.
- 8. Bermain dengan anak lain yang lebih jelas dan lancar berbicaranya
- Ajak bermain dengan anak lain (kakak, tetangga, sepupu) yang sudah lebih jelas berbicaranya, bermain bersama menggunakan boneka, kubus, balok, puzzle, Lego, gambar-gambar, buku bergambar dll.
9. Bertanya pada bayi / anak
Contoh : Adik haus, ya ? Gardi lapar, ya ?. Elta mau susu, lagi ? Ini gambar apa ? Ini boneka apa ? Ini warnanya apa ? Ini namanya siapa ?
10. Komentar terhadap perasaan bayi / anak
Contoh : Kasihan, adik rewel kepanasan, ya ?. Nah sekarang dikipasin ya ? Ooo, kasihan, adik rewel gatal digigit nyamuk, ya ? Jatuh ya ? Sakit , ya ? Sini di obatin !
11. Menyatakan perasaan ibu / ayah
Contoh : Aduh, mama kangen banget deh sama adik. Tadi mama di kantor ingat terus sama adik. Mmmh , mama sayang deh sama adik.
12. Komentar keadaan bayi / anak
Contoh : Aduh pipi Ade tembem ! Wow, Rama matanya besar banget ! Wah, kepala Gardi botak ! Ai, ai, Elta buang air besar lagi !
Komentar perilaku bayi / anak
Contoh : Wah, Rini sudah bisa duduk! Eeee, Tono sudah bisa berdiri ? Ai, ai, Ari sudah bisa duduk ! Wah, adik sudah bisa jalan .
13. Bercerita tentang benda-benda di sekitar bayi / anak
Contoh : Lihat nih. Ini namanya bantal. Warnanya merah muda, ada gambar Winnie the Pooh. Adik tahu nggak Winni the Pooh ? belum tahu ? Winni The Pooh itu beruang yang lucu dan cerdik. Nanti kalau sudah gede pasti tahu deh. Yang ini namanya boneka Teletubies. Warnanya merah. Yang ini warnanya hijau, yang itu ungu. Nih, coba di peluk.
14. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan pada bayi / anak
Contoh : Adik dimandiin dulu, ya ? Pakai air hangat, pakai sabun, biar bersih, biar kumannya hilang, biar kulitnya bagus sepeti bintang film. Sekarang dihandukin biar kering, tidak kedinginan. Sudaaaaah selesai. Sekarang pakai pampers, pakai baju, dibedakin dulu, biar kulitnya halus, wangi.. Nah, selesai. Enak, kan ? Asyik, kan ? Habis ini minum ASI terus tidur, ya ? Mama mau masak, ya
15. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan ibu
Contoh : Mama sekarang mau bikin susu buat adik sebentar , ya ? Nih, susunyal 3 takar , ditambah air 90 cc, terus dikocok-kocok. Kepanasan nggak ? Enggak kok. Nah, siap deh.
16. Dengarkan suara bayi / anak, berikan jawaban atau pujian
Ketika bayi / anak bersuara atau berbicara (walaupun tidak jelas), segera kita menoleh dan memandang ke arah bayi dan mendengarkan suara bayi / anak seolah-olah kita mengerti maksudnya.
Pandang matanya, tirukan suaranya, berikan jawaban atau pujian, seolah-olah bayi mengerti jawaban kita. Contoh : Ta-ta-ta-ta ? Ma-ma-ma-ma ? Kenapa, sayang ? Minta susu ? Mau poop?
17. Menonton TV
Menonton TV bersama anak sambil menyebutkan nama-nama benda, tokoh atau kejadian yang terlihat di TV.
Contoh
Itu mobil, yang itu kapal, itu sepeda. Itu kucing, di sebelahnya ada tikus dan anjing. Kucing melompat, tikus lari, anjing duduk.
Itu mobil, yang itu kapal, itu sepeda. Itu kucing, di sebelahnya ada tikus dan anjing. Kucing melompat, tikus lari, anjing duduk.
Ada beberpa hal yang perlu diingat:
- Jangan memaksa anak berbicara.
- Kalau bayi / anak bersuara (walaupun tidak jelas) berikan jawaban, seolah-olah kita mengerti ucapannya
- Pujilah segera kalau dia berbicara benar.
- Jangan menyalahkan anak kalau ia salah mengucapkannya
- Kalau anak sudah bosan sebaiknya beralih ke kegiatan lain
Latihan – latihan ini selain merangsang berbicara sekaligus merangsang perkembangan emosi, sosial, dan perkembangan kognitif ( kecerdasan).
Berbicaralah kepada bayi / anak sebanyak mungkin dan sesering mungkin, dengan penuh kasih sayang, walaupun ia belum bisa menjawab.
Anak pada dasarnya ingin diperhatikan. Mereka menggunakan gerakan tubuh, ataupun tangisan untuk menarik perhatian orang disekelilingnya, terutama orang tuanya. Bayi memiliki kemampuan memori mengingat suara yang kuat, sehingga dari awal kelahiran sebaiknya memberikan stimulus kata-kata yang baik untuk bayi.
Manusia belajar mengenal bahasa dari mendengarkan, membiasakan diri mendengarkan bahasa yang ada di sekitarnya. Kemudian kata-kata yang sering dia dengar tersebut disimpan dalam memori dan dikeluarkan dengan cara mencoba mengucapkan apa yang mereka dengarkan walaupun terbata-bata. Itulah pentingnya peran orang tua dalam mengenalkan bahasa pada anak sejak dini, bukan sejak umur-umur tertentu.
Mengajarkan bahasa ke anak biasanya dengan cara mengucapkan kata-kata yang mudah dicerna oleh si anak seperti ‘mama’ atau ‘papa’ dan mengatakan banyak hal. Baru pada umur-umur tertentu ketika si bayi sudah bisa mengenal benda dengan baik dan merespon suara/lingkungan sekitar, orang tua mengenalkan nama-nama benda atau kegiatan pada anak.
Mengajarkan bahasa ke anak sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah, huruf vocal dan intonasi yang jelas agar anak dapat cepat merespons kata-kata yang kita ajarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar