Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Rabu, 11 Juni 2014

Otto Iskandar Dinata: Si Jalak Harupat Pencetus Pekik “Merdeka”

Oleh: Bung Ucup*


Kita semua tentu tahu kapan negara Indonesia merdeka. Dengan rentetan sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap pemerintah kolonial yang terjadi selama ratusan tahun. Telah lahir begitu banyak pejuang dan tokoh-tokoh perlawanan bangsa. Ir. Soekarno sebagai Presiden pertama yang menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan negara Indonesia dengan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Semua itu telah menjadi pengetahuan yang sudah tidak diragukan lagi, semua bangsa di Indonesia telah tuntas mengetahuinya. “Merdeka!” Sebuah seruan yang tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Sebuah pekik nasional yang awalnya terdiri dari dua kata yaitu “Indonesia Merdeka”, karena dirasa terlalu panjang kemudian diganti menjadi “Merdeka”.

Berkali-kali bung Karno pernah melantunkannya di saat rapat samodra, akan tetapi bukanlah dia pencetus sekaligus pelopor seruan tersebut. Namun Otto Iskandar Dinata lah orang pertama yang menyerukan kata “Indonesia Merdeka”. Tepat pada tanggal 20 Agustus 1945 seruan tersebut diteriakkan dengan suara lantang olehnya di tangga gedung Jawa Hookookai (Perhimpunan Kebaktian Jawa)sekarang gedung Mahakamah Agung .
Otto Iskandar Dinata merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang lahir pada tanggal 31 Maret 1897 di Bojongsoang, kecamatan Dayeuh Kolot, kabupaten Bandung. Dia merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara, merupakan putra dari seorang bangsawan Sunda bernama Nataatmaja. Seorang ayah yang mempunyai pemikiran yang cukup maju dengan disekolahkannya Otto Iskandar Dinata ke Holland Indlasche School (HIS)sekarang sekolah setingkat SD di Bandung.
Pria berwajah gagah garang itu di masa kecilnya merupakan anak yang nakal tetapi memiliki sifat yang sangat jujur. Dia mampu dan berani mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Setelah selesai menamatkan HIS, Otto melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) juga di Bandung. Sekolah yang juga disebut sekolah raja karena tanggal berdirinya bersamaan dengan kelahiran Ratu Wilhelminasalah satu ratu Belanda.
Setelah lulus, Otto melanjutkan pendidikannya di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan sekolahnya, Otto kemudian menjadi guru HIS di Banjarnegara. Kemudian, pada bulan Juli 1920 dia dipindahkan ke Bandung. Disana, Otto mengajar HIS bersusbsidi dan Perkumpulan Perguruan Rakyat.
Kota Bandung menjadi tempat awal Otto mulai aktif di pergerakkan politik yang di awali dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Boedi Oetomo cabang Pekalongan serta merangkap sebagai Komisaris Hoofdbestuur Boedi Oetomo.
Selain aktif di pergerakkan politik, Otto juga salah satu orang yang hobi olahraga, termasuk sepak bola. Hobi yang ditekuninya sampai dewasa. Hal ini terbukti ketika dia pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (Persib).
Pada tahun 1928, Otto masuk ke dalam sebuah organisasi bernama Pagoeyoeban Pasoendan cabang Jakarta dan langsung menjadi Sekretaris Pengurus Besar Organisasi, waktu itu Otto pindah ke Jakarta dan menjadi guru HIS Muhammadiyah. Pada Desember 1929 Otto terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Pagoeyoeban Pasoendan sampai pada tahun 1945.
Pada masa kepemimpinannya, Pagoeyoeban Pasoendan mengalami kemajuan pesat di bidang politik, ekonomi, sosial, pers, dan pendidikan. Berawal dari gerakan kebudayaan, Pagoeyoeban Pasoendan kemudian menyelami juga pergerakan politik. Pagoeyoeban Pasoendan menitikberatkan perjuangannya di Volksraad (Dewan Rakyat), Otto menjadi anggota Volksraad sebagai perwakilan dari Pagoeyoeban Pasundan pada tanggal 15 Juni 1931 dan tercatat sebagai anggota Volksraad yang vokal pada tahun 1931-1934. Terbukti dengan beberapa pidatonya yang fenomenal. Seperti yang satu ini:
Saya kira, Tuan ketua tak usah diberi petunjuk lagi tentang keadaan alam yang penuh dengan contoh-contoh yang memperlihatkan bahwa hasrat untuk bebas itu sudah menjadi sifat. Cobalah lihat, hewan bia rpun diikat atau dikurung, tetapi mereka tetap mencoba akan melepaskan diri. Sejarah tiap negara cukup memberi pelajaran bahwa setiap bangsa yang dijajah mengorbankan segala sesuatu untuk meningkatkan derajat bangsa dan tanah airnya yang dalam keadaan dihina.”
Pidato diatas diucapkan seorang Otto Iskandar Dinata dalam suatu sidangVolksraad. Otto dikenal sebagai seseorang yang berani dan non kooperatif terhadap penjajahan. Keberanian dan kejujuran selalu mewarnai ucapan-ucapan dan pidato-pidatonya. Sehingga dia dijuluki “Si Jalak Harupat” yang dalam perumpamaan Sunda mengandung arti lincah dan tajam lidahnya seperti burung Jalak.
Tahun 1945, Otto Iskandar Dinata menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan duduk pada PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Otto Iskandar Dinata juga ikut merancang UUD 1945. Dalam sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945, Otto mengusulkan agar Soekarno dipilih menjadi Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden, kemudian semua anggota sidang menyetujui usulan tersebut secara aklamasipersetujuan secara lisan dari semua peserta rapat sehingga tidak memerlukan pemungutan suara lagi.
Pasca Indonesia merdeka, Otto Iskandar Dinata diangkat menjadi Menteri Keamanan Negara yang pertama. Dalam kedudukan tersebut dia menghilang penuh misteri pada akhir tahun 1945 hingga 1959 ketika terungkap bahwa ia dibunuh oleh seorang Polisi bernama Mujitaba di pantai Mauk, Tangerang.
Berdasarkan cerita putranya Mayjend (Purn) Sentot Iskandar Dinata: “Makam almarhum Pak Otto Iskandar Dinata sampai sekarang belum ditemukan”. Secara simbolis, segenggam tanah yang menurut keterangan beberapa saksi di Mauk, dari sekitar tempat dimana terjadi pembunuhan kejam tersebut diatas, telah dibawa oleh keluarga almarhum dan kemudian ditanam di Lembang, sebelah utara kota Bandung. Yang selanjutnya disebut sebagai taman makam pahlawan.
Kemudian pada tanggal 6 November 1973, dengan keluarnya keppres No.088/TK/1973 yang menyatakn bahwa Otto Iskandar Dinata ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah RI. Otto Iskandar Dinata, seorang pahlawan yang tidak asing dalam kehidupan kita karena hampir setiap hari kita melihat gambarnya yang diabadikan pada uang pecahan dua puluh ribuan.
Seorang pelopor pekik nasional “Merdeka” dengan semangat, kejujuran dan keberaniannya dalam berbicara serta mengatakan kebenaran telah menjadikannya sebagai inspirator bagi kita semua sebagai generasi bangsa yang harus mampu mengatakan kebenaran dengan keberanian. Salam Kebebasan Berpikir.
Sumber : sejarawanmuda.wordpress.com, kaskus.us, balaibahasajambi.org, luckymulyadisejarah.wordpress.com, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
*Nurul Mausuf-Matematika ITS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar