Kembang sungsang dinang kunang Kotak kurawis wayang Lindu nira bumi bengkah Adam adam babu hawa Siskang danur wilis Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya Anwas anwar ngagelaraken Malih kang danur citra Nurcahya nursari nurjati Dangiang wayang wayanganipun Semar sana ya danar guling Basa sem pangangken-angken Mareng ngemaraken Dat Kang Maha Tunggal Wayang agung wineja wayang tunggal Wayang tunggal

Kamis, 13 Juni 2013

Marxisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
          Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2]
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.[1]Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme.[3] Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3]Latar belakang
Pengaruh Marxisme

Salah satu alasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masi telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5]
Anak Hegel
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel.[5] Ada baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme:[5]
·         Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.[5]
·         Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.[5]
·         Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.[5]
·         Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.[3][5]
·         Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.[5]
·         Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.[5]
·         Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung samapi tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.[5]
·         Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka.[5] Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.[5]
·         Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan pemenuhan diri.[5]
·         Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal.[5] Akan tetapi, merupakan sebuah masayrakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.[5]
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks bisa berubah menjadi suatu kualitas baru.[3]
Ilmu ekonomi sebagai dasar
Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang bisa menghasilkanpangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan dasar.[5] Tidak ada yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan cara itu.[5]Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas sosial, bukan lagi aktivitas individu.[5]
Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang ditentukan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri untuk penghidupanku menentukan sebagian besar hal pokok dalam cara hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan."[5] Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya kepentingan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kepentinganku.[5]
Dengan cara pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di antara kelas-kelas itu.[5]
Referensi
1.     ^ a b c d e f Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575
2.     ^ a b c Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm. 465-467.
3.     ^ a b c d e f g h P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 111-117.
4.     ^ a b Daniel L. Pals. 1996. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam. Hlm. 207-264.

5.     ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 164-171.
Sejarah Marxisme di Indonesia

 
1920




1921
Oktober



1922
12 November

1925
Januari

April

1926
Januari
Semangat Muda, Tan Malaka


Aksi Massa, Tan Malaka

1943

Madilog, Tan Malaka

1945
24 November
Politik, Tan Malaka

28 November

2 Desember
Muslihat, Tan Malaka


Manifesto Jakarta, Tan Malaka

1946
4-5 Januari


10 Juni
Thesis, Tan Malaka

1947
April
Analisis, Alimin
1948
16 April

6 Mei

17 Mei

31 Juli

17 Agustus

Agustus

7 November
Uraian Mendadak, Tan Malaka

16 Desember


Pandangan Hidup, Tan Malaka




Sambutan Murba , Tan Malaka


Hukum Revolusi, Tan Malaka






1950
25 Juni
Partai Tipe Baru, Sekretariat CC PKI
1951
Januari

Menara Buruh, Ibnu Parna
1952
1 Maret

1953
16 Desember
1954
16-20 Maret
Maret
8-10 November

1956
Juli
Bersatu untuk Menyelesaikan Tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus 1945, D.N. Aidit (dan bahan-bahan lain dari sidang pleno ke-IV CC PKI yang diperluas)
1957
11 Februari



1958

Apa Partai Komunis Itu, Depagitprop CC PKI



1960

Pokok-pokok Ajaran Tan Malaka (Murbaisme), Biro Pendidikan Partai Murba

7-14 September
Scan PDF Jilid 2
1962
25-30 April



1963
28 Maret

11 Mei

3 Juni
Selamatkan Dekon, Politbiro CC PKI

6 Juni

17 Juni

29 Juni
16 Juli
PKI dan ALRI, D.N. Aidit

2 September

4 September

11 September

25 September

23-25 Des
23-26 Des

Dekon Dalam Ujian, D.N. Aidit (BROSUR)

Kobarkan Tinggi Panji Revolusi, D.N. Aidit (BROSUR)
1964
24 Maret
1 Juli

8 Juli
1 Agustus
27 Agustus

28 Agustus

1 September



Tentang Sastra dan Seni, D.N. Aidit (BROSUR)
1965

Kepada Partai, Kumpulan Sajak, Yayasan Pembaruan

1967
21 Juli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar