Mengenal Lebih Dekat Sosok "Uwa Ajengan"
KH. Choer Affandi lahir pada tahun 1923 M/ 1342 H., di kampung Palumbungan, Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kewedanan Cijulang, Kabupaten Ciamis.
Nama kecil beliau yaitu: Onong Husein, beliau dilahirkan dari Pasangan Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba'I yang masih berketurunan dari Kerajaan Mataram dan ibuda Siti Aminah binti Marhalan yang mempunyai keturunan dari Wali Godog Garut. KH. Choer Affandi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, beliau mempunyai kakak yang bernama Husein (Darajat) dan seorang adik perempuan yang bernama Husnah (Emih).
Dalam keperibadian Onong Husein kecil mengalir darah kebangsawanan, semangat perjuangan ulama dan karakteristik kepemimpinan yang khas, begitu pula dalam bidang disiplin keilmuan beliau memilih mempelajari ilmu-ilmu agama Islam yang berikutnya dijadikannya sebagai landasan didalam perjuangannya dan berinteraksi dengan masyarakat melalui dakwah. Hal tersebut diungkapakan oleh salah seorang tokoh Miftahul Huda KH. Abdul Fatah (Aa) yang juga mendampingi perjalanan beliau.
Sewaktu beliau kecil, ayahnya menjadi begian dari salahsatu yang dipekerjakan oleh penjajahan Belanda, hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi neneknya yang bernama Haesusi terhadap perjalanan cucunya kelak, sehingga setelah beliau menamatkan pendidikan umumnya di HIS tahun 1936 M, maka pada tahun itupula neneknya menempatkan Onong Husein untuk mengaji di Pesantren KH. Abdul Hamid.
Sewaktu beliau berada lingkungan pendidikan Pondok Pesantren, baliau mempelajari berbagai bidang keilmuan Agama Islam. dan beliau membaginya menjadi bebrapa kajian "fan" Keilmuan.
Berbagai "fan" keilmuan yang beliau miliki didapatkan dari berbagai tempat pendidikan (Pesantren) dan beberapa Guru. Berikut beberapa Pesantren yang beliau lalui:
- Tauhid: Pesantren Cipancar Cigugur Pangkalan, LangkapLancar Ciamis, KH. Abdul Hamid
- Fiqih: Pesantren Cikalang Tasikmalaya
- Alat; Kitab-kitab: Ibtida: Sukamanah Singaparna, Tsanawi: Sukamanah- Singaparna - KH. Masluh Legok Ringgit, Ma'hadul 'Aly: Lewisari, Paniis Singaparna.
- Tafsir & Asmaul Husna, Guyung Puyuh Sukabumi dari KH. Ahmad Sanusi
- Suluk/ Falak, Jembatan Lima, Grogol Jakarta Barat dari KH. Tuan Manshur
- Ruhul Jihad: Pesantren Sukahideng Singaparna, Tasikmalaya dari KH. Zaenal Musthofa.
- Faroidh (ilmu waris): Babakan Tipar Sukabumi dari KH. Mahfudz
- Qur'an & Tazwid: Cigeureung Kota Tasikmalaya
Mengemban Perjuangan dan Da'wah
KH. Choer Affandi memiliki julukan khas daerah dari berbagai kalangan masyarakat, yaitu: "Uwa Ajengan" dimana "Ajengan" adalah sebutan Kiyai dalam Bahasa Sunda, sedangkan "Uwa" yang dimaksud adalah pendekatan bagi yang dituakan.
Didalam berdakwah, Uwa Ajengan memperkuat dakwahnya dengan membangun pondasi kebersamaan melalui berbagai ikatan dan lembaga-lembaga kepesantrenan. Hal tersebut menjadi cikal-bakal terbentuknya jaringan dakwah berbasis ikatan alumni Miftahul Huda yang kini terus meluas di tanah air.
Mendirikan Lembaga Kepesantrenan
Salahsatu strategi yang dijalankan dalam berdakwah oleh Uwa Ajengan yaitu dengan membangun berbagai lembaga kepesantrenan, dan Uwa Ajengan sendiri menjadi pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya sampai akhir hayatnya.
Cikal bakal berdirinya pondok pesantren Miftahul Huda sekarang adalah Pondok Pesantren Wanasuka, dimana awalnya KH. Choer Affandi mendirikan sebuah Pondok Pesantren Wanasuka pada tahun [TAHUN] di Cigugur, Ciamis. Seiring kondisi pergerakan dan perjalanan dakwah waktu itu maka KH. Choer Affandi berpindah tempat ke wilayah Tasikmalaya dan sekaligus Wanasuka yang menjadi titik awalnya pembangunan lembaga kepesantrenan mengikuti perjalanan Uwa Ajengan dan di Tasikmalaya Uwa Ajengan mendirikan Pondok Pesantren dengan nama Pesantren Gombongsari di kampung Cisitukaler desa Pasirpanjang Manonjaya Tasikmalaya.
Perkembangan pesantren Gombongsari pun terus meningkat, beberapa santri dari berbagai tempat berdatangan, sehingga lokasi pesantren Gombongsari berbenturan dengan area perluasan, dan Gombongsari pun dipindahkan ke lokasi baru yang sekarang dan sekaligus berganti nama menjadi Miftahul Huda. yang dibangun diatas tanah waqaf dari seorang aghniya berasal dari Manonjaya Tasikmalaya. Kini Miftahul Huda terletak di areal tanah seluas 8 hektar dan terus bertambah seiring perkembangan perluasan pembangunan pesantren.
Catatan: Tulisan belum sepenuhnya di selesaikan dan di ACC pihak keluarga, sampai tulisan ini hilang, dilarang Copy - Paste dan menyebarkan ke berbagai blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar