Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Selasa, 03 Juni 2014

Arsitektur Tradisional Sunda – Filosofi Rumah Sunda

 
 
Filosofi Rumah Sunda, Bagi Masyarakat Sunda rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari dan dinginnya  cuaca dimalam hari. Bangunan yang menjadi tempat tinggalnya itu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik semata, mengingat rumah dalam pengertian mereka memiliki makna yang lebih luas.
Dalam bahasa Sunda, rumah berarti imah, sama artinya dengan ‘Bumi’ jika di kemukakan secara halus. Misalnya, “bumina dimana?’ Maksudnya, rumahnya dimana? Akan tetapi, bumi yang dimaksud juga bisa berarti ‘Dunia’ seperti dalam tatanan tatasurya.
dengan pengertian itu, maka rumah bagi masyarakat sunda dianggap bukan hanya sebaai tempat tinggal, namun merupakan bagian konsep kosmologinya sebagaimana tercermin dalam pola pemetaan kampung, bentuk rumah dan pembagian ruang-ruangnya.. untuk  menjaga keseimbangan dalam hidupnya, mereka berkeyakinan bahwa hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos harus tetap harmonis.
Sebagai cerminan dari konsep tersebut maka, tempat tinggal bagi manusia  yang masih hidup bukanlah di dunia bawah, juga bukan di dunia atas karena Dunia atas adalah langit, karena itu rumah bagi tempat tinggal mereka harus berada dalam dunia tengah. Secara konkret pandangan terhadap konsep tersebut kemudian dituangkan dalam tempat tinggal yang berbentuk rumah panggung.

Jenis atap dan makna Filosofi Rumah sunda


Pada Umumnya Bangunan tradisional sunda di Jawa Barat berbentuk rumah panggung, hampir seluruh bahan bangunannya terbuat dari bahan-bahan lokal yang mudah didapat didaerah setempat, namun seiring dengan perkembangan jaman kini untuk beberapa bagian tertentu terlihat penggunaan bahan seperti Paku, dan kaca untuk daun jendela. Sesuai dengan makna Filosofi Rumah Sunda dan pikukuli leluhurnya, mereka tabu mendirikan bangunan tembok dengan atap genting.
Ciri-ciri bangunan khas arsitektur Sunda
  • Peil ruang dalam selalu lebih tinggi dari halaman
  • Kebanyakan berbentuk rumah Panggung
  • Ada ruang transisi yang berfungsi sebagai teras
  • Inti bangunan terdiri dari satu atu beberapa bentuk simetris
  • Bentuk atap dasar kebanyakan berupa pelana atau limas
  • Banyak di pengaruhi oleh bangunan Jawa
  • Bahan bangunan memanfaatkan bahan alam yang ada di sekitarnya
Dalam arsitektur trasional Sunda, perhatian utama terlihat dari aksen atap yang beragam dengan bentuk yang sangat spesifik, berikut Macam-macam sketsa bentuk atap dalam arsitektur Sunda.
  • Suhunan Jolopong
Bentuk atap ini dikenal juga dengan bentuk atap suhunan panjang atau potongan halteu, bentuk atap ini pada saat sekarang sering disebut atap pelana yang merupakan jenis atap yang paling sederhana, atap ini pada awalnya banyak di pakai untuk saung disawah sebagai tempat istirahat petani.
 Filosofi Rumah Sunda
  • Tagog Anjing
Jenis atap ini dikenal juga dengan Jogo Anjing, bentuk atap ini mempunyai dua bidang yang berbatasan pada garis batang suhunan. Bidang atap yang satu lebih lebar/panjang dibanding bidang atap yang lainnya serta berfungsi sebagai penutup ruangan. Bidang atap yang kecil bukan sebagai penutup ruangan akan tetapi berfungsi sebagai pelindung matahari dan penahan percikan air hujan.

Filosofi Rumah Sunda
  • Badak Heuay
Bentuk atap ini hampir sama dengan bentuk atap Tagog Anjing, hanya saja untuk atap jenis Badak Heuay terlihat atap utamanya lebih menjorok kedepan
Filosofi Rumah Sunda
  • Parahu Kumureb
Bentuk atap ini mempunyai empat buah bidang atap, sepasang bidang atap mempunyai bentuk luas yang sama berbentuk segitiga dan sepasang lagi berbentuk trapesium sama kaki. Letak kedua bentukan tersebut sebelah menyelebah dan di batasi oleh garis bubung/nok. Pertemuan antara kedua bentukan segitiga dan limas disebut jurai luar. Dari bentuk atap secara keseluruhan terlihat seperti perahu tengkurap.
Filosofi Rumah Sunda
  • Julang Ngapak
Arti harafiah dari julang ngapak ini sikap burung yang merentangkan sayap. Bentuk atap ini adalah bentuk yang melebar di kedua sisi, jika di lihat dari sisi samping atap bangunan ini akan terlihat seperti sayap burung julak yang sedang merentangkan sayap. Bentuk atap ini mempunyai empat bidang atap. Sudut atap bagian bawah tidak sama dengan sudut atap yang berada bagian atasnya, sehingga terlihat lebih dinamis dan megah.

Filosofi Rumah Sunda
  • Capit Gunting
Capit gunting, yaitu bentuk bangunan rumah yang atap (suhunan) bagian ujung belakang atas dan depan atas menggunakan kayu atau bambu yang bentuknya menyilang dibagian atasnya seperti gunting.
Filosofi Rumah Sunda
  • Buka Palayu dan Buka Pongpok
Jenis atap ini adalah inovasi dari jenis atap Parahu Kumureb , yaitu penambahan atap utama dengan kanopi pada ruang tambahan atau ruang transisi.
Filosofi Rumah Sunda
Buka Palayu

Filosofi Rumah Sunda
Buka Pongpok

Hal yang menjadi ketentuan bersama bagi masyarakat Sunda, Umumnya dari berbagai jenis atap bangunan rumah-rumah tersebut walaupun terlihat betapapun rapatnya bangunan rumah, bagian ujungnya tidak boleh menutup atap bangunan rumah disebelahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar