Mengenal Komando Pasukan Katak TNI AL.
"Kopaska tidak takut salah, tidak takut kalah, tidak takut jatuh, tidak takut mati. Takut mati, mati saja".
Komando Pasukan Katak disingkat KOPASKA adalah pasukan khusus dari TNI Angkatan Laut. Semboyan dari korps ini adalah "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "tak ada rintangan yang tak dapat diatasi". Jika tidak sedang ditugaskan dalam suatu operasi, tim tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Bapak dari Kopaska adalah Kapten Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan laut Surabaya. Tugas utama dari pasukan ini adalah peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia kekapal lawan dan sabotase pangkalan musuh, torpedo berjiwa (kamikaze), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut/maritime counter terorism .
Kopaska memang lahir dari gagasan Kapt Dch Iskak, barangkali gagasan ini di ilhami dari episode-episode para ksatria laut PD-II baik dari sekutu maupun lawannya. Mungkin saja dari keberhasilan Pasukan Katak Italia dengan torpedo Chariot berhasil menenggelamkan kapal sekutu, disusul kemudian pembentukan pasukan serupa oleh Inggris, Jepang maupun Jerman sendiri. Namun demikian bagaimana cara membentuk pasukan inilah yang menjadi masalah bagi Kapt Dch iskak, bila perkiraan di atas benar kemungkinan besar bahwa orientasi tugas frogman cetakan Kapt Dch Iskak ini adalah pada sabotase-sabotase objek di laut maupun pendukungnya, yang saat ini merupakan bagian dari kegiatan peperangn khusus.
Pengiriman 2 kali ke UDT RTC memberikan bentuk yang lebih baik bagi Kopaska walaupun orientasi tugasnya sedikit berbeda, yaitu peran dalam operasi amfibi. Sesuai referensi yang ada disebutkan bahwa UDT adalah sebagai pengumpul data hidrografi, pembersihan pantai pendaratan dan pandu gelombang. Dalam persiapan pembentukan Kopaska Letkol OP Koesno membawa oleh-oleh dari Eropa berupa orientasi Kopaska yang diarahkan kepada perannya dalam peperangan laut khusus.
Seal sendiri bagi Kopaska hanya sebatas inspirasi, bila dianggap sebagai sumber inspirasi maka jawabannya “Benar”. Kembali dari sejarah membuktikan secara langsung Kopaska dalam pendidikan UDT RTC maupun MTT UDT/SEAL, sedangkan Pasukan Katak negara-negara lain secara sederhana lebih enak dikatakan sebagai silahturahmi
Kopaska seperti yang kita lihat di pengaruhi juga oleh UDT/SEAL USN (Mobile Training Team, UDT/Sea Air and Land US Navy) pada tahun 1979, di tindak lanjuti kemudian dengan latma (latihan bersama) UDT/SEAL maupun EOD (Explosive Ordnance Disposal). Namun karena Kopaska merupakan bagian dari system senjata TNI AL maka Kopaska juga sering terlibat dalam latma TNI AL dan angkatan laut negara lain, antara lain dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Australia dan lain-lain.
Sedangkan di dalam negeri, pasukan ini kerap berlatih bersama dengan Kopassus TNI AD, Kopaskhas TNI AU, dan Densus 88 dalam rangka penanggulangan teror.
Tugas "Manusia Katak".
Kopaska memang lahir dari gagasan Kapt Dch Iskak, barangkali gagasan ini di ilhami dari episode-episode para ksatria laut PD-II baik dari sekutu maupun lawannya. Mungkin saja dari keberhasilan Pasukan Katak Italia dengan torpedo Chariot berhasil menenggelamkan kapal sekutu, disusul kemudian pembentukan pasukan serupa oleh Inggris, Jepang maupun Jerman sendiri. Namun demikian bagaimana cara membentuk pasukan inilah yang menjadi masalah bagi Kapt Dch iskak, bila perkiraan di atas benar kemungkinan besar bahwa orientasi tugas frogman cetakan Kapt Dch Iskak ini adalah pada sabotase-sabotase objek di laut maupun pendukungnya, yang saat ini merupakan bagian dari kegiatan peperangn khusus.
Pengiriman 2 kali ke UDT RTC memberikan bentuk yang lebih baik bagi Kopaska walaupun orientasi tugasnya sedikit berbeda, yaitu peran dalam operasi amfibi. Sesuai referensi yang ada disebutkan bahwa UDT adalah sebagai pengumpul data hidrografi, pembersihan pantai pendaratan dan pandu gelombang. Dalam persiapan pembentukan Kopaska Letkol OP Koesno membawa oleh-oleh dari Eropa berupa orientasi Kopaska yang diarahkan kepada perannya dalam peperangan laut khusus.
Hingga saat ini masih terus rutin dilaksanakan Latma dengan US NAVY dengan sandi “Flash Iron” dua kali dalam setahun, Kopaska mendapatkan bekal tambahan berupa ketrampilan dan kemampuan dalam melaksanakan operasi-operasi dilaut, anti terror dan penugasan lainnya. Beberapa anggota Kopaska juga mengenakan brevet Navy Seal.
Dari seluruh pengaruh tersebut kemudian Pimpinan TNI AL merumuskan “Tugas Pokok” Kopaska seperti saat ini. Namun dapatkah dikatakan bahwa Kopaska indentik dengan Navy Seal?. Dapat dijawab “tidak” karena beberapa sebab:
- pertama karena menurut sejarah Kopaska tidak dirancang bertugas seperti Seal,
- kedua kebijakan politik Indonesia berbeda dengan AS, seluruh kepentingan AS baik didalam maupun di luar negeri sangan potensial sebagai sasaran teroris, sedangkan Indonesia secara legal tidak mengenal terorisme, dengan demikian Seal bukan saja mampu dalam penanganan anti terror namun di tugaskan dalam bidang ini,
- ketiga pengamanan operasi TNI secara terbatas di bandingkan dengan militer AS, hingga wajar bila SEAL berpengalaman melaksanakan operasi darat seperti di delta sungai Mekong, Vietnam maupun di Incheon, Korsel.
Kopaska seperti yang kita lihat di pengaruhi juga oleh UDT/SEAL USN (Mobile Training Team, UDT/Sea Air and Land US Navy) pada tahun 1979, di tindak lanjuti kemudian dengan latma (latihan bersama) UDT/SEAL maupun EOD (Explosive Ordnance Disposal). Namun karena Kopaska merupakan bagian dari system senjata TNI AL maka Kopaska juga sering terlibat dalam latma TNI AL dan angkatan laut negara lain, antara lain dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Australia dan lain-lain.
Sedangkan di dalam negeri, pasukan ini kerap berlatih bersama dengan Kopassus TNI AD, Kopaskhas TNI AU, dan Densus 88 dalam rangka penanggulangan teror.
Tugas "Manusia Katak".
- Tugas dalam Operasi Amphibi
- Beach Recconaisance
- Post Reconnaisance
- Beach Clearing
- SUROB (Surf Observation)
- Operasi Khusus
- Sabotase / Anti Sabotase (Teror)
- Clandestein
- Combat SAR
- Mine Clearance Ops
- Send and Pick up agent
- Operasi Tambahan
- PAM VIP VVIP & Vital Obj
- Underwater Survey
- SAR
- Underwater Salvage
- Factual Information Gathering
Sejarah.
Seorang perwira mempunyai gagasan untuk membentuk satuan frogmen dalam jajaran TNI AL. Kapten (Jas) Dch Iskak yang menjabat sebagai Kepala Dinas Duril, dengan dukungan dari Dinas Ranjau memberanikan diri membentuk pasukan katak (frogman unit). Direkrutlah 12 orang dan yang berhasil lulus hanya 4 orang. Kapten Iskak tidak sendirian dalam membentuk pasukan ini, di belakang beliau ada seorang penyelidik misi militer dari Belanda. Hasil dari pembentukan frogmen unit ini masih jauh dari harapan maka pada tahun 1957 ALRI mengirim seorang perwira Letnan Hidayat ke US NAVY dalam program UDT (Uderwater Demolition Team) Reserve Training Course di Amerika, dan hasilnya memuaskan. Semenjak itu TNI AL mulai membangun pondasi bagi pasukan yang di cita-citakan.
Letnan Hidayat kemudian meneruskan program frogman tersebut di tanah air dengan merekrut 50 orang dari anggota ALRI sendiri, namun belum dapat di ketahui berapa orang yang dapat lulus dari program hellweek tersebut. Dari pengalaman program frogmen yang kedua ini disadarai bahwa tenaga istruktur masih belum mampu untuk melaksanakan rekruitmen dengan baik, sehingga 2 Perwira dan 1 Bintara di kirim kembali ke AS, namun hanya 1 Perwira dan 1 Bintara saja yang berhasil menyeselesaikan kursus UDT di AS. Tahun 1958 Indonesia ibarat remaja berjerawat yang sedang mencari identitas diri, mengalami berbagai pemberontakan, salah satu jerawatnya adalah pemberontakan PRRI/PERMESTA Penumpasan ini didalamnya melibatkan operasi amfibi di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat. Kapal-kapal perang RI mengalami kesulitan masuk ke daerah perawan ini, karena banyak rintangan laut yang tidak di ketahui dan informasi daerah operasi yang terbatas. Beruntunglah ada seorang ABK yang berkualifikasi selam scuba, maka selesailah masalah tersebut.
Sewaktu Indonesia menyiapkan diri untuk melaksanakan operasi mandala untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. “Bisul telah meletus”, 19 Desember 1961. TRIKORA di kumandangkan oleh Presiden Soekarno, diantisipasi oleh TNI dengan menggelar Operasi Mandala, operasi ini akan melaksanakan operasi amfibi menggunakan 100 kapal perang dan mendaratkan 150.000 personel, dengan melihat begitu besarnya unsure yang dilibatkan maka kebutuhan akan Pasukan katak sangat di perlukan. Menteri/Kasal waktu itu mengistruksikan persiapan pembentukan pasukan katak. Tindakan yang pertama dilaksanakan adalah menyiapkan grup instruktur yang akan melatih 100 Bintara dan Tantama ditambah 15 Perwira dari RPKAD (kopassus) dan sukarelawan. Pelatihan instruktur ini berlangsung dari bulan Januari hingga April 1962, selain itu ALRI juga mengirim salah satu perwiranya ke Eropa guna mempelajari seluk beluk Pasukan Katak di Eropa.
Pada tanggal 31 Maret 1962 sesuai dengan Kepmen/Kasal no 5401.13 Kopaska ALRI telah di tetapkan, dengan komandan pertamanya Ltk. Op. Koesno. Kurang lebih sebulan kemudian 15 orang instruktur telah tersedia. Pada tanggal 15 Mei, seolah-olah tidak memberikan waktu untuk beristirahat kepada para instruktur baru ini Men/Kasal memerintahkan Kopaska untuk melatih cikal bakalnya frogmen ALRI ke Batujajar yang merupakan Pusat pelatihan komando RPKAD. Masih dalam tahun 1962 Indonesia menerima berbagai bantuan senjata dan pelatihan dari Uni Soviet (Rusia). Diantara peralatan selam dan demolisi, demi kepentingan ini maka 6 Instruktur dikirim ke Rusia.
Dalam Operasi Militer merebut Irian Barat dari tangan Belanda itu, Kopaska mendapat tugas khusus :
Aneh tapinya, Kopaska sebagai satuan tempur telah mencetak Paska RPKAD. Rupanya keanehan ini tidak hanya di tertawakan saja oleh para senior Kopaska akan tetapi tertawanya berhenti setelah di bentuk lembaga pelatihan sendiri yang kemudian di sebut SEPASKAL (Sekolah pasukan Katak Angkatan Laut) pada bulan Januari 1963.
Para pasukan katak ini kemudian dikirim ke Riau untuk melaksanakan penugasan-penugasan yang berkaitan dengan intelejen. Pada tahun 1964-65 Pamor kopaska semakin baik, sehingga permintaan untuk tenaga pelatihan datang bertubi-tubi, diantaranya melatih para Bintara Dinas Intelejen ABRI, menyiapkan Paskowan (Pasukan Komando Sukarelawan 1) yang didalamnya juga terdapat anggota Kopaska, Paskowan-2, Cakrabirawa yang terdiri dari 1 peleton Kipam marinir dan 1 kompi Cakrabirawa.
Berbekal mencetak Paskal RPKAD dan memfaatkan hubungan professional yang telah terbina Kopaska memanfaatkan SKAD (Sekolah Komando Angkatan Darat) Batujajar sebagai pihak yang mengisi kemampuan komando hutan. Untuk problem-problem laut dan demolisi dilaksanakan dengan kerjasama erat dengan Komando jenis Kapal Selam (SETAKSEL). Betapa beratnya latihan ini, dapat digambarkan dari 50 Chantoka hanya disisakan 24 orang saja untuk ALRI.
Letnan Hidayat kemudian meneruskan program frogman tersebut di tanah air dengan merekrut 50 orang dari anggota ALRI sendiri, namun belum dapat di ketahui berapa orang yang dapat lulus dari program hellweek tersebut. Dari pengalaman program frogmen yang kedua ini disadarai bahwa tenaga istruktur masih belum mampu untuk melaksanakan rekruitmen dengan baik, sehingga 2 Perwira dan 1 Bintara di kirim kembali ke AS, namun hanya 1 Perwira dan 1 Bintara saja yang berhasil menyeselesaikan kursus UDT di AS. Tahun 1958 Indonesia ibarat remaja berjerawat yang sedang mencari identitas diri, mengalami berbagai pemberontakan, salah satu jerawatnya adalah pemberontakan PRRI/PERMESTA Penumpasan ini didalamnya melibatkan operasi amfibi di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat. Kapal-kapal perang RI mengalami kesulitan masuk ke daerah perawan ini, karena banyak rintangan laut yang tidak di ketahui dan informasi daerah operasi yang terbatas. Beruntunglah ada seorang ABK yang berkualifikasi selam scuba, maka selesailah masalah tersebut.
Sewaktu Indonesia menyiapkan diri untuk melaksanakan operasi mandala untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. “Bisul telah meletus”, 19 Desember 1961. TRIKORA di kumandangkan oleh Presiden Soekarno, diantisipasi oleh TNI dengan menggelar Operasi Mandala, operasi ini akan melaksanakan operasi amfibi menggunakan 100 kapal perang dan mendaratkan 150.000 personel, dengan melihat begitu besarnya unsure yang dilibatkan maka kebutuhan akan Pasukan katak sangat di perlukan. Menteri/Kasal waktu itu mengistruksikan persiapan pembentukan pasukan katak. Tindakan yang pertama dilaksanakan adalah menyiapkan grup instruktur yang akan melatih 100 Bintara dan Tantama ditambah 15 Perwira dari RPKAD (kopassus) dan sukarelawan. Pelatihan instruktur ini berlangsung dari bulan Januari hingga April 1962, selain itu ALRI juga mengirim salah satu perwiranya ke Eropa guna mempelajari seluk beluk Pasukan Katak di Eropa.
Pada tanggal 31 Maret 1962 sesuai dengan Kepmen/Kasal no 5401.13 Kopaska ALRI telah di tetapkan, dengan komandan pertamanya Ltk. Op. Koesno. Kurang lebih sebulan kemudian 15 orang instruktur telah tersedia. Pada tanggal 15 Mei, seolah-olah tidak memberikan waktu untuk beristirahat kepada para instruktur baru ini Men/Kasal memerintahkan Kopaska untuk melatih cikal bakalnya frogmen ALRI ke Batujajar yang merupakan Pusat pelatihan komando RPKAD. Masih dalam tahun 1962 Indonesia menerima berbagai bantuan senjata dan pelatihan dari Uni Soviet (Rusia). Diantara peralatan selam dan demolisi, demi kepentingan ini maka 6 Instruktur dikirim ke Rusia.
Dalam Operasi Militer merebut Irian Barat dari tangan Belanda itu, Kopaska mendapat tugas khusus :
- Pertama, melaksanakan intai pantai Biak (combat reconnai-sance) dan pada hari-H, melaksanakan penghancuran halang rintang alam maupun buatan (Belanda) di pantai pendaratan.
- Kedua, melaksanakan serangan komando (commando raid) terhadap sasaran-sasaran di laut dan di pantai pendaratan, termasuk melaksanakan pen-culikan Laksamana Reeser, Panglima Tentara Belanda di Irian Barat.
- Ketiga, melaksanakan penghancuran Kapal Induk HMS Karel Doorman dengan serangan Human Torpedo.
Kapal inilah yang awalnya akan di hancurkan oleh Kopaska TNI AL , melalui torpedo berjiwa atau di jepang terkenal dengan istilah pasukan kamikaze, dimana saat torpedo tersebut meledak maka si prajurit pun juga akan meninggal. namun karena Konflik Irian barat tdk jadi maka misi tersebut di batalkan.
Aneh tapinya, Kopaska sebagai satuan tempur telah mencetak Paska RPKAD. Rupanya keanehan ini tidak hanya di tertawakan saja oleh para senior Kopaska akan tetapi tertawanya berhenti setelah di bentuk lembaga pelatihan sendiri yang kemudian di sebut SEPASKAL (Sekolah pasukan Katak Angkatan Laut) pada bulan Januari 1963.
Para pasukan katak ini kemudian dikirim ke Riau untuk melaksanakan penugasan-penugasan yang berkaitan dengan intelejen. Pada tahun 1964-65 Pamor kopaska semakin baik, sehingga permintaan untuk tenaga pelatihan datang bertubi-tubi, diantaranya melatih para Bintara Dinas Intelejen ABRI, menyiapkan Paskowan (Pasukan Komando Sukarelawan 1) yang didalamnya juga terdapat anggota Kopaska, Paskowan-2, Cakrabirawa yang terdiri dari 1 peleton Kipam marinir dan 1 kompi Cakrabirawa.
Berbekal mencetak Paskal RPKAD dan memfaatkan hubungan professional yang telah terbina Kopaska memanfaatkan SKAD (Sekolah Komando Angkatan Darat) Batujajar sebagai pihak yang mengisi kemampuan komando hutan. Untuk problem-problem laut dan demolisi dilaksanakan dengan kerjasama erat dengan Komando jenis Kapal Selam (SETAKSEL). Betapa beratnya latihan ini, dapat digambarkan dari 50 Chantoka hanya disisakan 24 orang saja untuk ALRI.
KOPASKA dan Bung Karno.
Banyak cerita menarik soal Kopaska. Salah satunya cerita Kopaska dan Presiden Soekarno.
Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.
Tahun 1960, TNI AL yang kala itu bernama ALRI menggelar peringatan hari Armada. Presiden Soekarno menjadi inspektur upacara dan berdiri di podium Dermaga Ujung Surabaya.
Saat itulah Letnan Laut Joko Suyatno dan Sersan Emil Joseph unjuk kebolehan. Keduanya merupakan personel ALRI yang telah mendapat pelatihan di Underwater Demolition Team di Amerika Serikat.
Letnan Joko dan Sersan Emil keluar dari kapal selam kelas Whiskey RI Tjakra di kedalaman sebelas meter. Mereka muncul sejenak dengan peralatan selam lengkap ke permukaan.
Beberapa saat kemudian ledakan dahsyat terdengar. Markas ALRI sampai berguncang saking kerasnya ledakan.
Ledakan itu tak dirancang untuk menghancurkan, sekadar menunjukkan kemampuan pasukan katak. Walau begitu lumpur dermaga sampai muncrat tinggi ke angkasa.
Setelah ledakan, muncul Joko dan Emil dari kolong dermaga. Rupanya mereka berdua adalah pelaku demo peledakan yang menggetarkan itu.
Joko dan Emil yang mengenakan perangkat SCUBA dan tubuh penuh lumpur mendekati Soekarno di podium. Semua hadirin terkagum-kagum melihat aksi pasukan komando tersebut.
Bung Karno yang mengenakan pakaian kebesaran putih-putih tak risau disalami dua prajurit yang tangannya masih belepotan lumpur itu. Beliau malah tersenyum bangga.
Dengan kagum, Soekarno menepuk pundak kedua anggota pasukan katak itu.
"Angkatan Lautku lengkap sudah," mungkin itu yang ada di pikiran Soekarno saat itu.
Aksi itu pula yang membuat Soekarno mantap memerintahkan ALRI membentuk Komando Pasukan Katak. Dua tahun kemudian, 31 Maret 1962, pasukan elite ini dibentuk.
Saat itu suasana di tanah air sedang tegang. Indonesia terlibat konfrontasi dengan Belanda dalam perebutan Irian Barat.
Kopaska pun berdiri dengan motto Tan Hana Wighna Tan Sirna. Tak ada rintangan yang tak bisa dilewati.
Kopaska Saat Ini.
Saat ini Kopaska terdiri atas dua grup, yakni wilayah Barat dan Timur. Satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya.Koordinasi terhadap dua grup Kopaska dipegang Komando Armada RI masing-masing wilayah.
- Satuan Komando Pasukan Katak Armada Barat (Satkopaska Armabar)
- Detasemen 1 Sabotase / anti-Sabotase (Teror)
- Detasemen 2 Operasi Khusus
- Detasemen 3 Combat SAR
- Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut / Mine clearence
- Detasemen 5 Underwater Demolition
- Detasemen 6 Special Boat Units
- Satuan Komando Pasukan Katak Armada Timur (Satkopaska Armatim)
- Detasemen 1 Sabotase / anti-Sabotase (Teror)
- Detasemen 2 Operasi Khusus
- Detasemen 3 Combat SAR
- Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut / Mine clearence
- Detasemen 5 Underwater Demolition
- Detasemen 6 Special Boat Units
Masing-masing grup dipimpin oleh kolonel yang membawahi enam detasemen, yakni :
- Detasemen 1 Sabotase/Anti-Sabotase (Teror),
- Detasemen 2 Operasi Khusus,
- Detasemen 3 Combat SAR,
- Detaseme 4 EOD dan Ranjau Laut,
- Detasemen 5 Underwater Demolition, dan
- Detasemen 6 Special Boat Units.
Operasi pasukan elite ini adalah:
- Operasi Amphibi : Beach Reconnaissance, Post Reconnaissance, Beach Clearing, dan Surob (Surf Observation).
- Operasi Khusus : Sabotase / Anti-Sabotase (teror), Clandestine, Combat SAR, Mine Clearance, dan Send and Pick-Up Agent.
- Operasi Tambahan : PAM VIP VVIP & Vital Object, Underwater Survey, SAR, Underwater Salvage, dan Factual Information Gathering.
Perekrutan Anggota.
Lama pendidikan.
10 Bulan.
Tempat pendidikan.
Di Sekolah Pasukan Katak TNI AL (SEPASKAL) / Komando Pendidikan Operasi Laut - KODIKOPSLA / Komando Pengembangan Pendidikan TNI AL - KOBANGDIKAL) Ujung Surabaya. Sebelumnya adalah di Sekolah Penyelaman TNI AL (SESELAM) PUSDIKOPSLA KODIKAL Surabaya).
Dalam acara Kelulusan 15 pasukan KOPASKA, melalui sambutan yang dibacakan oleh Wakil Komandan Kobangdikal, Brigjen TNI (Mar) Halim A Hermanto yang sekaligus menutup pendidikan tersebut Laksda TNI Edhi Nuswantoro mengemukakan, prajurit baret merah itu mengikuti pendidikan Kopaska selama tiga bulan.
"Tujuannya untuk membentuk prajurit TNI berkualifikasi pasukan katak yang memiliki sikap, kecakapan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas khusus aspek laut, yang mencakup operasi intelijen maritim, penyusupan dan penghancuran sasaran melalui laut," katanya.
"Peran itu bisa dijalankan, khususnya untuk mendukung operasi amfibi dan peperangan khusus bawah air. Karena itu, pasukan katak diharapkan mampu mendekati sasaran operasi baik melalui laut, darat, maupun udara," katanya menjelaskan.
Menurut dia, sebagai pasukan khusus TNI AD, pengetahuan dan ketrampilan Kopaska merupakan tuntutan utama dalam mendukung tugas-tugas Kopassus di medan pertempuran.
"Untuk itu, dibutuhkan latihan yang terencana, teratur dengan baik dan sangat berat dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Karenanya kalian dilatih keras tanpa mengenal waktu siang maupun malam, hujan maupun panas dengan harapan kalian mampu menerapkan ilmu di lapangan tugas nanti," katanya menegaskan.
Dihadapkan pada perkembangan teknologi yang berdampak pada meningkatnya intensitas dan kualitas ancaman pada NKRI, katanya, maka peningkatan kualitas personel TNI menjadi kebutuhan yang mendesak.
Sementara Wadanjen Kopasus, mengucapkan terima kasih pada Kobangdikal yang telah mendidik prajuritnya untuk memiliki kualifikasi sebgai pasukan katak.
"Ke 15 parjurit kopasus ini merupakan angkatan 12 dari Kopassus yang dididik di Sepaska Kobangdikal. TNI AD dalam hal ini Kopassus, setiap tahunnya akan selalu mengirim prajurit untuk memperdalam kealihan di bebagai aspek," katanya.
Menurut dia, saat Kopassus telah memiliki 200 prajurit yang memiliki kualifikasi Paska. Di masa mendatang, pertukaran pendidikan bagi pasukan khusus merupakan sarana untuk meningkatkan dan melengkapi kemampuan para prajurit.
Materi Pendidikan.
Jumlah personel.
Nil - untuk jumlah tidak pernah di ekspos karena pasukan ini mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam materi personel.
Operasi-operasi yang pernah dilaksanakan.
- Anggota TNI AL (kecuali Korps Marinir)
- Berdinas minimum 2 thn di KRI/Kapal Perang RI/lanal/lantamal/mabesal/kolinlamil/armada RI.
- Lulus Kesamaptaan/kemampuan jasmani
- Lulus Tes Ketahanan Air
- Lulus Psikotest khusus
- Lulus Kesehatan khusus bawah air
- Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun
Lama pendidikan.
10 Bulan.
Tempat pendidikan.
Dalam acara Kelulusan 15 pasukan KOPASKA, melalui sambutan yang dibacakan oleh Wakil Komandan Kobangdikal, Brigjen TNI (Mar) Halim A Hermanto yang sekaligus menutup pendidikan tersebut Laksda TNI Edhi Nuswantoro mengemukakan, prajurit baret merah itu mengikuti pendidikan Kopaska selama tiga bulan.
"Tujuannya untuk membentuk prajurit TNI berkualifikasi pasukan katak yang memiliki sikap, kecakapan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas khusus aspek laut, yang mencakup operasi intelijen maritim, penyusupan dan penghancuran sasaran melalui laut," katanya.
Pasukan katak merupakan pasukan khusus yang mampu berperan ganda. Disamping melaksanakan tugas-tugas intelijen, pasukan katak juga mampu melakukan pembersihan bawah air untuk melemahkan kekuatan musuh.
"Peran itu bisa dijalankan, khususnya untuk mendukung operasi amfibi dan peperangan khusus bawah air. Karena itu, pasukan katak diharapkan mampu mendekati sasaran operasi baik melalui laut, darat, maupun udara," katanya menjelaskan.
Menurut dia, sebagai pasukan khusus TNI AD, pengetahuan dan ketrampilan Kopaska merupakan tuntutan utama dalam mendukung tugas-tugas Kopassus di medan pertempuran.
"Untuk itu, dibutuhkan latihan yang terencana, teratur dengan baik dan sangat berat dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Karenanya kalian dilatih keras tanpa mengenal waktu siang maupun malam, hujan maupun panas dengan harapan kalian mampu menerapkan ilmu di lapangan tugas nanti," katanya menegaskan.
Dihadapkan pada perkembangan teknologi yang berdampak pada meningkatnya intensitas dan kualitas ancaman pada NKRI, katanya, maka peningkatan kualitas personel TNI menjadi kebutuhan yang mendesak.
Sementara Wadanjen Kopasus, mengucapkan terima kasih pada Kobangdikal yang telah mendidik prajuritnya untuk memiliki kualifikasi sebgai pasukan katak.
"Ke 15 parjurit kopasus ini merupakan angkatan 12 dari Kopassus yang dididik di Sepaska Kobangdikal. TNI AD dalam hal ini Kopassus, setiap tahunnya akan selalu mengirim prajurit untuk memperdalam kealihan di bebagai aspek," katanya.
Menurut dia, saat Kopassus telah memiliki 200 prajurit yang memiliki kualifikasi Paska. Di masa mendatang, pertukaran pendidikan bagi pasukan khusus merupakan sarana untuk meningkatkan dan melengkapi kemampuan para prajurit.
Materi Pendidikan.
Akademis umum Angkatan Laut (Operasi laut, navigasi, mesin, elektronika, bangunan kapal,komunikasi dan lain lain)
- Kepaskaan (Doktrin Manusia Katak,Penyelaman dasar,penyelaman tempur,renang tempur,kartografi,menembak berbagai jenis senjata, mengemudi dan menangani kapal/perahu cepat dan lain lain)
- Pendidikan Komando (Dasar komando, perang hutan, jungle survival/sea survival SERE, dan lain lain, pada Angkatan I s.d 5 pendidikan Komando dilaksanakan bersama RPKAD/Kopassus di Pusdik RPKAD/Kopassus-Batujajar, Jawa Barat, selanjutnya pendidikan Komando "diperintahkan" mengikuti di Pusdikmar (Pusat Pendidikan Marinir, Surabaya)
- Terjun Static dan AFF (pada Angkatan I s.d 5 Para Dasar dilaksanakan bersama RPKAD/Kopassus di Pusdik RPKAD/Kopassus-Batujajar, Jawa Barat, selanjutnya pendidikan terjun "diperintahkan" mengikuti di Pusdikmar (Pusat Pendidikan Marinir) Surabaya, Setelah melaksanakan terjun dasar mendarat di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun (statik and free fall) untuk mendarat di sasaran sasaran lepas pantai dan laut dilaksanakan pengembangan di satuan Kopaska Armada).
- Intelijen Tempur (pendidikan lanjutan di Satuan dilaksanakan di BAIS dan Intelmar/Intelijen Maritim di Surabaya)
- Sabotase dan kontra sabotase
- Demolisi bawah air
- SAR Tempur
Jumlah personel.
Nil - untuk jumlah tidak pernah di ekspos karena pasukan ini mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam materi personel.
Operasi-operasi yang pernah dilaksanakan.
- Melaksanakan berbagai Operasi Khusus/Intelijen TNI dan TNI AL
- Melaksanakan Operasi Khusus "Kikis Bajak"
- Melaksanakan Operasi Khusus "Lusitania Expresso"
- Unit Anti Perompak Perairan Indonesia
- Buru Perompak di daerah Selat Malaka, Selat Sunda, Bangka Belitung
- Buru Perompak di daerah Indonesia wilayah timur
- Pengamanan VIP dan VVIP (KTT Non Blok, Bali Democracy Forum dll)
- Pengamanan Blok Ambalat Ambalat - Karang Unarang
- Pengamanan Objek Vital Lepas Pantai Oil Rig
- Latma Malindo Malaysia & Indonesia (Latihan bersama Paskal TLDM dalam Maritime Interdiction Operation)
- Latma PANDU EODEX dgn Republic of Singapore Navy Naval Diving Unit / RSN-NDU secara bergantian Singapura dan Indonesia
- Latma MINEX dgn Republic of Singapore Navy
- Latma SEA EAGLE dgn Republic of Singapore Navy
- Latma MCMEX / DIVEX dengan Tim NAVAL EOD dari 25 negara Asia Pasifik di Asia Pasifik
- Latma Flash Iron / SEALEX dengan US NAVY SEAL US Navy
- Latma Balance Iron dengan US Army Airborne & Ranger US Army
- Berbagai Seri Program Latihan USPACOM : Naval Engagement Activity (NEA), Subject Matter Expert Exchange (SMEE), Peace Support Initiative Operation (GPOI) dll
- Berbagai Seri Latihan UN Peacekeeping Operation : Khan Quest (Mongolia), Garuda Shield (Indonesia), Cobra Gold (Thailand-USPACOM) Global Positive Operation Initiative (GPOI) USPACOM (UNMOC, UNSOC, PSOIC, Traine of Trainer/ToT), ADF Warfare Centre UNMOC & CIMIC (Australia), UNDPKO ITS ToT in Jakarta
- Berbagai Misi UN : UNMO (UNOMIG/Irak, UNAMID/Darfur, UNMIS/Sudan, UNMISS/Sudan Selatan, UNMIBH/Bosnia & Herzegovina, MONUC/Kongo), UN Staff (Lebanon, Kongo), UN Contingent (Indo Mech Batt/Lebanon, Force Protection Coy/Lebanon, Eng Coy/Kongo)
- Misi Satgas Merah Putih di Somalia pembebasan MV Sinar Kudus
Penyusun Yohanes Gitoyo.
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Komando_pasukan_katak
- http://tniataupolri.blogspot.com/2013/09/mengenal-lebih-dekat-kopaska-komando.html
- http://strategi-militer.blogspot.com/.
- http://www.kaskus.co.id/thread/519310be582acf583a000013/mengenal-lebih-dekat-kopaska---komando-pasukan-katak-tni-al?goto=newpost/1
- http://www.merdeka.com/peristiwa/aksi-pasukan-katak-getarkan-surabaya-bikin-soekarno-bangga.html
http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar