Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Kamis, 04 Mei 2017

4 Sosok Berdarah Penjajah yang Justru Cinta Mati Dengan Indonesia


Indonesia benci penjajah itu fakta. Bagaimana tidak, mereka telah merebut semuanya dari tangan kita. Entah itu kekayaan alam, lebih-lebih kebebasan dan juga nyawa para pejuang dulu. Bahkan kebencian itu masih terasa sampai sekarang terutama ketika kita kembali mengingat cerita-cerita para leluhur yang diperkosa, dibunuh, dan dipekerjakan sampai mati demi keuntungan mereka.
Kita membenci mereka sampai-sampai menutupi fakta jika ada beberapa dari mereka yang mengambil sikap berlainan. Ya, ternyata tak semua dari penjajah itu kurang ajar, bengis, dan sebagainya. Ada sebagian dari mereka yang justru sangat mencintai negara ini bahkan melebihi orang Indonesia sendiri. Hal tersebut ditunjukkan melalui sikap baik mereka terhadap leluhur kita dulu. Bahkan sampai ada pula yang ikut memperjuangkan kemerdekaan negara ini.
Alih-alih membenci mereka karena asal bangsanya, kita justru harus menaruh hormat. Pasalnya, ketika kita ada di posisi mereka belum pasti akan melakukan hal yang sama. Nah, siapa sajakah orang-orang hebat ini? Berikut ulasannya.

1. Douwes Dekker, Berdarah Penjajah Tapi Hati Indonesia

Tak ada yang menyangkal kalau Douwes Dekker adalah seorang pria keturunan Belanda. Meskipun begitu, semua orang menghargai jasa-jasa beliau yang amat penting bagi Indonesia. Douwes Dekker memulai kiprahnya dengan melanglang buana sejak muda untuk membenahi apa yang menurutnya tak pantas. Misalnya ikut Perang Boer di Afrika Selatan gara-gara tak terima perlakuan Inggris terhadap para petani, hingga deretan konflik lainnya di tempat yang berbeda-beda.
Douwes Dekker, semangatnya membela Indonesia tak pernah luntur meskipun rintangan besar sering menghadangnya [Image Source]
Douwes Dekker, semangatnya membela Indonesia tak pernah luntur meskipun rintangan besar sering menghadangnya [Image Source]
Merasakan penjara ibarat sarapan pagi untuknya. Bahkan bisa dibilang setengah hidupnya dihabiskan di tempat kumuh tersebut. Ia pernah mendekam di Sri Lanka, Belanda, San Fransisco, London dan Suriname. Ini semua gara-gara Douwes Dekker memang sangat vokal terhadap kesenjangan yang ditunjukkan kaum imperialis ketika itu. Saking beratnya hukuman, ia bahkan pernah buta ketika ditahan di Amsterdam.
Kiprahnya bagi Indonesia sangat penting. Ia adalah anggota Tiga Serangkai kebanggaan Indonesia dengan dua orang karibnya Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara. Ia juga yang melatar belakangi berdirinya Indische Partij. Momen paling mengharukan seorang Douwes Dekker adalah ketika ia bisa menyelundupkan dirinya dari Amsterdam ke Indonesia. Momen itu bertepatan dengan merdekanya negeri ini. Semangat nasionalismenya begitu membuncah padahal darahnya adalah Belanda. 

2. Princen Poncke, Mengkhianati Bangsanya Demi Indonesia

Apa jadinya jika seorang tentara andalan Belanda malah justru berbalik membela bangsa yang dijajahnya untuk kemudian mengusir negaranya sendiri? Terkesan sangat drama, namun hal tersebut benar-benar dilakukan oleh seorang tentara bernama Princen Poncke. Sejak pertama kali menjejakkan kakinya di Indonesia, ia merasa ada sesuatu yang salah dengan apa yang dilakukannya. Sejenak Princen terkenang akan Nazi yang pernah menginjak-injak Belanda.
Princen Poncke, pria Belanda ini membantu tentara Indonesia melawan bangsanya sendiri [image Source]
Princen Poncke, pria Belanda ini membantu tentara Indonesia melawan bangsanya sendiri [image Source]
Batin Poncke pun makin tak terima ketika ia diharuskan melakukan aksi keji kepada penduduk pribumi. Pada puncak kekesalannya, ia pun kabur dari detasemennya untuk kemudian bergabung dengan TNI. Kecintaannya terhadap Indonesia dimulai saat melihat raut wajah para pejuang yang sangat ingin merdeka. Ketika itu ia bersumpah akan membawa negara ini meraih kemerdekaan yang sesungguhnya.
Kiprah Princen berbuah manis. Pertarungan demi pertarungan dimenangkannya bersama pejuang lainnya. Hingga pada akhirnya ia pun menasionalisasi dirinya dengan berpindah kewarganegaraan. Ia bahkan mendapatkan sebuah lencana dari Presiden Soekarno. Setelah lepas masa perjuangan, sosok satu ini masih berjuang kali ini dengan mendirikan banyak LSM yang berkutat pada masalah HAM.

3. Shigeru Ono, Menolak Pulang dan Membantu Indonesia Merdeka

Ketika Perang Dunia II usai, Jepang yang berada di pihak kalah harus segera mengungsikan para pasukannya di negara-negara jajahan, termasuk pula Indonesia. Namun menariknya, ternyata tak semua mau kembali ke Jepang. Beberapa justru ingin menetap dan membantu rakyat memperjuangkan kemerdekaannya. Nah, salah satu dari banyak prajurit Jepang memutuskan untuk tinggal adalah Shigeru Ono.
Sudah sejak lama hatinya tertambat di Indonesia, membuat pria satu ini tak ragu untuk memberikan nyawanya kepada Indonesia [Image Source]
Sudah sejak lama hatinya tertambat di Indonesia, membuat pria satu ini tak ragu untuk memberikan nyawanya kepada Indonesia [Image Source]
Bergabungnya Ono dengan TNI adalah sebuah berkah. Ia merupakan pejuang militan yang tak kenal takut. Bahkan ia sampai kehilangan sebelah tangannya, namun hal tersebut tak menghentikan perjuangannya membela negara ini. Setelah perang usai, Ono pun tetap tinggal di Indonesia dan menikahi wanita pribumi.
Namun, akhir-akhir ini Ono mengungkapkan kekesalannya dengan negara ini. Ya, kasus korupsi yang menggila beberapa waktu belakangan membuat ia muak. Ono bahkan merasa jika perjuangannya sama sekali sia-sia. Meskipun begitu ia tetap berharap banyak. “Indonesia itu maju, lebih kuat, secara internasional, itu harapan,” ungkap Ono ketika ditanya tentang harapannya untuk bangsa ini. 

4. Fukuda, Tentara Lemah Lembut yang Jatuh Cinta Kepada Gadis Pribumi

3,5 tahun di Indonesia mungkin terasa sebentar bagi Jepang, tapi sangat lama bagi kita. Ya, waktu sepanjang ini lebih dari cukup untuk merasakan kekejaman Jepang yang melegenda itu. Namun lagi-lagi, tidak semua orang Jepang yang ada di Indonesia kejam. Beberapa mereka juga sangat menyayangi negeri ini dan apa yang ada di dalamnya.
Tak semua tentara Jepang beringas. Beberapa dari mereka justru sangat lembut [Image Source]
Tak semua tentara Jepang beringas. Beberapa dari mereka justru sangat lembut [Image Source]
Cerita tentang Fukuda, sang tentara Jepang muda mungkin tak banyak yang tahu. Tapi, kisah ini diceritakan turun temurun oleh orang-orang tua di Hokeng, Flores Timur. Dikisahkan, tentara Fukuda ini mencintai seorang gadis pribumi, namun lewat jalan normal tanpa satu pukulan atau bentakan yang dilakukannya. Hal ini tidak normal, karena biasanya tentara Jepang kejam-kejam.
Singkat cerita, cinta Fukuda tak terbalas lantaran si gadis ini ternyata sudah punya suami. Uniknya, Fukuda justru tak marah. Ia malah melepaskan sang dambaan hati sambil tak lupa mengatakan, “silakan jika itu pilihanmu.” Kisah ini seakan membuka tabir kelam kekejaman Jepang yang ternyata tak semuanya seperti apa yang sering kita duga.
Sumber : http://www.boombastis.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar